Bejo dan Asep Di sebuah pesantren terpencil di ujung timur pulau jawa, terdapat dua orang sahabat karib yang selalu berdampingan bersama, Bejo dan Asep. Keduanya memiliki karakter dan kecerdasan yang berbeda drastis 180 derajat. Bejo adalah santri terbaik di pesantrennya. Dia selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas, penampilannya pun selalu rapih, bersih dan berwibawa. Berbeda dengan Asep yang selalu peringkat terakhir di kelas, selain itu cara berpakaiannya juga selalu kusam dan berantakan. Namun, perbedaan tersebut bukanlah halangan bagi mereka untuk selalu bersama sama. perbedaan mereka seakan akan menunjukkan adanya chemistry yang dapat mempersatukan mereka menjadi sahabat karib.
Hari itu, Kyai Salman mengajar di kelas mereka. materi yang diajarkan adalah ushul fiqh. Beliau menjelaskan Panjang lebar tentang kaidah “al amru bi asy-syai’i amru bi wasaailihi” (perintah terhadap sesuatu, adalah perintah juga untuk memfasilitasi sarananya). Kyai Salman adalah pengajar yang paling difavoritkan oleh para santri. Selain karena gaya mengajar beliau yang inovatif, beliau juga selalu memberikan contoh atau analogi sederhana dari materi yang disampaikan, sehingga seluruh santri antusias mengikuti materinya. Kecuali Asep yang selalu apatis, acuh tak acuh, dan sibuk sendiri. Bahkan Asep sering tertidur di kelas walau pada akhirnya Kyai Salman menegurnya karena ulah buruk yang ia lakukan. Mungkin hal itu yang menjadi faktor Asep selalu peringkat terakhir di kelas.
“Sep, ente kenapa tadi tidur di kelas? Padahal materi yang diajarkan seru banget lo” Bejo bertanya heran Ketika jam istirahat. “Ah, ngga seru, bosenin dan bikin ngantuk” Asep menjawab ketus, mulutnya menguap lebar tanda masih mengantuk. “Ente harus semangat menuntut ilmu Sep, juga harus menghormati dan memperhatikan ustadz Ketika mengajar di kelas, karena itu bagian dari Adab Seorang Santri, ente harus paham itu Sep, agar suatu saat nanti tidak menyesal.” Bejo berusaha menyadarkan. “Iya iya, besok aku coba” Asep menjawab singkat.
Inovasi Asep yang Inspiratif bagi teman temannya “Sep, kita kan udah kelas dua belas nih, setelah dari lulus ente mau kuliah dimana, atau langsung bekerja?” Bejo mengganti topik percakapan yang lebih bersahabat. “kalau ente?” bukannya menjawab, asep malah balik bertanya ke Bejo. “Jadi gini Sep, tadi aku baca koran di papan informasi, bahwasannya pandemi covid semakin parah, banyak pekerja yang di PHK, juga tidak sedikit mahasiswa yang drop out akibat tidak mampu membayar UKT. Aku jadi bingung sep, mau ngapain setelah lulus” keluh Bejo. “Jo, Bejo, katanya ente santri terbaik di kelas, memutuskan perkara seperti itu saja masih bingung. Kenapa ente ngga nikah aja, Kyai Salman kan pernah menjelaskan kalau Allah akan memberikan kekayaan bagi siapa yang menikah. Walaupun ane sering tidur di kelas, jangan remehin ane jo” Asep memberikan saran sembari sedikit membanggakan diri. “Wah, cerdas juga ente Sep, ngga salah ane temenan sama ente” puji Bejo kepada Asep. “Jadi gini jo, ane juga kemarin baca koran, ane menemukan berita bahwasannya nikah di masa pandemi itu tidak menghabiskan banyak biaya. Karena resepsi diadakan secara sederhana dan tamu yang hadir pun dibatasi, jadi pihak keluarga tidak perlu gengsi perihal prosesi acara yang tidak berlangsung seperti adat biasanya, karena memang itu peraturan yang diterapkan pemerintah akibat pandemi covid yang semakin parah, jadi ane terinspirasi Sep, kalo kita ngajakin temen temen sekelas untuk nikah massal, gimana Sep, keren ngga ide ane?”. Asep meminta pendapat Bejo. “Wah, ide cemerlang tuh Sep, apalagi kita mengajak kepada kebaikan dengan harapan mendapatkan ganjaran seperti yang Allah janjikan” Bejo antusias dengan ide cemerlang Bejo.
