Sekitar pelataran masjid terlihat memberi semangat kepada Asep, terdengar teriakan yang saling bersahutan “Asep.., Asep.. Asep” atau “Ayo Asep, semangat” atau kalimat penyemangat lainnya yang ditujukan kepada Asep guna menambah semangat dan menghilangkan rasa gugup yang terlihat dari ekspresi Asep.
Asep telah tiba di dalam masjid, Suasana kembali hening, para teman teman ingin mendengar Asep mengucapkan akad dengan khidmat. Asep menarik napas panjang Panjang, bersiap memulai kata. “Bismillahirrahmanirrahim”. Asep kembali menarik napas, mencoba tampil rileks meski tetap terlihat tegang. Hal yang telah ia lupakan tadi benar benar membuat ia tegang. “saya terima nikah dan kawinnya,” Asep menghentikan kalimatnya. Mukanya terlihat semakin tegang, wajahnya terlihat pucat pasi. “saya terima nikah dan kawinnya,” Ia mengulanginya, dan berhenti lagi untuk menarik nafas. “saya terima nikah dan kawinnya,” Ia mengulangnya kalimat itu sebanyak tiga kali. Sebanyak itu juga ia menghentikan kalimatnya.
Kali ini penghulu menanyakan perihalnya “ente ini kenapa sebetulnya? kalau belum jelas silakan bicara, jangan membuang buang waktu!” Penghulu menaikkan nada suaranya, ia terlihat kesal. “Jadi gini pak, sebenarnya ane sudah sangat siap menikah, siap banget malah, tapi ane lupa sesuatu” Asep berterus terang. “Apa yang ente lupakan? Penghulu bertanya menyelidik. “Ane lupa pak, kalau ane belum punya calon, dan ane juga lupa kalau belum mencari calon”. Seketika lingkungan sekitar tertawa terbahak bahak melihat tingkah konyol Asep. Sedangkan penghulu hanya bisa menepuk jidat sambil menggeleng gelengkan kepala.
Hikmah yang dapat diambil Asep keluar Masjid dengan tertunduk malu, bergegas menuju ruang istiraahat, ia ingin menyendiri. Bejo sebagai sahabat karib tidak tinggal diam, ia bergegas mendekati Asep, berusaha menasihati. ”Ente baik baik saja kan Sep?” Bejo membuka percakapan. “Ane menyesal Jo, kenapa ane bisa sebodoh itu” Suara Asep sedikit berubah, ia mulai menitikkan air mata. “Itulah Sep, mungkin ini peringatan dari Allah agar ente bisa menjadi pribadi yang lebih baik, bisa menghormati ustadz, memperhatikan pelajaran, ente harusnya inget waktu ane nasehatin setahun lalu setelah kyai Salman mengajar di kelas kita. Andai kala itu ente memperhatikan mungkin kejadiannya tidak akan begini”.
“Kyai Salman saat itu menjelaskan tentang qoidah “al amru bi asy-syai’i amru bi wasaailihi” (perintah terhadap sesuatu, adalah perintah juga untuk memfasilitasi sarananya). Beliau mencontohkan dengan perintah untuk menikah, berarti perintah juga untuk memberikan fasilitas. Fasilitas tersebut seperti menjodohkan lah, mempertemukan lah, atau memberikan kebebasan mencari jodoh sesuai dengan kriteria. Tapi sudahlah Sep, nasi telah menjadi bubur, Ambil hikmahnya dan buang pahitnya. Semoga peristiwa ini membuatmu semakin dewasa. Ingat Sep, setiap ada kesulitan disitu ada kemudahan, kalau ente yakin dengan sepenuh hati ayat ini, Insya Allah kemudahan itu akan datang dengan segera”. Bejo berkata bijak semari menepuh bahu sahabatnya.”
Kekuatan keyakinan Asep pergi meninggalkan Bejo, ia hendak menenangkan diri dan merenungi nasihat sahabatnya, maka pergilah ia ke danau pesantren yang terletak tidak jauh dari pesantren. Penyesalan yang didapati sangatlah dalam, tekadnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik telat bulat. Ia harus memulainya dari nasehat yang baru saja diberikan sabahat karibnya, perihal kewajiban meyakini bahwa di setiap kesulitan disitu ada kemudahan. Kemudian ia memejamkan mata dan mulai merenungi ayat itu.
