Kisah ini dimulai saat aku masuk di sebuah les-lesan tidak begitu megah, hanya bangunan tua yang sederhana dengan cat berwarna kuning. Aku daftar bersama sahabatku, sebut saja namanya Arum. Letak tempat les-lesan dengan rumahku jaraknya tidak begitu jauh, mungkin hanya 3 km. Karena orangtuaku bekerja dan tidak bisa mengantarku, aku berangkat bersama Arum. Waktu itu aku dan Arum tidak kenal siapa-siapa disana. Baru berkenalan dengan seorang lelaki bernama Jason. Pada saat itu, dia hanyalah anak tunggal dan tinggal bersama kedua orangtuanya
“Hai, namamu siapa?” Ujarnya mengajak berkenalan “Aku Candice dan ini temanku, Arum” “Wah salam kenal yaa, aku Jason” “Semoga kita bisa berteman dengan baik” Sahutku dengan Arum. “Hehe iya” Balasnya sambil tersenyum
Selama kenal dengan Jason. Sifatnya beda dengan yang lain. Selain emosional, dia juga humoris, dan bisa mencairkan suasana tegang di kelasnya. Dia suka menggangguku dengan Arum. Dia juga anak yang pintar.
Sehabis pembelajaran di kelas selesai, dia selalu bermain game dengan temannya, Fadil. Mereka berdua bermain sambil menunggu waktu isya. Aku dan Arum terkadang menunggu jemputan dengan membeli minuman kemasan dan makanan ringan. Sehabis adzan berkumandang, pertanda masuk waktu sholat Isya. Kami pun sholat bersama di mushola tempat les-lesan yang kecil dan sederhana, tapi cukup untuk kami berempat. Selesai sholat isya, dia pergi ngaji bersama teman-temannya. Terkadang dia menggunakan sepeda scoopy warna merah ataupun sepeda ontelnya berwarna merah pula. Aku ingat pada saat dia menyapaku dan Arum sebelum berangkat ngaji. Dia tersenyum kepadaku dan Arum.
“Kasian belum dijemput” Ucapnya mengejekku dengan Arum. “Biarin,” Jawabku dengan Arum sambil sedikit kesal.
1 tahun pun berlalu. Aku sudah naik kelas 9 SMP. Semakin banyak yang daftar, semakin banyak pula temanku pada saat itu. Ternyata hampir semua teman-temanku yang baru daftar di tempat lesku itu, mereka 1 sekolah dengan Jason. Aku dan Arum pun mencoba akrab dengan mereka.
Aku pernah bertemu Jason saat jambore penggalang. Dia menjadi ketua regu pada saat itu. Sekolah kami dan sekolahnya berebut untuk menang. Terkadang, Aku lewat di depan tendanya. Jason mengejek sekolahku dan Arum.
“Pasti regumu tidak akan menang” ejeknya “Awas aja ya, lihat saja nanti” balasku dan Arum.
Dan nyatanya regu perempuan kita yang menang. Regu laki-laki sekolahnya pun mendapat juara.
Setiap hari, Aku selalu bergurau dengan Jason. Begitu juga dengan Arum. Setiap kelas pembelajaran selesai, selalu ada ruang untuk kita tertawa bersama. Lama-lama perasaan ini pun muncul. Ya, Aku menyukai Jason. Tanpa kusadari, ternyata Arum pun menyukai Jason. Aku tidak tau perasaan Jason yang sebenarnya. Ada yang bilang dia ragu antara menyukaiku atau Arum. Tak lama kemudian, Aku sakit hati saat mengetahui Jason berpacaran dengan anak sekolah lain. Pada saat itulah aku memendam rapat-rapat perasaanku. Aku tidak ingin memikirkan itu semua.
Pada bulan ketiga yaitu bulan Maret. Tempat Les-lesanku tutup. Aku pun sedih mendengar hal itu. Tapi pada waktu itu aku sudah mendapat nomornya melalui Arum. Aku semakin dekat dengan Jason.
“Rencananya mau masuk pondok atau SMA?” Tanyaku. “Antara masuk pondok atau SMA harapan sih” “Ini mau nyari-nyari pondok yang cocok” Jawabnya lagi “Kenapa ga masuk SMA negeri aja?” “Disuruh orangtuaku masuk pesantren, tapi aku juga Insyaallah nyaman disana” ”Oyy kenapa kamu diam aja?” Tanyanya setelah lama tidak kujawab “Gapapa,” Aku sebenarnya sedih karena dia masuk pesantren, tapi itu juga untuk kebaikan Jason. “Mau main bareng?” Ajaknya “Boleh deh, Tapi jangan lama-lama” “Iya siap laksanakann”
Setelah bermain cukup lama, Kami pun mengakhirinya karena sudah larut malam. Aku segera bersiap untuk tidur.
