Bunyi benda kecil jatuh ke lantai. Terdengar dari sebuah kamar bercat pink dengan hiasan lampu yang bergelantungan di dinding kamar. Tidak salah lagi, itu adalah kamar seorang wanita bernama Anya.
Ia nampak sibuk dan begitu tergesa=gesa mensolek dirinya dengan alat make-up. Padahal Anya sudah cantik tanpa riasan apapun. Namanya juga manusia, ia akan selalu kurang terhadap nikmat yang tuhan berikan kecuali orang-orang yang qanaah. Apalagi wanita memang menyukai bertatapan dengan cermin dan tidak bisa melepaskan diri dari jeratan make-up. Sungguh aneh bukan!.
Benda-benda yang terjatuh ternyata adalah peralatan make-up Anya. Akibat terburu-buru, ia tak menyadari bahwa dari tadi, setelah ia menggunakan peralatannya, ia melempar sembarangan. Ada sebuah alasan, ia sangat tergesa-gesa.
“Ini lagi juga!” seru Anya ketika melihat bedak yang tidak merata dan eyelinernya yang tidak sama panjang. Sebuah terikan keras membuat Anya kembali lagi membuat eyeliner yang sangat panjang sampai menyentuh alisnya. Ia menghempas nafas dengan kesal.
“Anya! Dipanggil mama”. Suara itu berasal dari balik pintu. “Bilangin ke mama, kalau aku sedang sibuk” serunya pada Mbak Alisa namun, tak kunjung ada jawaban yang didapatkan Anya. “Tuh kan kebiasaan Mbak Alisa emang gitu, kalau keperluannya sudah terpenuhi, pasti hilang tanpa harus mendengar jawaban” gerutu Anya kesal. “Awas aja kalau aku sudah jadi penyanyi terkenal” khayal Anya sambil tersenyum membayangkan raut Alisa yang akan menyesal nanti.
Akhir-akhir ini, Anya begitu sibuk dengan pekerjaan barunya yaitu membuat konten selawat di youtube bersama teman-temannya. Walaupun masih pemula tetapi pengikutnya sudah 500 subscriber.
“Ah! Aku benar-benar terlambat” ujarnya ketika melirik pada jam tangan. Anya langsung bergegas mengambil maskara sebagai sentuhan terakhir dari riasan. “Kenapa dengan maskara ini?”. Anya nampak kesal lalu memukul maskara dengan keras pada meja. Ia menghela nafas jengkel melihat semua peralatannya yang dari tadi tidak mendukungnya.
Tik tik tik… Gerimis hujan turun membuatnya terperanjat kaget. Dengan cepat ia menyambar dan memakai kerudung abu-abu yang memang sengaja ia mencocokkan dengan gamisnya. Kemudian memasukkan barang yang akan di perlukan nanti ke tas mungilnya. Baru saja membuka pintu, ia dikagetkan dengan seorang wanita yang berdiri menatap kesal. Raut wajah wanita itu terlihat sangat marah.
“Ada apa Ma?” tanya Anya menunduk dan Mamanya hanya membalas dengan gelengan kepala lalu, menarik tangannya ke ruang tamu. “Eeee.. Ma! Aku sekarang mau video klip” rengek Anya sambil menahan tarikan Mamanya. “Mama sudah bilang ke rekan kerjamu, mereka bilang tidak apa-apa kalau kamu hari ini izin, lagipula diluar hujan deras” Anya memandang hujan dengan kesal. Air yang turun itu tidak mendatangkan keberuntungan untuk Anya hari ini, “Sepertinya ini memang ini takdirku, mengelak kemanapun pasti hasilnya sama” pikirnya.
Anya terlihat pasrah ditarik Mamanya ke ruang tamu. Sesampainya disana, terlihat keluarganya sedang bercengkrama dengan seorang pria muda yang didampingi kedua orangtuanya. Mereka menghentikan percakapan ketika Mama Anya mengenalkan dirinya. Semua mata tertuju pada Anya kecuali pria yang akan dijodohkan dengan dirinya. Hati Anya tak karuan ketika disuruh Mamanya duduk di sofa.
Saat ini, pikiran Anya dipenuhi kata andai. Andai hujan tidak turun, andai teman-temannya tidak mengizinkan dan andai pria itu tidak menemui kedua orangtuanya. Mungkin ia tidak akan ada di situasi yang membuatnya tidak tahu harus apa selain diam dan mendengarkan Mamanya yang dari tadi berbisik.
Di bawah hujan yang mulai reda, pria itu bertanya pada Anya. Cukup lama Anya termenung memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Semua yang ada di ruang tamu nampak tegang karena Anya yang tak kunjung memberi jawaban. Ketegangan pecah ketika Anya menghela nafas untuk bicara.
“Bismillah” ujarnya sambil menganggukkan kepala pertanda dia mmenerima lamaran pria itu. “Alhamdulillah” ucap mereka semua dengan kompak. Padahal Anya masih ragu tetapi semoga niat baik ini dimudahkan oleh tuhan Sungguh hujan saat ini akan dikenang oleh Anya.
Cerpen Karangan: Ummu Aminatuz Zahroh