“Asep,” Seketika suara Bejo terdengar memanggil, Asep tentu saja refleks membuka mata, mencari sumber suara. “Ente dipanggil Kyai Salman, beliau meminta ente untuk menghadap, Ayo cepat.” Bejo menarik tangan Asep dan mengajaknya menghadap Kyai Salman.
Dari kejauhan Kyai Salman terlihat telah menunggu diteras rumahnya. “Asep, Bejo, Silakan duduk”. Kyai Salman mempersilakan keduanya duduk setelah keduanya tiba di pelataran rumah beliau. “Asep, ente terlihat tidak seperti biasanya, ada apa gerangan?” Kyai Salman Membuka percakapan. “tidak ada apa apa kyai” asep menjawab singkat, wajahnya tertunduk, ia tidak berani menatap kyainya tersebut yang penuh wibawa dan kharisma.
“Sep” kyai salman berhenti sejenak, menghela nafas dengan perlahan. “pertanyaan tadi hanya basa basi saja Sep, saya sudah tahu perihal kejadian yang sebenarnya. Begini, Kebetulan putri bungsu saya baru saja menyelesaikan studi di pondoknya, bagaimana kalau ente menikah dengan putri saya?” pertanyaan pak Kyai tadi sontak membuat Asep terkejut, kepalanya terangkat, matanya yang berkaca kaca membulat binar. “eh, Kyai tidak sedang bercanda kan?”. Asep balik bertanya, ia benar benar tidak menyangka dengan tawaran Kyainya. Pun dengan Bejo yang juga sama menunjukkan ekspresi keterkejutannya. “Saya serius Sep, ente mau tidak?” Kyai Salman menatap Asep yang baru saja menampakkan wajahnya setelah menunduk lama. “tapi ane tidak pantas Kyai” Asep kembali menundukkan kepalanya kembali, dalam hati ia sedang mengalami perang batin yang sebenarnya, bingung antara sedih, senang, malu, Bahagia, semua rasa saling bercampur padu. “Saya tahu sep, selama ini ente terkenal sebagai santri yang pemalas, kusam, dan berantakan. Tapi itu hanyalah untuk mereka yang melihat dengan mata fisik. Mungkin penglihatan saya sudah semakin rabun dan kabur akibat faktor usia, namun saya merasakan bahwa Allah bukan mengambil nikmat pengelihatan tersebut, namun memindahkannya ke mata batin. Ketika Allah mengambil sedikit nikmat kejelasan saya dalam melihat melalui mata fisik, Allah menggantinya dengan ketajaman mata batin. Orang lain boleh melihatmu sebagai pribadi yang buruk, namun tidak dengan saya, dan saya sangat yakin dengan apa yang saya lihat dengan mata batin ini”.
“Jadi gimana Sep?” Kyai Salman kembali menegaskan. “sami’na wa ato’na Kyai”. Jawab Asep singkat. “Alhamdulillah, setelah ini ente sama Bejo kembali ke masjid untuk mempersiapkan semuanya.” Kyai salman menitah mereka berdua untuk membali.
(Dalam perjalanan menuju masjid). “Bener kan Sep, apa yang ane bilang. Asal ente yakin, maka disetiap kesulitan akan ada kemudahan. Lihat tuh, surprise dari Allah. Lebih indah dari yang ente bayangkan bukan, secara logika, ngga mungkin banget, santri pemalas, berantakan, jelek kaya ente bisa dapet Ning. Tapi sekarang ente membuktikannya Sep.” Bejo berkata santai, nadanya seakan akan memuji padahal ia sedang meledek. “Kamu bisa aja Jo ngeledeknya, ngomong ngomong terimakasih ya atas semua nasihatnya, ente memang sahabat terbaik, ane janji akan benar benar menjadi pribadi yang lebih baik, masa iya, menantu Kyai modelnya seperti ane yang sekarang ini.” “Hahahaa” Mereka tertawa bersama, dan Akhirnyapun Asep menikah dengan Putri Kyai Salman.
TAMAT
Cerpen Karangan: Muhammad Alfreda Daib Insan Labib Blog / Facebook: Insan Labib Muhammad Alfreda Daib Insan Labib adalah penulis amatiran yang lahir di Sleman, 21 tahun silam. Ia sedikit banyak menuliskan cerpen cerpen jenaka yang sarat akan makna.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com