Hari itu sebelum kita berjalan seharian berdua, banyak hal yang ingin kucerita kan kepada dia, aku berharap akan ada waktu yang tepat untuk memulai percakapan itu, tanpa dia sadar jika itu adalah dirinya yang kuceritakan itu.
Sabtu 2014. Pukul. 09:54 wib. Kita bertemu di depan gerbang kampus.
“Hai Anha!” sapaku kepadanya. “Ada apa? Angga” jawabnya. “Besok ada waktu gak?, kalau kamu ada waktu saya ingin mengajak kamu jalan besok bisa gak?” “Eemzz.. Bisa Angga, jam berapa jalannya?” “Nanti saya tentukan jam berapa kita pergi” “Iya udah, saya masuk dulu ada mata pelajaran nih, nanti kamu kasih kabar aja iya!” “Iya Anha!. Nanti kusms atau kutelpon!”
Waktu ini berlalu dengan cepat, Anha beranjak pergi dari hadapanku, ingin rasanya aku menghentikan putaran waktu ini agar ku bisa mengobrol panjang lebar dengannya, huuu, apa mungkin bisa?
Dia adalah wanita yang tidak banyak bicara, tapi dia bisa menjadi pendengar yang baik, tapi tak terlalu peka akan perasaan, jika kita bercerita, dia tidak banyak berkomentar akan cerita itu, dia hanya berkomentar jika menurutnya harus, sifat cueknya dengan hal yang ada di sekitarnya, meski itu baik, atau pun buruk.
Hampir seharian saya di Kampus, sakarang sudah Pukul 17:36 wib. Saya memutuskan untuk pulang dan menantikan hari esok yang belum pasti berjalan dengan baik atau tidak.
Terasa cepat waktu kemarin hingga aku terbangun kan oleh Azan subuh, aku bergegas bangun dari tempat tidur dan pergi mandi, lalu Sholat Subuh. Selesai Sholat, ingin rasanya aku mengghubungi Anha!. untuk menentukan jam berapa kita akan pergi, belum sempat ku menelponnya, dia lebih dulu menelponku.
“Asallamuallaikum Angga” Sapanya. “Wa’allaikum musalam Anha!” “Angga, kita pergi nya jam berapa.? supanya saya bisa siap-siap biar kamu tidak menunggu lama nanti” “Nanti saya jemput kamu jam 8 ya!” “Iya, udah dulu Angga, mau siap-siap nih Asallamuallaikum” “Wa’allaikum musallam”
Saya telat datang ke rumah Anha!. karena jalan cukup ramai hari ini, hingga saya mencari jalan yang lebih cepat untuk sampai di sana dengan tepat waktu. Jam menunjukan Pukul 09:15 wib. Tepat berada di depan rumah Anha!. Sepertinya dia mendengar suara motorku dan dia kangsung keluar dari rumahnya, dengan wajah kesal.
“Hai, Angga. kenapa kamu telat, kamu janji jam 8 sampai disini?” dia sedikit marah “Maaf Anha! Jalan ramai hari ini sebab itu saya terlambat!” “Ya udah, kita langsung jalan kan, tunggu bentar saya ambil tas di dalam!”
Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku merasa membuat dia kecewa hari ini karena tidak menepati janjiku untuk datang tepat waktu. Sekitar 20 menit berselang. Kita sampai di tempat tujuan yang kujanjikan kemarin. Pulau Kemaro. Palembang.
Sesampainya di tempat itu tak banyak kata yang keluar dari mulut kami berdua, kami hanya berjalan mengelilingi pulau itu tanpa berbicara tentang pulau ini. Seketika pandanganku tertuju semua kursi yang di tepian Sungai Musi
“Anha!” “Ya, Angga!” “Kita duduk di situ iya” “Ya, udah kita duduk di situ”
Setelah duduk pun tak ada kata-kata yang bisa kuucap kan, kami hanya terdiam duduk bersebelahan. Tidak tau siapa yang memulai percakapan ini.
“Angga?” “Ya, Nha!” “Kita udah berjam-jam di tempat ini, tapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulutmu? Bukankah kau ingin bercerita tentang suatu hal?” Aku terdiam dengan pertanyaan itu. “Anha!, aku ingin bercerita tentang banyak hal kepadamu, tapi aku tidak tau ingin memulainya dari mana.” “Cerita aja Angga, aku akan dengarkan sampai selesai!”
