Hari yang membuatku sangat senang, seperti seseorang yang baru bertemu dengan kekasihnya karena telah lama dipisahkan oleh jarak. Berbeda dengan diriku, aku yang sudah berumur 21 tahun tapi sama sekali belum punya kekasih. Namaku Nuveena, sudah begitu lama aku tidak pernah merasa tertarik dengan orang lain, yang mungkin lebih dikenal dengan mati rasa. Namun, kini aku bertemu dengan seseorang yang tidak terlalu kukenal yang membuat jantungku tiba-tiba berdegup kencang, dan sepertinya meronta-ronta kegirangan. Akan kuceritakan siapa seseorang itu dan mengapa dia bisa membuatku seperti orang yang sedang jatuh cinta.
Sebenarnya, aku tidak tahu siapa namanya, berapa umurnya, dan dimana dia tinggal, yang pasti aku yakin bahwa dia seseorang yang umurnya tidak jauh beda denganku dan aku yakin dia masih seorang lajang. Yang hanya kutahu tentangnya adalah dia seseorang yang satu gereja denganku. Dan dia adalah seorang pelayan musik di gereja.
Suatu hari di hari minggu, aku pergi ke gereja untuk beribadah, aku duduk si sebuah kursi yang tepatnya di baris ke tiga dari depan. Namun, tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang tubuhnya dibaluti dengan kemeja warna biru, dia berada di depan dan sedang memainkan musik yang mengiringi lagu-lagu yang dibawakan pada saat ibadah. Entah apa yang kurasakan aku begitu memperhatikannya dan sepertinya aku merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dari caraku memperhatikannya. Aku begitu fokus memperhatikannya sehingga wajahnya begitu cepat tersimpan dalam ingatanku bahkan itu adalah kali pertama aku melihatnya.
Warna favoritku adalah biru, dan seseorang yang wajahnya pelan-pelan mulai tersimpan di dalam memori ingatanku itu juga memakai kemeja warna biru. Apa jangan-jangan aku dan dia adalah sesama pencinta warna biru atau apa jangan-jangan aku adalah jodohnya hehehe… Selain aku suka warna biru, aku juga suka dirinya yang membaluti tubuhnya dengan warna kesukaanku itu dan sepertinya aku menyukai semua dari dirinya. Apakah ini yang dikatakan cinta pandangan pertama?. padahal sebelumnya aku tidak pernah yakin dengan kata cinta pandangan pertama, selama ini aku menganggap bahwa orang yang jatuh cinta pandangan pertama itu adalah orang yang jatuh cinta karena fisiknya yaitu kecantikan atau ketampanan seseorang. Namun, semenjak ini terjadi padaku, aku merasa bahwa aku tidak hanya tertarik karena ketampanannya tapi ada sesuatu yang membuat diriku tidak pernah berhenti untuk terus memperhatikannya. Entah itu rasa suka, atau kagum aku juga bingung dengan diriku sendiri.
Aku yang mengira bahwa aku akan melihat dirinya hanya di gereja saja, namun, tiba-tiba aku dikejutkan oleh dirinya yang tanpa sengaja aku berpapasan di jalan dengannya. Aku berpapasan dengannya saling berlawanan arah. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang seperti baru saja melihat sebuah tragedi yang terjadi di depan mata. Aku tidak menyangka aku akan bertemu dan berpapasan dengannya di waktu yang tidak pernah aku duga. Kejadian ini tepat di hari sabtu, dan seperti biasanya ternyata setiap hari sabtu ada pertemuan antara pelayan-pelayan di gereja untuk mempersiapkan acara ibadah di hari minggunya. Kulihat dia begitu terburu-buru berjalan, sepertinya dia sedang mengejar waktu agar tidak terlambat tiba di gereja.
Kejadian itu membuatku terkejut, namun aku juga senang karena ternyata aku bisa melihat dan bertemu dirinya lagi. Sebelum dia berpapasan denganku yang pasti dia akan lewat dari arah depan ke belakangku, kupastikan lagi dari jauh bahwa dia adalah orang yang kulihat sebelumnya di gereja, dan ternyata benar bahwa dialah orangnya. Aku sudah begitu ingat dengan wajahnya dan sepertinya dirinya pun tidak asing lagi bagiku.
Di suatu hari minggu berikutnya setelah begitu lama aku tidak pernah lagi melihatnya, bahkan di gereja pun yang dimana aku sangat yakin bahwa akan melihatnya lagi namun ternyata tidak. Sepertinya dia sedang bertukar posisi dengan orang lain untuk memainkan musik yang mengiringi lagu-lagu yang dibawakan pada saat ibadah. Sehingga saat itu aku tidak melihat dirinya yang selalu aku rindukan setiap hari dan sangat ingin aku melihat dirinya lagi. Namun, hal yang terjadi malah sebaliknya, aku tidak menemukan dirinya sama sekali.
Hari demi hari kujalani keseharianku seperti biasanya, yang disibukkan oleh tugas-tugas kuliah yang harus diselesaikan sebelum deadline. Dan jika tidak ada lagi yang harus kukerjakan maka aku akan menikmati waktu luangku yaitu melanjutkan menulis cerita-ceritaku, dan selain itu aku juga akan menikmati waktu luangku yaitu merebahkan diri di tempat tidur yang merupakan salah satu hobby yang kumiliki.