Sepertinya Jason sudah tau jika aku menyukainya. Tapi aku berusaha biasa saja agar tidak terlihat perasaanku terhadapnya. Setelah 10 hari berlalu. Aku terkejut karena dia ingin mengakhiri semua percakapan dan tidak ingin chat denganku lagi.
“Kamu kenapa akhir-akhir ini berubah?” Tanyaku “Maksudnya berubah gimana?” Tanyanya karena tidak mengerti maksud perkataanku. “Maksudku kamu tidak seperti dulu” “Aku sebenarnya ingin mengakhiri semua percakapan kita, tapi aku tidak enak denganmu” “Jika maumu begitu, aku tidak akan keberatan” “Kamu juga ingin seperti itu?” “Iya, Aku juga tau jika kamu pasti ingin fokus untuk masuk pondok” “Baiklah, terimakasih atas semuanya” “Aku minta maaf jika pernah berbuat salah sebelumnya” “Iya aku juga” “Kamu orang baik yang pernah kutemui” “Kamu juga baik” “Kuakhiri ya, Assalamualaikum” “Waalaikumsalam”
Tak lama nomorku pun diblok dengan Jason. Aku sangat sedih waktu itu. Aku juga baru tau jika Arum yang menyuruh Jason dekat dengan aku. Bukan atas kemauannya sendiri. Mungkin karena Jason suka dengan Arum. Aku pun tidak tau. Yang jelas, Jason mungkin tidak pernah menyukaiku
Aku pun melewati hari-hariku dengan merelakan kejadian itu. Di akhir semester 2, Aku pun lulus dari sekolah menengah pertama. Aku mendengar Jason memilih untuk ke pondok pesantren daerah Surabaya. Aku berharap semoga dia menyesuaikan hidup di sana.
Pada waktu kelulusan, Pihak les-lesan mengundang semua angkatanku untuk hadir pada acara halal bihalal. Aku dan Arum pun datang. Aku melihat Jason hadir di sana. Tapi aku tidak berani menatapnya. Terkadang saat aku melihat Jason, Dia juga menatapku. Aku langsung mengalihkan pandanganku.
Aku berusaha menghilangkan perasaanku terhadap Jason. Terkadang saat aku pergi keluar rumah untuk membeli sesuatu, tiba-tiba aku melihat Jason menumpangi sepeda scoopynya ke arah Utara. Mungkin sehabis sholat dhuhur di masjid. Itu berarti dia pada saat itu pulang dari pondok.
Aku selalu membahas Jason saat keluar bersama Arum. “Ternyata Jason sekarang punya adik loh” “Oh yaa, baru tauu” Ujarku sambil memasang ekspresi kaget. “Pada saat aku lewat kemarin depan rumahnya, Ayahnya lagi menggendong adiknya di teras depan rumah” Jelasnya
Sudah 2 tahun sejak kejadian itu. Aku sudah lupa dan tidak memikirkan kejadian itu lagi. Aku sudah fokus dengan sekolahku. Saat ini aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Pada saat bulan Ramadhan kemarin, Awalnya aku hanya saling follback di instagram dengan Jason. Tapi aku terkejut karena Jason menghubungiku lewat dm instagram.
“Assalamualaikum” “Waalaikumsalam” “Aku hanya minta maaf kepadamu atas kejadian lalu” “Justru aku yang minta maaf” “Iya sama-sama” “Kamu ga tidur?” “Nanti ae sebentar” “Gimana kabarmu?” “Baik, kamu sendiri?” “Alhamdulillah juga baik” “Kamu udah pulang dari pondok?” Tanyaku lagi “Belum, ini aku pdr” “Oh iya” ucapku mengakhiri topik
Aku senang karena sudah berbaikan dengan Jason. Aku rasa, itu sudah lebih dari cukup. Meskipun terkadang aku cemburu saat melihat kedekatan Jason dengan Arum di instagram maupun whatssap, Aku tidak masalah. Yang terpenting Jason sudah berbaikan denganku. Aku hanya bisa melihat story dan post an ignya. Aku hanya bisa mengaguminya dari jauh. Aku sudah tau, orang yang ada di hidup kita, semua ada masanya. Jika masanya sudah habis, maka harus siap dan ikhlas.
Cerpen Karangan: Novita Anissa Azza, SMPN 1 PURI Blog / Facebook: Novita Anissa