Tidak pernah terpikir sebelumnya, bahwa ada satu adam yang mengetuk pintu rumah yang lama kosong. Tak terlintas, salam pertama menjadi jalanNya. Selama ini, baru pertama kali menatap hambaNya pun aku tak sanggup. Pancaran senyumnya, menenangkan.
Tuhan, ciptaanMu indah sekali. Namun, berpapasan dengannya adalah cermin yang membuatku malu. Ternyata, aku banyak sekali kurangnya. Kau tak pernah murka, caraMu untuk menegur keimananku begitu istimewa. Dia adalah bentuk kasih sayangMu agar aku mendekatkan diri padaMu. Aku hambaMu yang masi menata iman, Kau tahu isi hatiku siapa adam yang aku butuhkan.
Baru kali ini, aku dihadirkan kagum tetapi tidak memaksa untuk dipersatukan. Cukup menerima bahwa kesempatan ini hanya sebatas dipertemukan. Begitu juga, satu adam yang dikagumi cukup didoakan. Maka itu, aku memilih mengistimewakannya hanya sebagai bentuk keagunganmu.
Tuhan, dia adalah satu adam yang cukup aku kagumi. Dia adalah hambaMu yang aku kembalikan padaMu. Cukup melihatnya saja, aku mengingatMu. Aku jadi yakin, untuk bersatu dengan adam yang nantinya sebagai imam pun perlu dimampukan untuk pantas menjadi seorang makmum dalam satu sujudMu.
Seperti yang ia katakan, jika memang aku adalah hawa yang ditakdirkan untuknya, maka 100 bahkan 1000 perempuan yang mendekatinya akan kalah dengan aku, wanita yang ia sebut namanya didalam doa yang sangat khusyuk itu. Masih teringat dengan sangat jelas kalimat yang ia jabarkan kepadaku, begitu sederhana tapi sangat istimewa.
Entah siapa yang membaca alfatihah untukku, siapa yang menyebut namaku dalam doa di setiap shalat dan sepertiga malamnya, hingga aku tidak pernah berhasil dalam mencintai seseorang sedalam aku mencintai hamba-Mu yang satu ini ya Allah.
Sama halnya, aku yang tak pernah melihatMu. Aku juga tidak pernah melihatnya menyembahMu sekalipun. Namun, dari pancaran imannya, Kau tidak pernah salah untuk menentukan suatu takdir yang dipertemukan. Jika pun bukan dengannya dan terlepas dibalik rencanaMu, aku terima pertemuan dengannya sebagai berjodoh dengan waktu untuk kembali padaMu, Sang Penciptaku lebih dulu.
Cerpen Karangan: Regina Annisa Sonia instagram.com/reginaasnn