Part 20 Menunggu Wisuda Hari sidang sudah tiba, Kami para mahasiswa sangat bersemangat untuk melaksanakan sidang ini. di antara aku.Aisyah dan Dara yang akan sidang terlebih dahulu adalah Dara kemudian aku dan di susul oleh Aisyah. Beberapa jam kemudian Dara sudah memulai sidangnya. Aku dan Aisyah cukup tegang menunggu giliran kami. Tak lama kemudian namaku di panggil, Ya Allah rasanya jantung ini mau copot. Di dalam ruang sidang seperti berada di antara hidup dan mati. Menghadap para dosen seperti menghadap para malaikat yang ingin mencabut nyawaku, aku hanya menelan ludah banyak-banyak saat itu. Alhamdulillah tak lama kemudian sidangku selesai dan setelah aku adalah giliran Aisyah. Aku dan Dara sedikit khawatir, Aisyah ini cukup gugup jika berhadapan dengan dosen, bagaimana ia menjawab pertanyaan dosen sendirian di dalam. Karena sejauh ini Aisyah selalu minta di temani saat ingin berbicara dengan dosen. Sidang Aisyah cukup lama, ntah ada apa di dalam. Waktu yang lebih lama dari kami semua menambah kekhawatiran aku dan Dara.
Beberapa jam kemudian, Aisyah keluar ruangan. Atas kuasa Allah, Alhamdulillah kami lulus sidang dan tinggal menunggu waktu wisuda. Akhirnya semua perjuangan kami di bangku kuliah selesai juga. Kami begitu bahagia dan satu persatu dari kami mulai menghubungi keluarga masing-masing memberi tau kabar bahagia ini. Tak lama kemudian Mbak Salma dan Mas Harun datang, mereka datang untuk mengucapkan selamat kepada kami bertiga, kemudian disusul dengan ustadzah Maryam dan ustad Farhan. MasyaAllah mereka sudah seperti keluargaku di sini. Aku menangis memeluk Mbak Salma dan Ustadzah Maryam sebab aku teringat bahwa tidak lama lagi kami semua akan berpisah. Hm sedih sekali rasanya harus berpisah dengan orang-orang baik seperti mereka.
Hari itu menjadi hari paling membahagiakan sekaligus sedih juga sih. Aku, Aisyah, Dara dan teman-teman lainnya tinggal menunggu hari wisuda.
Part 21 Wisuda Setelah seminggu menunggu kabar, akhirnya pihak kampus memberi kepastian bahwa wisuda akan dilaksanakan besok. Aku dan teman-teman lainnya segera menghubungi keluarga masing-masing agar mereka datang di wisuda kami. “Halo Assalamualaikum ayah” Aku menelfon ayah. “Waalaikumussalam, ada apa nak?” jawab ayah. “yah wisuda akan dilaksanakan besok,ayah dan ibu datang ya” ucapku. “oh besok, iya pasti ayah dan ibu datang” jawab ayah lagi. “ya sudah kalau begitu Wardah tunggu, Assalamualaikum” ucapku lagi. “iya Waalaikumussalam” jawab ayah. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya masa pendidikanku selesai dan akan segera menggapai cita-citaku.
Hari wisuda akhirnya tiba, aku menunggu ayah dan ibu di lobi kampus bersama dengan Aisyah dan Dara. Sembari mengabadikan moment bersama 2 sahabat ku ini. Aku begitu senang tapi juga begitu sedih, wisuda sudah tiba dan ini artinya aku akan segera meninggalkan pesantren dan berpisah dengan kedua sahabatku ini. Kami benar-benar akan saling merindukan nanti. “Kalian jaga diri baik-baik ya setelah kita berpisah, terutama kamu Aisyah, jangan suka sakit ya”ucapku. “hmm sebentar lagi kita benar-benar akan berpisah,aku akan sangat merindukan kalian berdua sahabat surga ku” ucap Aisyah. “udah-udah,sekarang kita harus berbahagia di hari wisuda kita, oke”ucap Dara. Tak lama kemudian orang tua kami datang dan prosesi wisuda dimulai.
