Part 15 Terimakasih Akbar Karena saat itu aku sangat syok, Ustadzah Maryam dan Mbak Salma membawaku ke rumah ustadzah Maryam. Aisyah, Dara, Mas Harun dan laki-laki yang tadi menyelamatkanku ikut serta disitu. Ustadzah Maryam dan Mbak Salma menenangkanku. Kemudian Mas Harun bertanya padaku apa yang sebenarnya terjadi, karena aku tidak sanggup menjawab, aku hanya diam saja. Tapi kemudian, laki-laki yang menyelamatkanku tadi itu berbicara pada Mas Harun. “emm begini Mas tadi saya tidak sengaja melihatnya dari awal, saat Wardah selesai membagikan makanan ke semua tamu, ia di hampiri oleh Kak Zidan itu, Kak Zidan bilang Wardah belum menjawab pertanyaannya, Wardah tetap menghindari Kak Zidan sampai akhirnya Kak Zidan menghentikan Wardah dengan memegang lengan Wardah sangat kuat sampai Wardah kesakitan seperti itu” begitu kira-kira jawabannya. Karena merasa penasaran dengan laki-laki ini aku mencoba melihat wajahnya sedikit. Astagfirullah…
Tidak disangka, ternyata dia adalah idolaku selama ini. “Ya Tuhan dia kan Akbar vocalis majelis shalawat yang sedari SMA aku kagumi, tidak disangka ia menjadi penyelamatku kali ini” gumamku dalam hati. “Kamu kan yang nabrak Wardah di lantai 2 dulu pas jalan buru-buru ya kan?” suara Aisyah keluar di tengah-tengah aku melihat Akbar. “emm iya betul, maafkan aku Wardah” ucapnya meminta maa padaku, ternyata Akbar yang nabrak aku waktu itu, tidak disangka ternyata aku dan Akbar sudah bertemu sejak dulu masih mahasiswa baru. “Apa aku bilang, bener kan dia vocalis majelis shalawat ini yang nabrak si Wardah, kalian sih gak mau denger ucapanku, Dia juga yang diem-diem ngeliatin Wardah pas resepsi pernikahan Kak Adam” tambah Dara. Aku semakin terkejut mendengar penyataan Dara itu. “Ee bukan, bukan aku kok. Pertama aku ketemu Wardah hanya saat tidak sengaja menabraknya, dannn” ucap Akbar belum selesai karna di potong oleh Ustadzah Maryam “ah sudah sudah kenapa jadi bahas Akbar ini teh” ucap ustadzah. “Emm siapapun kamu, terimakasih sudah membantuku” tambahku berterimakasih pada Akbar, dan pura-pura tidak mengenalnya, pedahal dalam hati aku senang sekali bisa bertemu idolaku. “ee ya sudah karena Wardah baik-baik saja, Saya pamit dulu ya ustadzah, mbak, mas, Wardah… Assalamualaikum” ucapnya pamit untuk kembali ke acara. “Waalaikumsalam” ucap kami semua bersamaan. Saat Akbar sudah sampai di pintu rumah ustadzah Maryam, aku menghentikannya untuk mengucapkan terimakasih lagi, “Tunggu” ucapku membuat langkah Akbar terhenti dan menoleh ke arahku. “Sekali lagi, Terimakasih Akbar” tambahku. “Sama-sama Wardah” ucapnya.
Part 16 Surat Kedua Malam itu, rasanya bahagia tak terhingga. Bagaimana tidak, bertemu idola yang selama ini aku kira tidak mungkin terjadi tapi malah terjadi. Ya Tuhan aku benar-benar berterimakasih.
Sejak saat kejadian Kak Zidan itu, aku menjadi sedikit trauma dengan laki-laki. Aku tidak pernah mau datang ke tempat yang kemungkinan juga di datangi santri putra. Aku bahkan harus sering merepotkan Dara dan Aisyah jika di suruh menjaga area yang kemungkinan didatangi santri putra di klinik. Aku benar-benar trauma karena kejadian itu. Dan sejak saat itu juga, aku sudah tidak bertemu Akbar lagi, bahkan mendengar kabarnya saja tidak. Aku harap dia baik-baik saja dan aku tidak ingin terlalu memikirkannya.
