Mata kuliah bahasa inggris telah usai. Zahra segera keluar kelas, tujuan utamanya saat ini adalah kantin. Suasana kantin tampak tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk di situ. Zahra memesan bakso dan teh es lalu duduk di bangku paling pojok.
“Zahra …” Terdengar seseorang memanggil Zahra yang sedang duduk di bangku kantin. Zahra menoleh ke sumber suara. “Iya, ada apa Rin?” Arin yang baru saja datang, duduk di depan Zahra. “Temanku bulan depan mau menikah. Dia cari penyanyi untuk mengisi acara di pesta pernikahannya nanti, kamu mau nggak, Ra?” “Pasti mau lah, tanggal berapa acaranya?” “Tanggal 15 Maret, oke kalau gitu nanti aku sampaikan ke temanku.”
Selain kuliah, Zahra juga kerja paruh waktu menerima tawaran nyanyi untuk acara pernikahan, khitan, ulang tahun dan acara lain. Selain hobi, lumayan bisa buat tambahan bayar kuliah dan uang jajan maklum anak perantau di kota Surabaya ini.
Pukul 22.30 Zahra yang saat itu baru pulang mengisi acara pernikahan, dihadang oleh sekelompok preman dan malam itu jalanan begitu sepi tidak ada satu orang pun yang lewat. Zahra semakin takut, hampir saja zahra jadi bulan-bulanan mereka, alhamdulillah akhirnya ada seorang pemuda yang menolong zahra. Pemuda tersebut langsung melawan preman itu dan zahra pun selamat.
“Terima kasih kamu telah menolongku. Aku gak tau apa jadinya kalau kamu tidak lewat tadi,” ucap Zahra kepada pemuda yang belum dikenalnya itu. “Sama-sama, berterima kasihlah kepada allah. Aku ini hanya perantara saja untuk menolong kamu, lain kali hati-hati,” ucap pemuda itu sambil tersenyum. “Aku pamit pulang dulu,” pamit Zahra.
Setelah kejadian malam itu, Zahra merubah gaya pakaiannya yang biasanya pakai celana jeans dan baju ketat sekarang dia lebih suka pakai gamis dan perlahan mulai mengenakan hijab. ‘Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah pula ayahnya itu masuk ke neraka. Selangkah seorang istri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah pula suaminya itu masuk ke neraka’ Zahra pun menangis setelah membaca postingan tersebut. Zahra sangat menyesal kenapa selama ini dia tidak menutup aurat. Padahal Ibunya sudah berulang kali menasehati agar Zahra memakai jilbab, tapi dia selalu beralasan.
“Kamukan yang waktu itu menolongku,” ucap Zahra pada seorang pemuda yang belum dia ketahui namanya. Pemuda itu tersenyum. Zahra terperanjat. Ternyata dia tertidur setelah menangis tadi dan dia bermimpi bertemu seorang pemuda yang tampan, sholeh dan wajahnya sangat teduh. Dia adalah pemuda yang pernah menolong zahra dari kelompok preman saat itu. Hari demi hari Zahra berusaha menjadi lebih baik lagi dan sekarang lebih terlihat syar’i dan menolak tawaran menyanyi lagi.
4 tahun pun telah usai. Zahra dua hari lagi akan wisuda, Dia menjemput orangtuanya di bandara. Ya mereka akan mengahadiri wisuda Zahra. Ibunya hampir tak mengenali Zahra, Ibunya pangling saat bertemu dengan putrinya, karna Zahra yang dulu tomboy dan sekarang penampilannya lebih syar’i.
“Benarkah ini Zahra anakku? masya allah cantiknya. Ibu bangga sama kamu sekarang kamu jadi lebih baik,” ucap Ibu Zahra sambil menatap dengan wajah kagum. “Iya ini Zahra. Maafkan Zahra. Ibu, Ayah selama ini Zahra tidak mau menutup aurat. Aku janji, aku akan berubah jadi lebih baik lagi,” balas Zahra sambil memeluk Ibunya.
Setelah lulus dari kuliah. Zahra kembali ke kampung halamannya Gresik. Sambil menunggu panggilan kerja, dia membuka usaha kue secara online. Ketika Zahra sedang merekap pesanan kue, ponselnya berdering tanda telepon masuk.
“Assalamu’alaikum, Mbak. Ada apa?” “wa’alaikum salam, Ra. Jadi gini, mbak mau kenalin kamu sama teman kerjaku. kamu mau nggak? Siapa tau jodoh,” balas mbak Niken di seberang telepon. “Ehmm … Insya allah mau mbak,” jawab Zahra malu-malu. “Ya udah, nanti mbak ngobrol sama dia.”
Selesai telepon, Zahra ke ruang keluarga untuk menceritakan maksud mbak Niken tadi pada Ibunya. Ibu dan Ayahnya menyuruh Zahra shalat istikhara dulu meminta petunjuk.
Akhirnya Zahra menikah dengan Revan-teman kerja mbak Niken yang ternyata dia adalah pemuda yang menolongnya pada kejadian malam itu.
Zahra sekarang benar-benar berubah, dia lebih rajin membaca al-qur’an, rajin mendatangi kajian dan suka mendengarkan murottal qur’an.
Tidak terasa pernikahan Zahra sudah 1 tahun. kebahagiaan mereka terasa semakin lengkap dengan hadirnya malaikat kecil.
Cerpen Karangan: Eka Suryaningsih Blog / Facebook: eka suryaningsih