Setelah prosesi wisuda selesai kami semua mengabadikan moment dengan keluarga dan teman-teman. Di tengah kami mengabadikan moment, tiba-tiba Mbak Salma datang pada ayah dan ibu kemudian membawa ayah dan ibu pergi dari aula kampus. “Ada urusan apa Mbak Salma memanggil ayah dan ibu?” gumam hatiku. Tapi aku tidak menghiraukan itu, aku tetap menghabiskan waktu bersama Aisyah dan Dara. Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan.
Tak lama kemudian ayah dan ibu kembali, aku pun bertanya “Ayah dan ibu dari mana? tadi mbak Salma ada urusan apa memanggil ayah dan ibu?” tanyaku. “emm sudah mau pulang kan?” jawab ibu. Mereka tidak menjawab pertanyaanku,aneh. Aku tidak memaksa pertanyaanku untuk di jawab dan bersiap untuk pulang ke rumah setelah perpisahan bersama teman-teman,sahabatku dan juga keluargaku di pesantren yaitu ustadzah Maryam, ustad Farhan, Mas Harun dan Mbak Salma. Di perjalanan pulang aku sudah merasa rindu pada suasana pesantren, bagaimana nanti.
Part 22 Hari Pertamaku Bekerja Hari ini aku akan mencari pekerjaan, dan aku akan melamar ke salah satu Rumah Sakit di kota tempat tinggalku. Ada 3 Rumah Sakit yang aku kunjungi untuk melakukan interview. Dan Alhamdulillah, aku di terima di salah satu Rumah Sakit yang aku pilih. Besoknya adalah hari pertamaku bekerja, akhirnya waktu yang aku tunggu tiba juga. Tapi aku sedikit sedih, sebab di tempat kerjaku kali ini tidak memperbolehkan aku menggunakan cadar. Ya sebenarnya aku sudah tau itu sebelum mengambil jurusan kesehatan, tak apa lah cadar itu sunnah jadi boleh aku lepas saat sedang bekerja.
Hari pertama aku bekerja semua orang menyambutku dengan ramah. Bahkan aku bertemu teman SMA disana, kami menjadi rekan kerja. Seperti pertama aku melaksanakan praktik kerja dulu, hari pertama di sini begitu melelahkan. Pasien berdatangan silih berganti, bahkan membuatku tidak bisa duduk sebentar saja. Aku pun hanya duduk saat melakukan sholat dhuhur saja waktu itu. Aku baru bisa istirahat pada pukul 14.00 WIB, dimana itu sudah sampai pada jam pulangku. Aku putuskan untuk langsung pulang dan beristirahat di rumah saja.
Saat perjalanan pulang aku melihat seseorang yang mirip sekali dengan Akbar. Tapi mana mungkin Akbar ada disini, sedang apa kalau dia disini. Mungkin aku hanya salah lihat saja atau mungkin orang itu memang mirip sekali dengan Akbar. Aku pun melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, aku segera membersihkan diri dan beristirahat sembari menunggu adzan ashar. Hari pertama yang melelahkan tapi tetap ini menyenangkan.
Part 23 Hanya Membeku Singkat cerita, tak terasa sudah 1 minggu aku bekerja di Rumah Sakit. Hari ini aku bekerja di shift pagi. Tak seperti biasanya, hari ini lumayan sepi. Jadi aku bisa banyak istirahat deh. Salah satu rekan kerjaku namanya Zahra, mengajakku membeli makan ke depan Rumah Sakit. Saat kami membeli semangkok bakso disana, aku melihat ada seseorang yang aku kenal. Ya itu Akbar. “Akbar” ucapku. “ee Wardah” ia terlihat kaget. “sedang apa disini?” tanyaku. “ee aku, aku lagii emm” jawabnya dengan gugup. “Bar? sedang apa?” tanyaku lagi. “ini ada kerjaan di dekat sini, Wardah kerja disini ya?” tanya Akbar. “Iya sekarang aku kerja disini, emm maaf ya bar aku harus segera kembali, takut ada pasien” ucapku “oh iya,semangat kerjanya Wardah” ucap Akbar. “Assalamualaikum” ucapku lalu pergi. “Waalaikumussalam”Balas Akbar.