1 Tahun sudah terlewati, itu artinya aku dan semua mahasiswa Fakultas Kesehatan akan keluar dari kampus dan pesantren untuk melaksanakan praktik di luar. Ada yang di Rumah Sakit, Puskesmas, Panti jompo dan lain sebagainya. Kebetulan Aku, Aisyah dan Dara di kirim ke satu Rumah Sakit yang sama. Selama 1 Tahun terakhir ini kami akan menyelesaikan praktik. Aku benar-benar bersemangat untuk segera sampai di Rumah Sakit tempat aku praktik. Aku termasuk mahasiswa yang lebih menyukai praktik dari pada teori.
Pagi ini kami akan berangkat ke daerah masing-masing yang sudah ditentukan. Kami di antar bus kampus ke masing-masing tempat. Saat aku mulai naik ke bus, tiba-tiba ada yang memanggilku, “Wardah tunggu Wardah” teriak orang itu, setelah aku menoleh ternyata itu mbak Salma. “Mbak Salma… ada apa mbak?” jawabku. Mbak Salma terlihat ngos-ngosan waktu itu, ia pun mengatur nafasnya terlebih dahulu. “ini” ucapnya sambil menyerahkan sebuah surat padaku. “ini apa mbak?” tanyaku. “sudah bawa dulu, nanti di baca jika ada waktu” jawab Mbak Salma. “tapi mbak ini dari si….” ucapku belum selesai terpotong oleh ustadzah Dina yang memanggilku untuk segera naik ke bus. “Wardah, ayo segera naik” ucap ustadzah Dina. “Sudah sana naik” ucap Mbak Salma. Aku pun segera naik dan duduk di kursi yang sudah ditentukan. Karena aku begitu penasaran, aku pun segera membaca isi surat yang tadi di berikan mbak Salma. Ternyata…
Assalamualaikum Wardah, Semangat praktik 1 tahun ke depan, Sukses ku ucapkan untukmu Aku menunggumu kembali… ~ A
Aku terkejut membacanya, ternyata surat ini dari A. Surat kedua darinya. Tapi kenapa yang memberikan padaku Mbak Salma? apakah mbak Salma mengenal A ini?. Aku benar-benar tidak mengerti. Aku mencoba untuk tidak memikirkan apapun agar aku bisa fokus pada praktik kerjaku.
Part 17 Hari Pertama Praktik Beberapa jam kemudian, Aku dan lainnya sudah sampai di tempat praktik masing-masing. Sesampainya di Rumah Sakit, kami masih di suruh istirahat terlebih dahulu, sebelum besok memulai praktik. Kami di sini ada 10 orang, 5 perempuan dan 5 laki-laki. Hari ini kami hanya membereskan semua barang dan istirahat sebaik mungkin, agar esok dapat melaksanakan praktik dengan baik.
Keesokan harinya, kami mulai melaksanakan praktik. Hari pertama ini sudah lumayan melelahkan, pasien berdatangan sampai bed di UGD pun penuh. Kami bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB bagi yang kebagian shift pagi, untuk yang kebagian shift siang bekerja pada pukul 14.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, dan yang shift malam pada pukul 20.00 WIB hingga pagi lagi pukul 08.00 WIB. Pada shift pagi ada 4 orang, shift siang dan malam 3 orang. Kami akan bergantian shift setiap seminggu sekali. Dan hari pertama ini aku mendapat shift pagi bersama Dara, Andi dan Rama. Kami bekerja di bagian UGD,Rawat inap, dan Rawat jalan.
