Kalian tahu gadis paling beruntung di kelas yang saat ini aku berada? Ah, mungkin aku harus memperkenalkan diri. Hai… Aku Sana, murid paling beruntung di kelas ini. Tapi itu menurut teman-temanku. Mereka hanya memandangku secara fisik dan otak yang menurut mereka sempurna. Namun, mereka tidak tahu bahwa aku tidak sesempurna itu.
Memang benar bahwa tidak ada manusia yang sempurna begitupula denganku. Aku memang dikaruniai fisik dan otak yang merupakan kelebihanku. Sebagian orang menikmati masa remajanya dengan cinta dari seseorang. Itu tak berlaku bagiku dan inilah hal yang tidak diketahui siapapun. Aku menyukai seseorang atau lebih tepatnya mencintai seseorang.
Dia teman sekelasku. Dia laki-laki yang baik. Sederhana dan pendiam. Entah bagaimana aku bisa menyukainya yang berujung menjadi rasa cinta.
Akan kuceritakan ceritaku pada kalian. Cerita cinta sederhana yang biasanya hanya kuceritakan di buku diaryku.
“Na-chan!” teriak temanku yang merupakan pecinta jepang itu. Namanya Revi. Dia bilang wajahku seperti orang jepang, jadi dia memanggilku seperti itu. “Apaan sih, Rev! Manggil orang seenaknya aja,” gerutuku sebal. “Lo ngapain dari tadi di kantin? Nggak denger bel masuk udah bunyi?” “Nah lo ngapain di kantin juga?” “Eh malah balik nanya. Gue habis bayar hutang. Udah ayo ke kelas bareng!” “Ya udah ayo.” aku beranjak dari kantin dan berjalan beriringan dengan Revi.
Sesampainya di kelas, aku mendudukan bokongku di tempat duduk. Aku melihat beberapa anak sedang mengerjakan sesuatu di bukunya masing-masing.
“Ada tugas ya, Bay?” Tanyaku pada ketua kelasku yang bernama Bayu yang tempat duduknya ada di belakangku. “Iya.” “Yang mana sih? Kok gue nggak tau?” “Yang ini.” dia menyodorkan bukunya kepadaku. “Oh my god! Gue belum selesai! Bayu gue nyontek ya… Plisss.” “Nggak.” “Kok nggak sih?” “Lo kan pinter.” “Jawaban apaan tuh!” aku mengembalikan bukunya dengan kasar lalu mengambil buku tugasku. “Kalau lo bukan orang yang gue taksir. Udah habis lo! Untung gurunya belum dateng,” gerutuku dalam hati.
Hari ini hari yang sangat menyebalkan. Kalau bukan karena Bayu aku pasti nggak dapat hukuman. Dasar laki-laki menyebalkan!
Aku berjalan menulusuri koridor sekolah. Bel pulang sudah dari tadi berbunyi namun aku masih betah berjalan menelusuri sekolahan dahulu.
“Bayu,” gumamku saat melihat seseorang sedang berdiri di depan loker. Dia terlihat sedang membaca sebuah surat sambil tersenyum. Itu suratku! Aku tahu sekali dengan amplop surat bergambar sailor moon itu. Aku tahu sekali. Aku berjalan ke arah Bayu.
“Hai, Bay!” sapaku sambil tersenyum. “Hai.” Bayu segera memasukkan kembali surat tadi dan memasang wajah datar. “Surat dari penggemar lo ya?” “Hmm.” “Lo banyak yang naksir ya. Kalo pengin punya pacar tinggal milih salah satu deh.” “…”
“Itu dari siapa?” aku menunjuk ke surat yang masih dipegangnya. “Nggak tau. Nggak ada namanya.” “Itu kalimat yang paling ramah saat lo ngomong sama gue.” Apa karena suratku yang membuatnya seperti itu? Bagaimana jika dia tahu bahwa pengirimnya adalah aku? Apakah dia bisa tetap bicara seramah itu? Aku tahu bahwa Bayu tidak menyukaiku. Dari caranya berbicara pun sudah kentara sekali. Aku sadar akan itu.
“Gue pulang dulu ya. Bye.” Aku meninggalkan Bayu dan berjalan untuk pulang.
Jika kalian tanya apakah aku senang. Ya aku sangat senang. Secara tidak langsung dia menyukai suratku. Aku tahu bahwa surat penggemar lainnya tidak pernah dia baca. Dia membuangnya. Aku tahu itu.
Mungkin ini adalah kesempatan untukku. Kuharap aku bisa mendapatkan hatinya. Ya. Hanya itu.
Tuhan, Bisakah kau mengabulkannya sekali lagi?
Cerpen Karangan: Ine S.H.