Akbar ini sudah seperti bukan idolaku lagi. Sebab sudah beberapa kali bertemu, rasaku yang mengidolakannya seketika berubah seperti pada teman biasa. “tadi siapa dah?” tanya Zahra. “oh teman kuliah ra” jawabku. “emm cocok” jawab Zahra. “ha? apanya yang cocok?” tanyaku. “hehehe masa gak ngerti sih” jawab Zahra lagi. Jujur aku tidak mengerti apa maksud Zahra itu, aku tidak terlalu mempedulikannya. Beberapa jam kemudian, waktuku untuk pulang telah tiba. Aku pulang seperti biasa pada pukul 14.00 WIB. Perjalanan dari Rumah Sakit ke rumahku kurang lebih selama 20 menit menggunakan sepeda motor.
Sesampainya aku di rumah, aku melihat ada mobil terparkir di depan rumahku. Aku tidak tau itu mobil siapa dan di depan teras juga banyak sandal sepatu. Sepertinya sedang banyak tamu,tapi siapa. Saat aku memarkir sepeda motor, tiba-tiba ibu keluar. “Wardah” ucap ibu. Setelah aku mencium tangan ibu aku segera bertanya “ada siapa bu?” tanyaku. “sudah ayo segera masuk” ucap ibu. Setelah aku mengikuti ibu masuk, aku begitu terkejut ternyata yang ada di dalam rumah adalah Akbar dan keluarganya. Dan disitu juga ada ustadzah Maryam dan ustad Farhan, serta Mas Harun dan Mbak Salma. Aku masih terdiam beku melihat semua orang disana. pikiranku tak tentu mau kemana. Ada apa semua nya mengapa ada disini. Aku benar-benar seperti orang yang di bekukan seketika, tak tau bagaimana caranya keluar dari situasi ini.
Tak lama kemudian ibu menyuruhku untuk duduk. Kemudian ayah menjelaskan kepadaku. “Wardah kaget ya pasti. Jadi kedatangan semuanya disini itu untuk melamar kamu sebagai pasangan Akbar” ucap ayah to the poin. Mendengar ucapan ayah, aku yang beku seperti menjadi makin beku saat itu. Ini di luar dugaan sekali, Akbar yang aku idolakan bukan hanya ditakdirkan untuk bertemu denganku, tapi akan menjadikan aku sebagai istrinya. Benar-benar diluar dugaanku. Cukup lama aku terdiam karena syok. Benar-benar tidak aku sangka.
Part 24 Tanda Tanya yang Menemukan Jawabannya Setelah cukup lama aku terdiam, Ustadzah Maryam membuka suara. “Wardah… sebenarnya selama ini kami sudah tau Akbar sangat menantikan moment sekarang ini. Sejak dulu kamu memberikan surat pertama dari A, Akbar sudah memberi tau kami tentang niat baiknya ini” ucap ustadzah Maryam. “sebentar, jadi A itu Akbar?” tanyaku. “Betul Wardah, Akbar ga tau harus dengan cara apa berbicara dengan Wardah, lewat surat itu lah cara satu-satunya yang Akbar bisa lakukan, saat pertama bertemu Wardah waktu itu Akbar melihat Wardah membantu Mbak Salma di minimarket. Ntah angin apa yang membuat Akbar kagum dengan kebaikan Wardah. Jarang ada santri putri yang mau membantu Mbak Salma seperti itu, bukan begitu mbak?” ucap Akbar, dan Mbak Salma hanya tersenyum. “Akbar ga mau Wardah merasa terganggu, ya Walaupun dengan surat itu saja Wardah sudah merasa terganggu tapi Akbar ga ada pilihan lain. Sebenarnya Akbar diam-diam selalu ngikutin Wardah kemanapun, saat Wardah pulang dari Rumah Sakit juga Akbar ingin mengatakan sesuatu tapi di tahan oleh Azka. Azka lah yang membantu Akbar untuk mendekati Wardah, Azka menyarankan Akbar untuk mengatakan semuanya pada ustadzah Maryam dam ustad Farhan kemudian mengatakannya juga pada Mbak Salma dan Mas Harun” tambah Akbar. “Jadi maksudnya, selama ini semuanya sudah tau?” tanyaku. “iya Wardah semuanya sudah tau termasuk kedua sahabat kamu” ucap Mbak Salma. “hah? Aisyah dan Dara juga tau? kenapa tidak memberitahuku?” ucapku. “Akbar sengaja menyuruh semuanya untuk tidak mengatakan sebenarnya sebelum hari ini tiba, karna Akbar tau Wardah harus menggapai cita-cita Wardah dulu kan? sekarang Akbar pikir sudah waktunya Wardah tau dan memutuskan jawaban Wardah dari lamaran Akbar ini, Akbar siap mendengar apa pun jawabannya” ucap Akbar.