Akhirnya, waktu untukku pulang tiba juga. Hari ini benar-benar melelahkan. Sesampainya aku di kost-kost an, Aisyah memberiku sebuah paket. Tapi aku benar-benar tidak sedang memesan sesuatu. Bagaimana memesannya,handphone saja aku sengaja tidak membawa selama di pesantren hingga saat ini. Setelah membersihkan diri dan hendak beristirahat di kasur, aku coba membuka isi paket itu. Ternyata, isinya adalah masker medis dan sebuah tumbler (botol minum) warna biru muda dengan tulisan “Semangat Muslimahku”. Tidak ada nama pengirim di dalamnya,hanya ada alamat tujuan yang memang benar itu alamat kost an ku. Aneh, dari siapa ya? aku fikir itu dari keluargaku, mungkin ibu/ayah lupa memberi nama pengirim.
Keesokan harinya saat aku ingin memakai tumbler itu, ada selembar kertas di dalamnya. Saat aku buka ternyata…
Jaga kesehatan, pakai masker selalu saat di lingkungan Rumah Sakit. Banyak minum juga ya. ~ A
Ternyata ini semua dari ~ A. Ya Tuhan aku benar-benar penasaran siapa A ini. Aku bingung harus bagaimana. Disini juga tidak ada yang tau nomor telefon mbak Salma untuk aku bertanya siapa A itu. Sebab kemarin mbak Salma yang menyerahkan surat darinya. Aku benar-benar bingung dan takut.
Part 18 Sakit tapi Kurasa Bahagia Tidak terasa praktik sudah berjalan 8 bulan. Hari ini aku sebagai ketua dari tim harus menggantikan Aisyah shift malam selama 1 minggu, sebab Aisyah sedang sakit. Aku harus melaksanakan shift pagi dan malam sekaligus selama 1 minggu. Aisyah sakit karena kelelahan, badannya demam tidak mau makan sama sekali. Selain kelelahan ia juga mungkin merindukan bundanya, hingga terpaksa bundanya datang membawa Aisyah pulang. Aisyah hanya diberi waktu 1 minggu untuk pulang. Seminggu sudah aku menggantikan Aisyah, dan pada akhirnya setelah Aisyah pulang bergantilah aku yang jatuh sakit dan sampai harus dirawat di Rumah Sakit. Untungnya Pihak Rumah Sakit dan kampus memberi tunjangan untuk mahasiswanya yang sakit saat sedang praktik. Jadi aku tidak perlu merepotkan ayah dan ibu.
Aku terbaring di Rumah Sakit selama 4 hari. Dan di hari ke empat saat aku hendak pulang ke kost, tiba-tiba ada seseorang datang. “Assalamualaikum” ucapnya. Seperti suara Akbar, ternyata benar yang datang adalah Akbar dan 1 temannya. “Waalaikumsalam, Akbar.” aku sedikit terkejut melihatnya datang. “Akbar ada apa kesini? kok tau saya di sini?” tanyaku. “nanyanya satu-satu geuliss, kebiasaan deh” balas Dara. Akbar hanya tersenyum mendengar ucapan Dara. “Aku tau Wardah disini, kebetulan aja tadi lewat dari jenguk temen sih tadinya” ucap Akbar. “ooo gitu” balasku. “oiya ini temanku Azka” tambah Akbar. “oh iya, Wardah” aku menyebut namaku sebagai tanda memperkenalkan diri. “Wardah mau pulang ya? boleh Akbar antar?” tanya nya padaku. “ee tidak perlu, kost an ku dekat kok” Jawabku. “emm boleh deh bar. Kasian Wardah kalo pulang sendiri, aku disini juga masih ada kerjaan” ucap Dara. “tapi dar, aku pulang sama Aisyah gapapa kok” ucapku. “Eeeehh, Aisyah sendiri gitu ngejagain kamu? yang ada kamu ngejagain Aisyah” ucap Dara menyindir Aisyah. “yeee kamu Dar kalo ngomong suka bener” balas Aisyah. “Yasudah ayo pulang, sini tas nya Akbar yang bawa” ucap Akbar.
