Kata orang masa saat di SMA adalah masa yang penuh keindahan, terdapat banyak kisah yang dilalui dalam setiap harinya. Aku pun kini sedang merasakannya. Seperti teman-teman lainnya, mulai pertengahan tahunku di SMA aku merasa ada gejolak hati di diriku. Kata temanku tandanya aku sedang merasakan jatuh cinta pada seseorang. Kini, aku telah memasuki kelas sebelas di SMA. Tidak terasa waktu terus berlalu, sebentar lagi juga tidak lama akan lulus.
Pagi ini aku bersiap untuk berangkat ke sekolah. Persiapan dalam perlengkapan untuk dibawa telah dicek kembali semuanya lengkap. Kemudian, aku pun berpamitan kepada ayah dan ibu untuk berangkat sekolah. Kali ini aku berangkat dengan gojek, biasanya ayah akan mengantar tetapi sedang sibuk sekali. Jadi tidak bisa mengantarkanku di awal masuk tahun pelajaran baru ini.
Beberapa menit kemudian, akhirnya aku telah sampai di depan gerbang sekolah. Aku pun tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Abang gojek. Setelah itu, dengan semangat pagi aku masuk ke sekolah dan mencari kelasku yang baru. Sesampainya di lorong sekolahan yang luas sambil melihat-lihat kelasku nanti yang akan ditempati, tiba-tiba seseorang berteriak memanggilku.
“Mel! Tunguuu…” katanya dan aku langsung mengenal suara itu, ya dia Caca, sahabat karibku. Kemudian, aku menengok ke belakang dan menghampirinya yang tengah kehabisan tenaga setelah berlarian. “Aduh, Ca. Masih pagi, astaga!” kataku sambil menenangkannya. “Ah iya.., hufft….” “Kamu sekelas kan, Ca? Sama aku?” “Iya dong, Mel. Horeey!!” katanya semangat lalu merangkulku sambil berjalan menuju kelas.
Sesampainya di kelas, suasananya masih sepi karena banyak yang belum datang. Di kelas sebelas ini, wajah-wajah teman lainnya banyak yang belum aku kenal. Karena dari kelas sepeluh teman-temannya diacak kembali. “Ca, duduk di sana yuk.”
“Oke, oke. Wihh enak nih, di sini dapet kipas angin nyamaaan…” katanya kemudian duduk di bangku dan diikuti olehku di sampingnya. “Caa…ca, capek deh. Kan, kamu tadi abis lari-lari, wajar dong.” ejekku kepadanya, dia hanya menjawab dnegan meringis.
Beberapa menit kemudian, kelas mulai penuh teman-teman dan ramai. Satu persatu yang masuk ada banyak yang wajahnya kenal dan ada juga yang belum. Meskipun diacak, banyak juga yang dulu dari satu SMP. Namun, banyak yang tidak kukenal.
“Eh, Mel… lihat tuh!” bisik Caca tiba-tiba. “Apaan, Ca?” tanyaku bingung apa yang dikatakannya. “Ihh, perhatiin deh. Di kelas kita ada cowok yang kamu taksir dari kelas sepeluh, kan? Lihat, dia satu kelas!” bisiknya lagi dengan semangat. Aku yang mendengarnya langsung kaget membelalak, tak percaya akan satu kelas. Aku pun tiba-tiba mulai merasa tersipu sendiri dan dia duduk di bangku depanku. “Aduh, Ca!” kataku berbisik dengan malu. “Ecieelah, tuh kan duduk di depanmu, Mel!” katanya senang dalam bisikan. “Aduh, sudah diam Ca! Nanti ketahuan,” jawabku tersipu. “Siap, bos!”
Saat dia datang memasuki kelas dan duduk di bangku depanku, aku selalu memperhatikan dirinya. Setiap gerak-gerik yang dilakukannya aku seperti terfokuskan. Sampai aku tidak sadar ada seorang yang dari tadi memanggilku terus-menerus. Aku pun terkejut, kulihat sekeliling kelas banyak yang melihatku karena tidak menjawabnya. Dan itu panggilan dari teman semasa SD sampai SMA ini, namanya Bella. “Eh, Mel. Kamu tu Lo! Kasihan tuh Bella,” kata Caca menyadariku sambil menepuk jidat. “Hehehe, Yaa maaf lah. Eh, iya Bel! Sinii!!” sahutku. Kemudian Bella pun datang menghampiri. Namun, sebelum sampai ke arah mejaku, Bella terlebih dahulu berjalan menuju ke bangku yang di depanku. Ya, seseorang yang aku suka. Aku mulai bingung, sejak kapan Bella bisa seakrab itu sama teman lainnya. Aku pun tidak pernah mendengarnya kalau dia sampai berteman begitu. Aku lihat percakapan keduanya kedengaran sangat dalam terlebih seperti sudah akrab sekali.