Aku benar-benar terkejut dengan semua ini, selain diam tidak ada hal lain yang aku lakukan. “Akbar, sebelum Wardah menjawab, Wardah boleh bertanya?” ucapku. “Silahkan Wardah” balas Akbar. “Jika Allah menakdirkan Akbar dan Wardah bersama, apa Akbar mengizinkan Wardah untuk tetap bekerja?” tanyaku. “Jika pekerjaan itu membuat Wardah senang, Akbar tidak akan malarangnya” jawab Akbar. Mendengar jawaban Akbar hatiku terasa lega. Namun tetap aku meminta waktu padanya “Bolehkah menunggu 3 hari lagi untuk Wardah meyakinkan diri? Wardah mau istikharah dulu” ucapku. “Akbar akan menunggu” jawab Akbar. Sejak itu semuanya kembali seperti biasa. Semua orang menunggu jawabanku 3 hari lagi. Aku benar-benar harus meyakinkan diri ini untuk menerima Akbar.
Hari ini semua pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat terjawab, sudah terjawab semua. Tanya tanya di pikiran ku telah berubah menjadi banyak kalimat indah. Setelah semua keluarga Akbar pulang, aku melakukan panggilan video pada Aisyah dan Dara. “Assalamualaikum” ucapku. “Waalaikumsalam Wardah, ada apa?” jawab mereka. “Ada apa ada apa… siapa suruh menyembunyikan hal yang selama ini aku pertanyakan?” jawabku. “maksudnya?” balas Dara. “Soal Akbar” jawabku. “waahhhh akhirnya Wardah tau, udah dilamar ya? di terima gak? terima deh war yaa” ucap Aisyah dengan sifat hebohnya. “heh aku masih marah sama kalian” ucapku. “hehe maaf ya war, kita ga bermaksud apa-apa kok.” jawab Dara. Aku sedikit kesal karena mereka ikut menyembunyikan hal ini. Bisa-bisanya tidak bicara apapun pedahal kami bersama setiap hari. Ah tapi semarah-marahnya aku pada mereka,mereka selalu punya cara untuk membuatku tertawa.
Part 25 Titik Terang Akhirnya semua tanda tanyaku menemukan jawabannya. Akbar, seseorang yang kuharapkan menjadi imamku benar-benar mengantarku pada kebahagiaan hari itu. Aku putuskan untuk istikharah sebelum menjawab pertanyaan di hari itu.
3 hari telah berlalu, saatnya hari ini aku mem dan beri jawaban pada Akbar dan keluarganya. Akbar dan keluarganya datang kembali ke rumah pada pukl 09.00 WIB. Semuanya terdiam setelah abi Akbar mengajukan pertanyaan “Wardah, sudah 3 hari berlalu. Sesuai dengan permintaanmu, bagaimana? apa keputusanmu mengenai lamaran Akbar nak?”. aku terdiam beberapa waktu kemudian angkat bicara “baik, bismillahirrohmanirrohim setelah saya istikharah dan meyakinkan diri, saya putuskan akan menerima lamaran Akbar”. Jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang terutama Akbar. Hari itu menjadi hari penting untuk Akbar, Wardah dan semua nya. Mulai hari itu Wardah Amira resmi menjadi calon istri Muhammad Firman Akbar.
Pernikahan dilangsungkan tidak lama dari pertunangan mereka. Dan akhirnya titik terangnya telah ditemukan sang idola dan sang penggemar telah menemukan kebahagiaannya 🙂
END
Cerpen Karangan: Widiya Ratnasari Blog / Facebook: wdyrtnsr.blogspot.com / Widiya R Nama saya Widiya Ratnasari, salah satu mahasiswi kesehatan di salah satu universitas di Jawa Timur. Saat menulis cerpen ini saya masih berusia 17 Tahun, dan saat ini saya sudah berusia 19 tahun. Saya terlahir di kota Bondowoso tepatnya pada tanggal 19 Juni 2003. Saya suka menulis cerita, apalagi waktu perasaan saya lagi galau, pasti muncul ide-ide untuk menulis apa saja, mulai dari quote, puisi, cerpen dsb.