Patrycia adalah gadis cantik yang sangat baik hati. Dia adalah seorang mahasiswa yang kuliah di kampus Unika Santu Paulus Ruteng. Gadis yang berumur berkisaran 19 tahun itu tampaknya memiliki keunikan tersendiri yang dapat merasa candu bagi yang menatapnya. Hal itu yang membuat aku merasa penasaran untuk bertemu dengannya. Walaupun aku sadar bahwa tidak mungkin dia bisa menerima saya, akan tetapi rasa penasaranku dengannya tidak bisa dihalangi.
Rasa penasaranku sudah menjadi-jadi, ketika aku pertama kali melihatnya pada saat kegiatan di Golo Lusang. Kala itu, Patrycia datang dengan sepeda motor dengan menggunakan helm berwarna putih. Aku pun memandangnya dengan penuh penasaran, tanpa berkedip selama beberapa menit. Dalam hati berkata “ah… ternyata Patrycia sangat cantik”.
Setelah dia turun dari sepeda motornya, dia berjalan menuju gerombolan anggota kegiatan. Aku memandang wajahnya nan cantik itu. Dan begitupun sebaliknya, dia pun menatap dan melempar senyuman yang manis dari bibirnya. Aku merasa sedikit malu dan grogi untuk menegurnya, sehingga kami berdua hanya bisa beradu pandang.
Selang beberapa menit kemudian, aku pun menegurnya “halo Patrycia”, sambil berjabat tangan dengannya. Lalu, ia menjawab “Iya halo kaka”.
Setelah berjabat tangan, aku pun kembali ke tempat panita untuk mempersiapkan agenda kegiatan. Seluruh peserta yang hadir dalam kegiatan itu berkumpul untuk mempersiapkan, karena waktu kegiatannya akan segera dimulai. Peserta tampaknya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut, termasuk Patrycia. Selama menjalani kegiatan, pusat perhatian saya selalu tertuju pada Patrycia. Hal ini yang membuat saya selalu gagal fokus dengan jalannya kegiatan. Kehadiran patrycia membawa perubahan baru bagi saya. Rasa penasaran akan gadis yang berparas cantik itu belum hilang dan selalu bertanya dalam hati, “kapan aku menjemputnya”?
Tak puas dengan itu, saya coba mendekati temanya yang bernama Lani. “Patrycia itu, kamu punya teman?” “Iya kaka, dia saya punya teman, memangnya kenapa kaka?” Tanya Lani kepadaku. Lalu saya jawab, “tidak apa-apa adek, hanya sekedar tanya”.
Sekitar 3 jam lamanya kami melaksanakan kegiatan tersebut, ketua panitia pelaksana kegiatan mengumumkan kepada peserta bahwa kegiatan tersebut telah selesai.
Semua peserta bubar dari barisan dan mempersiapkan perlengkapan untuk dibawa pulang. Lagi-lagi aku melihat Patrycia yang keluar dari barisannya. Aku pun tersenyum melihat sosok gadis yang berwajah dingin itu, tampaknya dia sangat rajin dan semangat.
Setelah perlengkapan mereka dibereskan, tibalah saatnya kami pulang. Semua peserta berhamburan masuk kedalam bemo yang telah disiapkan. Sementara itu, Patrycia masih duduk disalah satu kayu yang rindang sembari memegang helmnya dengan ekspresi yang penuh kebingungan. Melihat itu, aku coba memberanikan diri untuk mendekatinya.
“Halo… Patrycia, kamu lagi buat apa?” Kok, kelihatannya seperti orang yang dalam keadaan kebingungan? Mendengar itu, Patrycia kaget dan berkata “tidak kakak, saya lagi menunggu teman yang antar saya tadi”. “Hm… kamu tidak usah pusing, biar aku saja yang mengantarkanmu pulang”. Kata saya. “Apa tidak merepotkan ya kak?” Kembali dia bertanya kepadaku. “Tidak apa- pa, kebetulan aku pulang sendiri”.
Patrycia pun memutuskan untuk pulang bersamaku. Aku sangat senang dan bahagia, gadis yang aku kagumi ini bisa pulang bersamaku. Untuk diketahui, gadis yang aku kagumi ini belum berstatus berpacaran, karena masih sedang “PDKT”.
Cerpen Karangan: Fransiskus Rivaldo Santoso Blog / Facebook: Fald D’Jelahu