Akbar mengantar aku dan Aisyah pulang, dia mengantar kami sampai depan pintu. “emm Wardah” Akbar menghentikan langkahku. “ya?” jawabku. “Aku dan Azka pamit dulu ya. Jaga kesehatanmu” ucapnya. Aku hanya terdiam mendengarnya seperti memberikan perhatian padaku, Astagfirullah Wardah. Aku tetap berusaha untuk mengontrol perasaanku. “oh iya, terimakasih ya maaf sudah merepotkan kalian” jawabku. “gak papa kok, yaudah kita pamit ya Assalamualaikum” ucap Akbar. “Waalaikumsalam, sekali lagi makasih ya, Akbar… Azka” ucapku. “sama-sama” ucap Akbar dan Azka. Perlahan mereka mulai menjauh dan tidak terlihat lagi.
“Woyy” suara Aisyah mengejutkanku. “Astagirullah Aisyah” ucapku yang merasa kaget. “Ayo masuk, seperti mau di tinggal jauh saja sama Akbar mu itu” ucap Aisyah. “Apaan sih syah” ucapku mengalihkan pembicaraan lalu masuk ke dalam kamar kost.
Benar, hari itu aku sedang sakit. Tapi rasanya seketika sembuh tanpa pemulihan lagi. Walaupun aku menampakkan sikap yang biasa saja, jujur dalam hati aku merasakan kebahagiaan saat pertama bertemu Akbar waktu itu lagi. Mungkin ini yang di namakan sakit yang membawa kebahagiaan.
Part 19 Selangkah Lagi Akhirnya… Selesai sudah praktik kerja kami di Rumah Sakit, dan hari ini waktunya kami kembali ke pesantren untuk menyiapkan skripsi lalu melaksanakan wisuda. Aku merasa sangat lega, selangkah lagi aku sudah menyelesaikan kuliahku dan aku akan semakin dekat dengan cita-cita ku. Setelah berpamitan pada pihak Rumah Sakit dan ibu kost, kami kembali di jemput bus untuk pulang ke pesantren. Beberapa jam kemudian, sampailah kami di pesantren. Aku benar-benar merindukan pesantren ini. Suasananya, orang-orangnya, semuanya aku rindukan. Ini baru setahun aku meninggalkan pesantren, rindunya seperti setengah mati. Bagaimana nanti ya? setelah aku lulus mungkin bertahun-tahun akan meninggalkan tempat ini.
Aku dan yang lainnya kembali ke asrama untuk istirahat. Saat aku,Aisyah dan Dara hendak istirahat tiba-tiba ada ustadzah Rika datang ke asrama kami. “Assalamualaikum” ucapnya. “Waalaikumussalam” balasku, Aisyah dan Dara bersamaan. “Ustadzah Rika, ada apa ustadzah?” ucap Dara. “Ustadzah mau memberi tau bahwa skripsi kalian lolos semua dan sidang akan di lakukan besok lusa, persiapkan diri ya, selangkah lagi” ucap ustadzah Rika. “MasyaAllah, Alhamdulillah, beneran ustadzah?” ucapku sangat senang sekali. “Iya, selamat ya untuk kalian akhirnya akan lulus bersamaan” ucap ustadzah Rika. “terimakasih banyak ustadzah” ucap kami. “iya sama-sama, ya sudah kalau begitu ustadzah pamit ya, Assalamualaikum”. “Waalaikumussalam”.
Waaaaaa… Kami sangat senang mendengar kabar ini. Akhirnya skripsi yang kita perjuangkan selama ini berhasil dan kami lulus tepat waktu. Kami pun segera bersiap untuk besok lusa agar lancar dalam melaksanakan sidang.
Cerpen Karangan: Widiya Ratnasari Blog / Facebook: wdyrtnsr.blogspot.com / Widiya R Nama saya Widiya Ratnasari, salah satu mahasiswi kesehatan di salah satu universitas di Jawa Timur. Saat menulis cerpen ini saya masih berusia 17 Tahun, dan saat ini saya sudah berusia 19 tahun. Saya terlahir di kota Bondowoso tepatnya pada tanggal 19 Juni 2003. Saya suka menulis cerita, apalagi waktu perasaan saya lagi galau, pasti muncul ide-ide untuk menulis apa saja, mulai dari quote, puisi, cerpen dsb.