Siang itu aku sedang menonton film kesukaanku di youtube dengan Hape android yang biasa aku pakai. Aku melihat muncul notifikasi dari group whatsapp, yang berisi pemberitahuan dari Kepala Jurusan bahwasanya nanti sehabis maghrib ada kajian Kitab Turots khusus untuk Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadits. Dalam keadaan lelah baru saja pulang dari kampus aku menggerutu di dalam hati, “yaahh ke kampus lagi, mana jarak ke kampus dari rumahku jauh” sambil melempar hape keatas kasur.
Karena merasa kajian ini cukup penting bagiku, aku coba menghubungi “Yanto”, melalu chat whatsapp, dia teman sekelasku, kami duduk dikelas B, dia tinggal agak dekat dengan kampus, “To, kamu berangkat ke kajian turots yang diumum pak Kajur nggak?” Tanyaku “iya, soalnya penting sih, kalau kamu gimana?”, balas Yanto singkat. “kalaw aku sih agak berat berangkatnya, kamu kan tau sendiri rumahku lumayan jauh dari kampus” “jadi gimana?, kamu berangkat atau nggak?”. Tanya Yanto “kita lihat nanti aja lah, ini juga masih siang, baru aja selesai sholat dzuhur” “Hmmm…” sambil menghela nafas panjang kurebahkan badan diatas kasur, seraya memikirkan berangkat kajian nanti, tak terasa mataku terpejam dan tertidur.
“Allahu akbar Allahu Akbar…” Suara dari masjid membangunkanku, ternyata telah masuk waktu sholat ashar, “khuaaaoohh…” aku menguap sambil mencari dimana kuletakkan hp ku tadi, ternyata disampingku. Ada notifkasi dari whatsaapku, ternyata itu dari “Siti” sosok wanita cantik dan kalem dari kelas A. aku sering melihatnya di kampus, tapi mungkin dia tak mengenaliku. Dengan perasaan galau akhirnya aku baca pesannya “Assalamu’alaikum, ini nomornya Riki kan?, kenalin aku Siti dari kelas A, kamu sudah baca pemberitahuan dari Pak Kajur Terkait adanya Kajian Kitab Turots ba’da Maghrib nanti?” “iya sudah, ada apa ya?” tanyaku balik “rumah kamu di Desa Kayu Rimbun kan?” Tanya Siti. “betul…” Jawabku. “nah, pas banget rumahku di Desa Daun Jati,” Tanya Siti. Desa Daun Jati kebetulan Desa yang jalannya sering kulewati untuk berangkat ke kampus. “Ooo…” Jawabku singkat “emangnya kenapa Desa Kamu ti?” tanyaku. “jadi gini, aku mau berangkat ke kampus untuk menghadiri kajian itu, tapi nggak ada temennya, nah kalau kamu nanti berangkat ke kajian itu, berarti kita bisa barengan, gimana?, kamu berangkat nggak?” Entah kenapa tiba-tiba rasa galauku seketika hilang, sambil senyum-senyum sendiri aku balas pesan dari Siti. “hm ok nanti aku jemput kamu”. “nggak usah dijemput, nanti pas pulang aja kita barengannya” jelas Siti dipesan singkatnya. “Loh kok gitu, maksudnya gimana Ti?” tanyaku harap cemas “iya nanti kan pulangnya malem, aku takut di jalanan banyak perampok”. “Oke, berarti kita pulangnya nanti barengan nih?” tanyaku meyakinkan “iya Ki” “yaudah aku mau sholat Ashar dulu nih”. “Oke” jawab Siti.
Dengan semangat yang memuncak aku segera kekamar mandi untuk mandi dan wudhu untuk melaksanakan sholat Ashar, selepas sholat, aku pun siap siap untuk berangkat ke kampus. Sebelum ke kampus aku mampir ke rumah Yanto sembari menunggu waktu Maghrib, sesampainya didepan rumah Yanto, aku kembali menghubungi Yanto melalui panggilan telepon.