“Kamu tau? Kan aku hanya kenal satu wanita, dan aku menyukai dia sejak pertama kali mengenal dia waktu SMA, sampai sekarang kita Kuliah, aku tetap menyukainya, bahkan aku menyayanginya meski dia tidak pernah tau. Aku pernah bepikir untuk bilang kepadanya, tapi aku merasa takut jika aku jujur, dia malah menjauh.”
“Memang kamu sangat mencintai dia, Ya Angga?” “Tentu saja aku sangat mencintainya bahkan lebih dari itu” “Beruntung sekali wanita itu, andai saja ada lelaki yang sebegitunya mencintai saya seperti kamu mencintai wanita itu saya akan sangat bahagia memiliki orang seperti.”
Aku terdiam, menjawab pertanyaannya dalam hati. “Iya Anha itu kamu yang aku ceritakan sekarang ini, kamu yang aku suka sejak SMA, sampai kita kuliah. Apa aku yang tidak berani jujur atau kamu yang tidak PEKA akan perasaanku selama ini.”
Tentu saja aku tidak menjawabnya seperti itu, aku belum bisa jujur tentang semuanya meski sebenarnya aku bisa saja mengucapkannya sekarang, tapi aku masih banyak waktu membuat dia paham dan mengerti perasaanku, walau mungkin dia tidak akan pernah mengerti dan paham dengan ucapanku, atau dia yang berpura tidak tau, entalah yang jelas, 3 tahun kita kenal kita belum pernah berpacaran, aku atau pun Anha!.
“Dia memang beruntung Anha!, tapi sepertinya dia tidak nenyukaiku, seperti aku yang menyukainya” “Loh kok gitu, Angga, kamu kan lelaki harus barani mengungkapkan persaan kamu sama dia, perempuan itu perlu kejujuran, kalau kamu gak berani jujur tidak mukin dia bisa suka sama kamu juga” “Bukannya perempuan itu, lebih PEKA akan persaan orang yang di dekatnya, bukankah perempuan itu punya sifat perasa, lebih cepat mengerti dibanding lelaki!”
Anha terdiam dengan ucapanku, seakan menegaskan persaanku kepadanya, tapi sepertinya dia tidak mengerti ucapanku. Dia melihat jam tangannya sontak dia berkata. “Astaga, kita udah 2 Jam duduk di sini, Angga? Kita cari makan aja laper nih!” Aku diam sebelum menjawab, aku berkata dalam hati, “Begitu sulitkah kau Anha! untuk mengerti dan paham, apa kau memang tidak PEKA sebagai wanita!”
Aku menjawab pertanyaannya. “Ya, udah kita makan” Waktu begitu cepat hingga jam menunjukan Pukul 20:15 wib, kami hampir seharian berjalan sampai lupa waktu jika hari sudah malam, kita hampir menghabiskan 1 hari ini, tapi tidak ada yang Anha tau jika perempuan yang kuceritakan adalah dia, sesampainya di rumah Anha pun sepertinya dia tidak pernah tau jika dia yang kuceritakan seharian ini.
“Anha!, kita udah sampai di rumahmu!” “Ya, maksih udah mau ngaterin balik.” “Oh. Iya, aku pulang, besok aku mau pergi ke Pekanbaru, ambil studi di.!” “Kamu berangkat jam berapa nanti kabari kalau udah sampai di sana.!” “Siap bawel kalau sempat nanti kukabari kamu” “Ya, udah hati-hati berangkat besok, aku bakal Kangen sama kamu di sana nanti.” Aku terdiam melihat wajah sedihnya, apakah dia takut aku tak akan kembali, atau dia takut kehilangan sahabat, entahlah yang jelas malam itu aku menghabiskan 1 Hari bersamanya,
“Aku pamit ya. Anha!, jaga diri kamu baik.!” “Iya, Angga, kamu juga ya.” “Oh, iya satu lagi, semoga kamu PEKA tentang yang kuceritkan tadi.!” Dia hanya diam dengan raut wajah sedih, aku berjakan pergi dari hadapannya, tanpa kutemukan jawab itu, apa aku terlalu takut atau aku yang sangat bodoh tidak punya keberanian, entahlah. Itu semua kuserakan dengan Allah Swt…
Cerpen Karangan: Whendi Anggara Blog / Facebook: Whendi Anggara ER