Sudah cukup lama aku tidak pernah lagi melihat lelaki si kemeja biru itu, dikarenakan aku sedang menjalankan salah satu kewajiban dari kampus yaitu seluruh mahasiswa seangkatanku sedang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan yang disebut sebagai PKL. Sehingga selama kegiatan ini, aku harus pindah ke lokasi yang dekat dari lokasi PKL yang juga cukup jauh dari tempat tinggalku yaitu gang teratai. Gang teratai adalah lokasi tempat tinggalku dimana di lokasi inilah aku bertemu dengan si lelaki kemeja biru itu.
Namun, suatu hari di hari sabtu aku kembali ke tempat tinggalku di gang teratai, tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan si lelaki kemeja biru itu. Aku kembali bukan karena supaya aku bertemu dengannya, aku bahkan tidak berpikir agar aku bisa melihat dirinya lagi. Tapi aku kembali karena ada sesuatu hal penting yang membuatku harus kembali ke gang teratai, sekalian aku ingin ke gereja untuk beribadah karena sudah cukup lama aku tidak pernah lagi beribadah ke gereja. Karena sebagai makhluk kita memiliki kewajiban kepada sang pencipta kita, maka dari itu kita harus meluangkan waktu kepada sang pencipta, agar hubungan kita denganNya selalu baik.
Hari minggu pun tiba, dan aku bersiap-siap untuk pergi ke gereja sebelum pukul 10.00 pagi. Jarak gereja dari rumahku hanya sekitar 500 m, sehingga dengan jalan kaki saja aku bisa cepat sampai tanpa harus memerlukan waktu yang lama untuk tiba di gereja. Aku berjalan ke gereja dengan seorang temanku namanya Indira, dan kami pun hampir tiba di gereja. Aku dan temanku berjalan sambil melangkahkan kaki pelan-pelan dengan tidak terburu-buru karena sebelum berangkat kami sudah mengira waktu yang dibutuhkan selama di perjalanan apalagi jarak gereja dari rumahku tidak begitu jauh.
Tiba-tiba di jalan sebelum sampai di gereja namun sudah mendekati lokasi gereja aku bertemu lagi dengan seseorang yang membuat jantungku tiba-tiba berdegup kencang, yaitu lelaki si kemeja biru. aku sebut aja dia lelaki si kemeja biru karena aku tidak tau siapa namanya walaupun bukan berarti dia selalu memakai baju warna biru, tetapi karena aku melihatnya pertama kali memakai kemeja warna biru. Lagi-lagi kami berpapasan, ini kali kedua aku berpapasan dengannya. Aku terus berjalan, namun aku tidak bisa melayangkan pandanganku darinya, anehnya mataku lagi-lagi fokus memperhatikannya. Entah kenapa sepertinya mataku selalu terarah kepadanya begitu juga saat kami berpapasan. Namun, ada yang lebih aneh lagi yaitu dia tersenyum dan arah matanya tertuju kepadaku. Sepertinya dia tersenyum kepadaku, tapi aku ragu jika senyumannya itu bukan untukku.
Aku melirik temanku Indira yang berjalan disampingku itu, namun tiba-tiba ia bertanya kepadaku. “Veen dia siapa?, kenapa dia senyum samamu?” “oh dia itu, pelayan musik di gereja ini.” Aku menjawab pertanyaan temanku itu, walaupun sebenarnya aku masih bertanya-tanya dalam hati kenapa si lelaki itu tersenyum kepadaku, padahal aku yakin bahwa dia tidak mengenalku, tapi mengapa dia tersenyum kepadaku, apa karena aku selalu memandangnya selama kami berpapasan. Sungguh isi kepalaku semuanya tentang dia, perasaanku begitu campur aduk antara perasaan senang, terkejut, dan bingung. Senyumannya juga sepertinya langsung tersimpan di dalam memori ingatanku, dia tersenyum lebar dan manis, senyumannya juga terlihat begitu tulus dan ramah, dan matanya juga ikut tersenyum, matanya bersinar cerah dan dia memiliki mata yang indah. Sepertinya aku suka semuanya tentang dirinya, tak ada satu hal pun yang kurang darinya dari cara pandangku, aku begitu tertarik dari semua tentang dirinya.
Hanya dengan memandangnya saja aku begitu tertarik dengannya, dia melemparkan senyuman yang tanpa dia ketahui siapa orang yang dia senyumi itu, tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulut namun hati mampu mencurahkan rasa walaupun rasa itu hanya mampu untuk dipendam. Padahal belum ada perkenalan, namun sudah muncul rasa, bagaimana jika sudah saling kenal apakah rasa itu masih tetap ada atau malah akan hilang pelan-pelan. Tapi untuk saat ini aku lebih memilih untuk tidak begitu mengenalinya. Saat ini aku hanya lebih memilih menyimpan rasa itu sendirian asalkan aku bisa melihat dan memandang dirinya lagi, walau hanya memandangnya dari jauh.
Cerpen Karangan: Nopa Ceria Wati Cibro Blog / Facebook: nopa.cibro