“Aku tahu kita tidak bisa bersama, tapi kamu tetap yang terindah”
Aku Nada, aku menyukai teman sekelasku yang aku sendiri tidak tahu apa alasannya, seorang lelaki bernama Adnan yang membuat hari-hariku di sekolah terasa lebih menyenangkan. Awalnya aku sama sekali tidak menyimpan perasaan padanya, dan entah apa yang membuatku menyukainya tapi yang pasti dia selalu bisa membuatku tersenyum.
Saat di kelas, aku sedang bercanda dengan teman-temanku karena waktu itu sedang jam kosong. Kami membicarakan hal random, dan tiba-tiba saja Adnan datang dan berkata padaku “aku minta nomor handphonemu boleh?” Aku terdiam, aku bingung kenapa Adnan tiba-tiba meminta nomorku, “hayooo Adnan suka sama Nada yaa?” Teman dekatku yang bernama Dita tiba-tiba berbicara seperti itu hingga satu kelas mendengarnya, teman-teman di kelasku langsung menyoraki kita berdua. Aku hanya terdiam, sedangkan Adnan tersenyum tidak jelas dan menatapku. Aku berkata kepada Adnan “aku ga punya nomor WA, buat apa emang?” Aku sedikit mencari alasan, karena aku malas memberikan nomorku pada teman lelaki, “gapapaa, cuman pengen chat an aja, kamu beneran ga punya?” Jawab Adnan, aku hanya menggeleng “ya udah deh ga usah” ia pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu. Aku merasa dia sedikit aneh, tapi aku tidak memedulikannya.
Dikelasku setiap 2 minggu sekali bangku akan diacak, 1 bangku akan diisi lelaki dan perempuan, saat sudah dibagi ternyata Adnan duduk dibelakangku, Adnan sebangku dengan temanku yang bernama Laila, Adnan bilang jika ia tidak suka dengan Laila karena Laila cerewet. Adnan sering menyuruhku untuk pindah di sebelahnya tapi aku selalu menolak. Saat jam kosong, aku dan Adnan sering berbincang, Adnan selalu membicarakan hal random yang bisa membuatku tertawa, kita juga sering menyanyi bersama di kelas, aku semakin dekat dengan Adnan. Jujur aku nyaman jika dekat dengan Adnan, kita tidak pernah kehabisan topik untuk berbincang, kita juga sering bergantian mentraktir makanan di kantin sekolah. Aku sering menghabiskan bekalku dengan Adnan, Adnan selalu suka dengan apa yang kubawa. Saat pulang, jika aku belum dijemput, Adnan selalu menemani aku sampai ada yang menjemputku, ia ingin mengantarku tapi aku selalu menolak karena rumahku lumayan jauh dari sekolah, dan dia hanya membawa sepeda pancal. Teman-temanku mengira jika kita berpacaran, padahal aku sama sekali tidak menyimpan perasaan padanya, aku menganggap Adnan hanya teman dekatku.
Banyak teman Adnan yang bilang kepadaku jika Adnan mempunyai perasaan lebih kepadaku, aku sedikit tidak percaya. Aku merasa jika Adnan sama sekali tidak menyukai, ia hanya menganggapku teman biasa seperti apa yang kurasakan.
Adnan bisa dibilang cukup terkenal di kalangan sekolah, mungkin karena dia sering mengikuti lomba-lomba yang berhubungan dengan agama, karena sekolahku lebih mementingkan agama. Dua minggu berlalu, bangku di kelasku kembali diacak Setelah PTS tempat duduk di kelasku kembali diacak, aku tidak lagi duduk berdekatan dengan Adnan, entah kenapa aku merasa sedikit sedih karena tidak lagi didekatnya. Tidak lama dari itu tiba-tiba aku mendengar jika banyak kelas lain yang membicarakan soal aku dengan Adnan, mereka bilang jika aku dan Adnan berpacaran. Aku tidak begitu memikirkan soal ini karena sudah pasti yang menyebarkan soal ini adalah teman-teman kelasku, banyak yang bertanya padaku tentang hubunganku dan Adnan, aku selalu bilang jika aku dan Adnan tidak menjalani hubungan lebih dari teman.
Saat di kelas tiba-tiba teman dekatku yang bernama Kasih bercerita jika ia menyukai Adnan, aku tersentak mendengarkan itu, aku sangat tidak suka mendengarnya, aku merasa jika Kasih ingin merebut Adnan dariku, tapi aku memilih untuk diam karena aku tidak ada hubungan lebih dengan Adnan.
Entah kenapa semakin hari aku merasa aku dan Adnan tidak sedekat dulu. Tidak lama aku mendengar jika Adnan berpacaran dengan anak kelas lain, ia cantik, pintar, ramah, tidak heran Adnan menyukainya. Kasih bercerita jika dia sedih mendengar hal ini, entah kenapa aku juga merasakan apa yang dirasakan Kasih. Aku merasa tidak suka melihat Adnan bersama pacarnya. Saat itu aku menyadari jika aku benar-benar menyimpan perasaan pada Adnan, aku tidak suka melihat wanita itu berdekatan dengan Adnan, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa marah karena aku sadar aku bukan siapa-siapa.
Saat pelajaran guruku membagi kelompok untuk suatu tugas, entah apa yang kumimpikan semalam aku satu kelompok dengan Adnan, aku merasa sangat senang karena aku bisa kembali dekat dengannya. Saat mengerjakan tugas kelompok aku selalu bercanda dengannya, sejak awal ia selalu membuatku nyaman dengan apa pun yang dia bicarakan.
Lagi dan lagi entah kenapa aku dan Adnan kembali tidak dekat, aku sudah menduga ini akan terjadi. Aku tidak pernah lagi berekspektasi tinggi tentangnya, sakit memang jika orang yang kita sukai tidak sama seperti dulu. Pertama kali aku merasa begitu menyukai seseorang, tapi ternyata ia hanya memberi mimpi untukku, lantas… mengapa aku masih saja menaruh hati padanya? Entahlah, aku bingung dengan diriku sendiri, aku tidak mau melupakannya, tapi aku juga tidak mau terus memikirkannya. Sanggup sampai kapan aku seperti ini aku juga tidak tahu, diriku sendiri saja tidak mau menyadarkanku. Aku benar-benar masih menyayanginya, jika aku masih terus bertemu dengannya, akan semakin susah hatiku untuk melupakannya.
Boleh aku jujur? Aku menyukainya sehebat itu, wajah manisnya, kepribadiannya, kepandaiannya, suaranya, wangi parfumnya, semua tentangnya. Kurasa lagu “Sempurna-Andra and The Backbone” adalah lagu yang tepat untuk menggambarkan dirinya. Ya, sesempurna itu dia untukku. Dia bersikap seolah ia sandaran hidupku, ia selalu siap menjadi tempat keluh kesahku. Senyumannya yang selalu membuatku candu, bagaikan obat yang selalu menyembuhkan suasana hatiku.
Dia biarkan aku jatuh cinta, lalu dia pergi seenaknya. Dia bagaikan ‘senja’ yang indah hanya sesaat untuk dapat kulihat, ia pergi dan datang sesuka hatinya, mungkin ia hanya menganggap diriku jadi tempat persinggahan. Tapi sekarang aku tahu cara terbaik untuk mencintai seseorang adalah dengan tidak egois dan membiarkan dia bahagia.
Cerpen Karangan: Nadya Almira Maksum, SMPN 1 Puri