Semua bilang kalau pertemanan antara laki-laki dan perempuan tidak selamanya hanya murni pertemanan, karena nyatanya salah satu diantaranya akan patah hati karena hanya dianggap teman oleh salah satunya dan sepertinya memang hal inilah yang aku alami dan jujur rasanya sakit tapi entah mengapa meski sakit aku tetap bertahan. Aku tidak ingin dia tahu bahwa aku memiliki perasaan lain terhadapnya karena bisa saja dia merasa tidak nyaman dan malah pergi, sedangkan dialah sahabat kecilku yang paling dekat denganku.
Baiklah mari berkenalan terlebih dahulu, namaku Rukayyah Sultan. Nama yang indah bukan? Haha memang iya aku terbilang cocok dengan wajahku yang sedikit sangar tapi baik hati, setidaknya itulah yang dikatakan Akbar sahabatku satu-satunya dan paling dekat denganku. Bagaimana tidak? Kami berteman sejak kami kecil karena aku diasuh oleh bibiku yang kebetulan bekerja di kantor keluarga Akbar, jadi tidak heran kami bisa sedekat ini.
“Rukayyah? Rukayyah! Jangan sembunyi dulu” aku mendengar Akbar mencariku “Adam apa kamu lihat Rukayyah?” tanya nya pada Adam yang kebetulan sedang lewat “Tidak” Adam langsung pergi “Rukayyah? Ru- … Gati dimana kamu?” tiba-tiba panggilannya berubah “Heh! Jangan memanggilku dengan nama itu!” aku keluar dari persembunyian “Ketemu.. Ayo makan aku lapar” ujarnya dan menarikku ke dapur.
Hanya dia yang tau panggilan kecilku dan tidak ada yang boleh memanggilku begitu kecuali dirinya, bahkan bibiku sendiri tidak boleh memanggilku begitu. Akbar selalu punya kebiasaan yang sama sepanjang waktu dan aku sudah hafal, tentu saja kami bersahabat sejak kecil jadi aku tahu bagaimana kebiasaannya, segalanya aku tahu dan diapun begitu walau dirinya sering sekali meledekku dan membuatku kesal tapi dia tahu bagaimana caranya membuat suasana hatiku kembali baik.
Tapi hanya ada satu hal yang tidak dia tahu, bahwa aku menyukainya lebih dari seorang sahabat. Akbar tidak pernah peka dengan perasaan, terlebih setelah wafat sang Ayah dan Ibunya yang mulai menjadi single parent membuatnya kehilangan kasih sayang sebagai putra tunggal dan harus diasuh orang lain. Aku kira suatu saat dirinya akan sadar akan perasaanku ini dan ternyata dirinya juga menyimpan rasa yang sama padaku sehingga kami bisa bersama selamanya. Tapi ternyata itu semua hanyalah mimpi indah yang kurangkai sendiri.
Semua berubah ketika datangnya Halka si murid baru ke sekolah, ku kira hal ini tidak akan pernah terjadi terlebih Akbar bukanlah orang yang mudah suka pada orang lain secara tulus. Jadi ketika Halka datang diantara kami, akau tidak begitu khawatir dan merasa bahwa halka juga akan ditolak seperti siswi lainnya di sekolah. Beberapa hari setelah Halka datang dan membuat sedikit keributan dengan Akbar, aku senang karena Akbar selalu berkata bahwa dia membenci Halka dan dia benar-benar tidak suka padanya begitupun Halka sendiri.
Kubiarkan pertengkaran mereka dan bahkan aku tidak berusaha melerai keduanya ketika berselisih paham, karena aku tahu kalau Akbar akan membuangnya seperti mainannya yang lain. 3 bulan berlalu dan aku mulai merasakan ada keanehan, Akbar tidak lagi datang ke kelasku dan bahkan dirinya tidak lagi mengeluhkan soal Halka padaku. Kucari akhirnya dimana dia dan ternyata saat itu dia sedang bersama Halka di tepi kolam dan terlihat begitu asyik berbincang satu sama lain, jujur hatiku terasa hancur saat itu… Tapi aku tidak boleh menunjukkan ekspresi ini dihadapan Akbar atau dia akan bertanya lebih jauh.
Sampai di suatu hari, Akbar berlari kembali padaku dengan senyuman bahagianya. Sembari tersenyum lebar ia berkata bahwa dirinya menyukai seseorang pada akhirnya rasa ini sudah lama sekali ia pendam, aku tersenyum puas karena akhirnya Akbar merasakan apa yang aku rasakan selama ini padanya. Namun di tengah kegembiraan ini semua sirna ketika nama Halka lah yang keluar dari bibrinya, hatiku kembali hancur berkeping-keping namun aku tetap tersenyum senang ketika melihatnya begitu bahagia.
Aku memberinya selamat dan mendukung setiap keputusannya nanti. Aku tetap tersenyum di hadapannya seakan tidak ada hal buruk telah terjadi padaku, tepat ketika Halka masuk sekolah dirinya langsung pergi dan meninggalkanku sendirian. Kulihat punggung itu yang kian menjauh dan suara ramah itu terdengar lagi tapi untuk berbincang dengan orang lain, aku tersenyum pahit mengetahui fakta bahwa orang yang kusukai selama ini tidak pernah memiliki rasa apapun untukku.
“Halka kenalkan ini Rukayyah, dia teman terbaik yang aku miliki” Akbar datang dengan Halka dan memperkenalkan diriku padanya “Hai aku Halka” Halka mengulurkan tangannya dan kujabat “Aku Rukayyah teman nya Akbar” jawabku dengan senyum tipis “Halka bagaimana kalau kita ke kantin sekarang?” ajak Akbar dan menggandeng Halka “Baiklah kami pamit dulu yaa” pamitnya sebelum pergi “Iya…” jawabku lirih dan kembali ke kelas.
Cerpen Karangan: Reva Echitya S Ig: @rr3xzv