“Eh, Mel, si Bella ternyata dekat sekali dengan dia,” bisik Caca yang terkejut juga. “Aku juga baru tahu, Ca. Mungkin iya udah lama kenal.” “Yah, Mel. Kamu kesaingi tuh,” “Apaan, dah. Aku kan gak ngapa-ngapain. Jangan gitu, deh!” “Yee, Awas lo ya nanti kalau ada curhat tentang itu.” “Hmm…” balasku yang tidak menanggapinya dan sibuk fokus dengan melihat kearah mereka berdua.
Setelah mengobrol keduanya yang terbilang cukup lama, si Bella pun datang menghampiri ke mejaku. “Eh, Amel. Apa kabar, loh? Maaf ya malah ngobrol sama yang lain dulu. Eh hai, Ca!” sapa Bella. “Hai hai Bel!” balas Caca dengan tersenyum. “Kabarku baik kok, Bel. Gimana sama kamu? Eh, kamu punya gebetan ya?!” tanyaku tetapi, “eh…” gumamku yang menjadi keceplosan. Caca yang mendengar ucapanku langsung menengok dengan muka kaget sekaligus bingung. “Apaan, dah, Mel. Tuh, kan…” kata Caca yang belum selesai karena terpotong ucapan dari Bella. “Iyaa, aku baik. Hehehe, kok kamu langsung paham sih, Mel. Kelihatan sekali ya, benar tadi itu bisa disebut doiku. Duh, rahasiain ya Mel, Ca!” ucap Bella yang langsung membuatku terbelalak seperti ada sesuatu yang telah menusuk tetapi bukanlah jarum. “Waah, yang tadi ngobrol panjang sekali ya? Kenalin dong,” tanyaku penasaran. “Hmm… namanya Bima, dia ganteng kan? Aku makin suka deh, soalnya dia sering bantu aku.” ucap Bella lagi dengan wajah senang. Caca yang mengetahui suasana ini pasti terasa tidak nyaman, dia pun memilih untuk mengakhiri topik tersebut. Mencari ke topik pembicaraan lainnya. “Eh, ya sudah. Aku mau ke bangku dulu sama Ira, dadah kalian. Senangnya bisa satu kelas.” Katanya dan berlalu.
“Ihh, Mel aku tahu kamu sedang berpura-pura kan? Jujur aja, sakit kan Mel.” “Maksudnya, apa sih, Ca? Sok tahu, deh. Kata siapa aku berpura-pura, dah” “Eleh, kelihatan tahu.” “Hanya memberi dukungan gitu sama teman bisa disebut aku pura-pura sama perasaan gitu, Ca?” tanyaku yang semakin kesal. “Hey, santai dong. Aku bertanya saja loh,” katanya dan aku mengabaikannya karena sedang kesal atas diriku sendiri.
Aku mulai berpikir apa yang dikatakan Caca ada benarnya juga. Ada apa sih denganku, kok malah menjadi kesal sendiri tentang perasaan. Sepertinya aku mulai merasakan kecemburuan. Selama pelajaran hari pertama ini aku sangat tak fokus, tetep saja kepikiran. Beberapa menit kemudian bel berbunyi tanda jam istirahat telah datang. Teman-teman satu persatu keluar kelas menuju kantin, di sampingku si Caca tidak bilang apapun langsung pergi keluar. Sepertinya dia kesal karena ku yang tak mengerti ini. Di dalam kelas aku hanya termenung diam.
Tiba-tiba… “Eh, hai!” Sapa seseorang dengan ucapan yang masih asing. Aku dongak kan kepala yang sebelumnya menunduk dan ternyata orang itu menyapaku. “Eh, hai. Kenapa?” balasku bertanya “Kamu Amel kan? Temannya Bella? Aduh, jadi deg-deg an. Ya sudah gapapa, aku pergi dulu ya…” katanya dan berlalu begitu saja. Haah… apaan sih… Ternyata benar aku sudah kalah dari mereka berdua. Nyatanya keduanya saling mencintai tetapi belum saling mengungkapkan. Aku pun makin galau, kuputuskan untuk keluar kelas dan pergi.
Cerpen Karangan: Salma Nur Hanifah Salam kenal, semoga suka ya dengan cerpenku. Selamat membacanya