“halo assalamualaikum, posisi To?” “waalaikumsalam, di rumah ki, ada apa?” balasnya. “aku didepan rumahmu” “hah?… , yaudah aku keluar” jawab Yanto. “tut… tut… tut..” panggilan telepon terputus. “lah, mau kemana kamu ki?” Tanya Yanto penasaran. “mau ngaji lah, ngapain lagi,” jawabku ketus. “hmm yaudah, ayo masuk ke rumahku dulu, kajiannya masih lama.”. ajaknya “woke..” jawabku.
Setelah beberapa lama menunggu, berkumandanglah suara adzan tanda masuk waktu sholat maghrib, dari masjid yang tepat berada disamping rumahnya Yanto, kami pun bergegas kemasjid untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah, selepas sholat, tak lupa aku berdoa didalam hatiku, untuk kedua orangtuaku, dan untuk dambaan hatiku, yaitu Siti, si wanita cantik dan kalem yang menjadi idamanku. Dengan rasa takut terlambat dan dimarahi pak Kajur kami pun segera berangkat ke kampus, Pak Kajur juga dikenal sebagai Dosen Killer di kelasku.
Sesampainya di kelas pandanganku langsung tertuju pada sosok wanita yang selalu kukagumi, yaa tentu saja Siti, tampaknya dia juga memandangku. Seketika hatiku berdegub kencang melihat sorot matanya yang tajam dengan alis melentik. Namun, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Benar saja yang kami fikirkan Pak Kajur telah Hadir di ruangan itu, dengan sedikit canggung aku langsung mencari bangku yang kosong untuk ditempati, belum sempat duduk, terdengar suara dari Pak kajur yang bertanya. “hei, Riki sama Yanto kok baru datang?, kenapa Terlambat?.” Tanya Pak Kajur Dengan spontan aku menjawab “iya Pak, Maaf tadi Do’a nya kepanjangan, mangkanya jadi terlambat, maaf Pak.” “waduh…, bapak jadi pengen tahu, Doa apa saja tadi Riki?” Tanya Pak Kajur sambil senyum-senyum tipis. “banyak pak, pokoknya untuk seseorang lah pak… dan tak bisa disebutkan disini hehehe…” jawabku sembari tersipu malu. Seketika satu kelas tertawa mendengar jawabanku yang terkesan ngeyel. “Oooh, jangan-jangan untuk seseorang yang ada di kelas ini yaa?” Tanya Pak Kajur lagi. “hm, bisa jadi pak” jawab yanto disampingku sembari tertawa.” “Ya ya ya, sudah-sudah, mari kita mulai pembukaan Kajian Turats kita di pertemuan pertama ini, untuk Riki lain kali jangan sampai terlambat lagi ya. Tegas Pak Kajur. “iya pak, maaf” Begitulah Pak Kajur, yang dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin, namun seringkali bercanda dengan para mahasiswa didikan beliau.
Satu jam berlalu, acara pembukaan kajian pun telah selesai, semua mahasiswa keluar kelas termasuk aku dan Yanto, kami berjalan menuju parkiran motor. “Riki…” Suara yang lembut nan syahdu memanggil namaku, ketika ku menoleh ke belakang ternya benar suara itu dari Siti. “yaa… ada apa mbak siti” sahutku. “jadi pulang bareng kan?” Tanya siti. “Iya mbak siti, ayok pulang” jawabku dengan nada yang sangat lembut. “ok” jawabnya singkat.
Di sepanjang perjalanan aku mengiri motornya dari belakang, sampai ke depan rumahnya, setibanya di rumahnya, aku berpamitan. “Ti, aku pulang dulu ya” “loh, nggak mampir dulu ki?” Tanya nya “kapan-kapan aja Ti, ini juga sudah malam,” jawabku. “Oh ya, hati-hati di jalan Ki” “iya Ti, Assalamu’alaikum” “waalaikumsalam” Perasaan bahagia dan senyum-senyum sendiri menemaniku sampai ke rumah.
Cerpen Karangan: Mishbah Rahman AR Blog / Facebook: Mishbah Rahman El-jambie Mishbahuddin lahir di Desa Tanjung Raden pada tanggal 28 Nivember tahun 2000. menempuh pendidikan sekolah dasar di SD 144/VII Tanjung Raden 1, kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Daarul Aula selama enam Tahun, dan sekarang sedang menjalani pendidikan S1 di salah Satu Universitas islam yang ada di Kabupaten Tulung Agung.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com