Namaku selly atmaja, umur 19 tahun dan mahasiswi psikologi sebuah universitas negeri. Kebanyakan dari teman-temanku sudah memiliki kekasih tetapi ada juga beberapa yang bernasib sama denganku. Mungkin di usia seperti aku sudah waktunya mencari dan menyisihkan waktu untuk kekasih, tetapi entah apa yang ada di pikiranku saat ini aku tidak pernah terpikir ingin menjalin hubungan dengan siapapun bukan sombong atau merasa perfect. Tetapi menurutku seorang yang menjadi kekasih harus lebih satu tingkat dengan aku dalam berbagai aspek. Mungkin sepertinya aku seorang yang egois atau yang sombong tetapi itulah aku sebenarnya.
Sampai satu waktu ada lelaki yang berhasil mencuri perhatianku, awalnya kami satu kelompok dalam ospek dan dia sebenernya anak yang sengok dan tidak ada tipe idealku yang ada di dirinya. Tapi dia selalu bersikap baik dan selalu luangin waktu buat hanya sekedar balas chat aku yang sebenarnya gak penting, dan dia selalu bersikap yang membuat aku nyaman dan aku terjebak dalam perasaan yang tidak menentu. Padahal mungkin saja yang dilakuin dia kepada aku dengan teman dia lainnya juga sama.
Awalnya aku kesampingkan prasangka aku terhadap perasaan yang aku miliki, tapi ada momen dimana aku merasa bahwa aku memiliki perasaan yang berbeda dengan dia. Aku terang-terangan mengungkapkan memiliki perasaan kepada dia, tetapi dia menanggapi aku dengan santai seperti kita memang benar-benar hanya sebatas teman. Sampai aku lelah dengan perasaan yang tak terbalas ini jadi aku lost contact dengan dia dan mengubur semua apapun tentang dia.
Tetapi karena kita memang ada di lingkungan yang beda dan jarang ketemu itu juga yang membuat aku berhasil melupakan dia walaupun hanya sedikit. Sekarang dia sudah memiliki seseorang yang benar-benar ia sayangi, aku hanya bisa mendukung dia dan mengatakan semua baik-baik saja, walaupun terkadang masih sering muncul dejavu yang sering aku lalui walaupun itu hanya dengan rute yang biasa kami lewati.
Terkadang aku berpikir “apa sih spesialnya dia sehingga aku gak bisa ngelupain kamu?” pertanyaan seperti itu kadang yang membuat aku tidak mengerti akan logika cinta atau perasaan. Walaupun dia hanya sekedar chat yang sebenernya tidak penting tetapi aku selalu notice dengan serius.
Tuhan aku ingin bahagia biarkan kali ini aku mendapatkan apa yang kumau, terkadang seperti itu yang tersirat di dalam pikiranku
Cerpen Karangan: Elf Blog / Facebook: indah elfariani