Mereka berdua terlihat sangat bersemangat di hari itu. Walhasil sepulang sekolah mereka mengumpulkan temen temannya untuk mengutarakan inovasinya. “Wahai teman teman sekalian, ane ada ide cemerlang, mari berkumpul kesini sejenak” Bejo berseru kencang di atas meja layaknya orator ulung. Seketika teman teman sekelas berkumpul, mereka penasaran dengan apa yang akan disampaikan teman terpandai sekelas mereka.
Bejo mulai menjelaskan apa yang ia rencanakan bersama Asep, mereka berdua menawarkan ide cemerlangnya sembari menjelaskan ganjaran yang mulia dari Allah swt. Penjelasan Bejo terlihat tegas dan meyakinkan, sehingga teman teman banyak yang tertarik dengan idenya. Walhasil, fantasis, lebih dari setengah kelas menyetujui ide cemerlang mereka berdua, sehingga persiapan acara pernikahan massal setelah mereka lulus akan dimulai dalam jangka waktu dekat.
Keadaan setelah lulus Sepekan setelah kelulusan, para calon pengantin bersiap melaksanankan prosesi nikah massal yang sudah dirancanakan jauh jauh hari. Design tempatnya pun terlihat elegan meski sederhana, juga suasana yang tetap meriah meski pandemi covid masih merebah. Hal ini tidak terlepas dari peran Bejo dan Asep sebagai inisiator yang juga merangkap sebagai konseptor acara.
Nomor giliran mulai dibacakan, Bejo mendapat nomor pertama untuk melaksanakan prosesi akad nikah, sedangkan Asep sebaliknya, ia mendapat nomor terakhir. Bejo melaksanakan prosesinya dengan lancar, setelah prosesi akad selesai, ia dan kekasihnya bergegas menghampiri Asep. “Gimana Sep, penampilan kita (sembari merangkul istrinya)? Serasi kan?” Bejo memamerkan seorang Wanita yang baru saja ia nikahi. Namun, bukannya mengucapkan selamat, ataupun apresiasi kepada Bejo, Asep malah terkejut. Nampaknya ia teringat sesuatu hal yang telah luput dari ingatannya.
“Aduh, bodohnya ane” Asep menepuk jidat merasa menyesal karena telah melupakan suatu hal. “ente kenapa Sep?” Bejo bertanya mencari tahu, Istri yang baru dinikanya juga terheran melihat perilaku kerabat suaminya. Bukannya menjawab, Asep malah terliaht panik, tubuhnya mulai mengeluarkan keringat. Kepalanya ia tolehkan ke seluruh jarak pandang yang dapat ia lihat. Panik. Ia telah melupakan suatu hal yang sangat penting.
Giliran Asep semakin dekat, kepanikannya semakin terlihat, juga keringat yang menetes dari wajahnya bertambah banyak. Entah hal apa yang terlupakan darinya, namun nampaknya hal itu benar benar hal yang tidak bisa diremehkan, bahkan Asep tidak pernah terlihat sepanik itu sebelumnya.
“Asep Hidayat” seorang pembawa acara memanggil namanya pertanda ia harus menuju masjid mengikrarkan janji suci, teman teman lainnya yang baru saja menjadi pengantin baru terlihat hening seketika. Mereka ingin melihat bagaimana Asep, si santri yang selalu mendapat nilai buruk di kelas melepas masa lajangnya. Pun kalau tidak bisa melihat secara langsung (karena terbatasnya hadirin di dalam masjid akibat pandemi covid) setidaknya mereka bisa mendengarkan Asep mengucapkan akad melalui pengeras suara.
Asep dan tragedi konyolnya Bukannya menuju masjid setelah namanya disebutkan, Asep justru berlarian ke kamar mandi, entah apa yang dilakukan, ia terlihat sangat bingung. Bejo, sebagai orang yang paling akrab dengannya berusaha mendekat, menyusul ke kamar mandi dan berusaha mencari tahu permasalahannya.
“Ente kenapa Sep? ane tau ini memang menegangkan, tapi mengucapkan akad ngga sesulit yang ente bayangkan kok, ente udah hafal ka?” Bejo kembali bertanya. “bukan itu masalahnya Jo,” Asep berusaha menjawab menjelaskan, namun Bejo kembali memberikan motivasi dan meyakinkan Asep “ente harus yakin Sep, bismillah, ente pasti bisa!” Bejo menarik Asep dari kamar mandi menuju masjid.
Cerpen Karangan: Muhammad Alfreda Daib Insan Labib Blog / Facebook: Insan Labib Muhammad Alfreda Daib Insan Labib adalah penulis amatiran yang lahir di Sleman, 21 tahun silam. Ia sedikit banyak menuliskan cerpen cerpen jenaka yang sarat akan makna.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com