1 minggu menjalani masa usia 24 tahun, mulai kumaknai berbagai hal di hidupku yang indah. Salah satunya perasaan cinta. Sebuah perasaan yang wajar dimiliki kepada lawan jenis. Perasaan itu juga yang kini tengah Aku miliki kepada seorang pria berusia 3 tahun lebih tua dariku.
Perasaan cinta lebih menarik sejenak untukku, meski terdapat hal yang kini jauh lebih menarik dari cinta. Berbagai impianku itulah yang jauh lebih menarik untukku. Akan tetapi karena 6 bulan ini Aku jarang memikirkan cinta, kucoba mengenangnya lewat tulisan sebagai bentuk pengabadian kisah.
Kini di masa 1 minggu usia 24 tahun Aku masih mencintai seorang pria serba biasa namun sungguh bisa membuat Aku yang dahulu biasa jatuh cinta dengan beberapa pria serba “wah”, menjadi luluh mencintainya. Bukan dia yang berjuang, tapi dari cerita teman tentangnya dan dari pencarianku tentangnya, setelah itu rasa cinta untuk pria itu hadir.
Dia yang terlihat biasa, tampak tidak memiliki banyak kelebihan seperti beberapa teman-teman pria disekitarku, akan tetapi setelah Aku telusuri tentangnya itulah kelebihan dia kutemukan. Kelebihan yang membuat Aku merasa kaget dan jatuh cinta perlahan dengan pria tersebut. Pria tersebut memiliki banyak kecocokan denganku. Hatiku luluh tepat karena banyaknya kecocokan yang dimiliki antar Aku dan Dia.
Pria ini kukenal dari seorang adek tingkat di jurusanku. Adek tingkat yang menceritakan tentang asisten dosen yang ternyata juga mata kuliahnya waktu itu akan Aku ambil. Saat diceritakan tentang seorang asisten tersebut, Aku sangat cuek, akan tetapi terlalu sering diberi cerita tentang seorang pria, Aku yang jomblo ini pun penasaran. Akhirnya Aku cari tau, kemudian jauh lebih tau tentang pria tersebut di kelas tempat pria tersebut menjadi asisten dosen.
Kedudukan pria ini yang jauh lebih tinggi dariku membuat Aku tidak bisa asal bersikap, seperti kesalahanku ke pria sebelumnya yang gagal bersikap dengan sering mengirim chat tidak penting. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama seperti pria yang aku cinta sebelumnya. Terlebih seorang pria yang Aku cinta saat ini adalah seorang asisten dosen yang pasti memiliki banyak kesibukan. Cukup… Aku bahagia kalau dia nyaman atas keberadaanku.
Jatuh cinta secara diam-diam dengan penjagaan lebih jauh itu juga yang Aku alami di usia 24 tahun. Sebagai seorang wanita juga, secara wajar Aku hanya bisa mencintai seorang pria secara diam-diam. Namun bukan berarti seutuhnya diam dalam mencintai, Aku juga bergerak secara wajar untuk chat berbagai hal chat paling utama dengan pengelolaan besar. Hal utama juga bergerak lewat do’a. Berdo’a yang terbaik untuk pria yang Aku cinta.
1 minggu di usia 24 tahun, Aku sudah 3 kali berinteraksi dengan pria yang Aku cinta. Pertama, pertemuan tidak sengaja di lobby lantai 1 saat pria ini sedang mengoordinasi sebuah acara kecil. Kedua di chat sekaligus telepon dariku yang salah klik. Dan ketiga, di sidang skripsi seorang teman pria super keren.
Pada berbagai pertemuan itu terdapat interaksi yang wajar dan normal. Sekedar sapaan “Pak Reno” dan di jawab dia “Iya Mbbak”. Sudah cukup membuat Aku bahagia. Jika obrolan panjang menyenangkan, akan tetapi entah kenapa 2 minggu sebelum 3 pertemuan ini kurasa terdapat perubahan dari banyak percakapan, menjadi seperlunya. Pada masa seperti ini juga Aku merasa takut kalau saja Aku melakukan kesalahan ke pria tersebut.
Pertanyaanku tentang seorang pria tersebut terjawab saat aku ulang tahun, dan sedang nongkrong di sebuah kedai kopi bersama seorang teman perempuan, Aku sekedar iseng bertanya kepada seorang temanku yang juga diam-diam punya relasi yang menjadi teman dekat pria yang Aku cinta. “Va… Pak Reno itu sebenarnya sudah punya pacar belum?” “Kata temenku, Pak Reno sudah ada yang punya” Jlebbb… pada waktu itu juga rasanya Aku patah hati. Air mata ingin keluar, aku coba menahan air mata, hingga aku menyerah. Aku ke kamar mandi untuk menangis sedih mengetahui kabar tersebut. Pak Reno yang terlihat jomblo ternyata memiliki pacar. “Maaf Pak Reno… Aku terlanjur mencintaimu dengan tulus” ucapku dalam hati.
Usai dari kamar mandi untuk menangis, Aku kembali dengan wajah yang Aku usahakan biasa saja. Bercakap biasa selain Pak Reno dan juga selain cinta. Menjauhi pembahasan tentang cinta dengan super maksimal.
Cinta di usia 24 tahun kurasa bukan sekedar cinta biasa. Sebab usia 24 tahun cinta sudah selayaknya di bawa kepada hal serius yang bernama pernikahan. Begitulah yang aku amati di sekitarku. Banyak temanku yang sudah menyatukan cinta pada jenjang pernikahan. Maka Aku pun juga sama dengan teman-temanku, ingin memiliki cinta yang disatukan pada ikatan suci pernikahan.
Cinta yang Aku miliki kepada pria biasa ini sempat mengalami kegoyahan berkali-kali untuk dihapus, terlebih saat Aku tau kalau pria tersebut sudah punya pacar. Keinginan untuk menghapus di masa 2 hari mengetahui pria tersebut punya pacar, menjadi semakin kuat. Dia sudah punya pacar. Ternyata selama ini Aku mencintai pacar orang.
Akan tetapi di hari ke 3 mengetahui, Aku berubah fikiran lagi setelah menelusuri berbagai hal tentangnya yang membuat Aku jatuh cinta. Aku menjadi semakin merasa yakin pria tersebut adalah jodohku. Maka sejak saat itu juga Aku mantap untuk tetap mencintai pria tersebut hingga kelak Aku sah menikah dengan seorang pria yang entah siapa. Jika bukan Pak Reno, Aku akan menghapus rasa cintaku ke Pak Reno. Akan tetapi jika sungguh Pak Reno, Aku akan mencintai Pak Reno hingga maut memisahkan dan jika bisa hingga akhirat.
Keputusanku untuk tetap mencintai Pak Reno meskipun Pak Reno sudah memiliki pacar, itu berat. Akan tetapi Aku sudah terlanjur menemukan cinta yang baik dengan banyaknya saling kecocokan yang aku temukan. Sulit kutemukan pria yang memiliki banyak kecocokan denganku. Meskipun aku bisa saja beralih ke pria-pria super mempesona di sekitarku yang jauh lebih baik juga komunikasinya denganku. Akan tetapi sulit untukku. Pak Reno itu seorang yang berbeda untukku. Saat Aku telusuri, Aku seperti menemukan Aku di dalam diri Pak Reno.
Kini… Aku membiarkan diri ini tetap mencintai Pak Reno. Sikap dewasa kulakukan saat mencintai Pak Reno. Kebahagiaan wajar saat mencintai Pak Reno juga tetap Aku alami. Pertemuan-pertemuan tidak sengaja dan sengaja yang melakukan perbincangan singkat, jauh lebih indah daripada chat di media sosial. Interaksi di media sosial berkurang, sebab kenyamanan bersama.
Cinta di usia 24 tahun itu cinta dengan tulus kepada seorang pria biasa.
Cerpen Karangan: Nur Hanifah Ahmad Blog / Facebook: ekspedisi-kata-enha.blogspot.com / Nur Hanifah IG: @nur.hanifah.ahmad