Namanya Kiara Adisti, kalian bisa memanggilnya Kia, ia berumur 16 tahun. Kia mempunyai sahabat sejak kecil yang bernama Jenovan Ganendra, panggil saja ia Jeno. Mereka bisa dibilang sangat dekat bahkan banyak orang yang menganggapnya berpacaran, bukan hanya sebatas persahabatan tetapi lebih dari itu. Tetapi Jeno tidak pernah menghiraukan hal tersebut, tanpa Jeno sadari sahabatnya tersebut menyimpan rasa untuknya sejak mereka duduk di bangku kelas VII
Kia tidak pernah mengutarakan isi hatinya kepada Jeno, menurut Kia hal tersebut akan merusak persahabatannya. Oleh karena itu, Kia berusaha keras menyimpan perasaannya untuk Jeno agar Jeno tidak tahu dan tidak menjaga jarak darinya
Pagi itu Narendra meminjam buku matematika kepada Kia “Kia… pinjam buku matematika dong” ucap Narendra “buat apa?” tanya kia “belum ngerjain tugas dari Pak Jhony” “terus mau mencontek?” “hehehe tau aja boleh kan” “engga enak saja kerjain sendiri” “ayolah Kia pinjam bentar saja” “engga Naren percuma kamu nyontek juga Pak Jhony tau” Sudah Naren tidak ingin debat dengan Kia, ia memikirkan bagaimana nanti nasibnya saat ditagih tugas oleh Pak Jhony
Jam menunjukan pukul 08.55 kurang lima menit lagi bel istirahat berbunyi Tett… tett… tett… tett Bel istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas, dan Jeno berjalan menuju ke meja Kia untuk mengajaknya pergi ke kantin “Kia… ayo” ajak Jeno “hah mau kemana?” bingung Kia “biasanya istirahat seperti ini orang orang pergi kemana?” “ke UKS” jawab Kia sambil tertawa “hahaha ada aja bahan candaan kamu” “iya dong Kia gitu loh” “ya udah yuk ke kantin keburu masuk”
Jeno dan Kia pun pergi ke kantin bersama, disaat perjalanan ke kantin Jeno dan Kia berpapasan dengan Narendra yang sedang berdiri di tengah lapangan karena dihukum Pak Jhony “aduh kasihan dihukum Pak Jhony” ejek Kia “kalau cuman ingin mengejek mending kamu pergi” “hahaha bercanda Ren” “bercandanya ga lucu tau” “panas Ren?” tanya Jeno “pakai nanya ya tentu panas Jen” “sudah Jen ayo ke kantin katanya keburu masuk” “iya bawel”
Sesampainya Jeno dan Kia di kantin, ternyata kantin sangat penuh bahkan meja kantin tidak ada yang tersisa
“yah jeno ga ada meja yang kosong” keluh Kia “bentar cari dulu pasti ada” “Jeno Kia sini!” panggil seseorang yang berada di meja no 15 “eh itu vellyn Jen samperin yuk” “vellyn ko engga ke kelasku?” tanya Kia sambil duduk dikursi “keburu penuh nanti kalau jemput kamu ke kelas” “Kia mau pesen apa biar aku yang kesana” “bakso sama es teh saja Jen” “yakin ga ada yang lain” tanya jeno “engga Jen makasih loh hehehe” di jawab jeno dengan kedua jempolnya
“tumben berdua Naren kemana?” tanya Vellyn “dihukum Pak Jhony dia”
Setelah makan di kantin mereka pergi ke kelas masing masing. Setibanya Jeno dan Kia di kelas, Kia geleng geleng kepala mendapati kelas yang begitu rusuh. Kia dan Jeno duduk di kursi masing masing
“Kia… nih ada tugas Seni Budaya” ucap Naren sambil menyerahkan sebuah kertas “ini ga ada gurunya?” tanya Kia “engga sekarang jamkos tapi dikasih tugas ini buruan gih tulis di papan” Kia pun menulis tugas di papan, ya memang itu tugas Kia sebagai sekertaris kelas.
Selesainya Kia kembali duduk di kursinya. Jeno duduk di kursi yang kosong di sebelah Kia “ada apa?” tanya Kia “engga emang kenapa ga boleh?” “engga gitu maksudnya Jen” “lagi ngapain sih asik sendiri” tanya jeno pada Kia yang asyik menulis “lagi nulis gini loh” “iya nulis apa coba lihat” Jeno menambil buku Kia, tapi Kia segera mengambilnya kembali “loh kenapa kan cuman lihat” “engga boleh pokonya” “ya kenapa” gemas Jeno sambil mencubit pipi Kia “ish sakit Jen” “ekhm ekhm” sidir Narendra sambil mengambil kursi untuk ikutan nimbrung “apa sih ga jelas tau Ren” jawab ketus Kia “awas loh nanti bisa jadi friendzone” “ga mungkin lah Ren” jawab Jeno “apa iya?? Ga percaya aku jen” “tanya aja sama Kia, ya kan Kia??” Kia membalasnya dengan anggukan kepala
Mereka bertiga mengobrol hingga tak terasa bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Kia juga keluar kelas berjalan menuju pintu pagar. Kia berjalan menuju halte menunggu bus yang lewat. Lama Kia menunggu bus yang datang tapi nihil tak ada satu pun bus yang lewat. Hingga Jeno menghampirinya sambil menaiki motornya.
“mau pulang bareng??” ajak Jeno “tidak usah Jen rumah kita kan engga searah” “tidak apa kayak sama siapa aja kamu” “beneran gapapa ini” “iya bawel”
Kia akhirnya pulang bersama Jeno, sesampainya Jeno di rumah Kia ia langsung pamit kepada Kia. Kia sudah manawari Jeno untuk mampir dulu tetapi Jeno menolaknya
Keesokan pagi Jeno menjemput Kia tanpa sepengetahuannya, Kia yang baru keluar rumah pun kaget dengan kehadiran Jeno. Kia seolah paham maksud Jeno untuk mengajaknya berangkat bersama ke sekolah.
Sesampainya mereka di sekolah Kia menunggu Jeno untuk masuk kelas bersama. Mereka berjalan menuju kelas banyak siswa yang mencibir kedekatan mereka, tetapi mereka mengacuhkan cibiran cibiran dari mereka. Tibanya mereka berdua di kelas langsung mendapati sindiran dari Narendra “ekhm ekhm masih pagi ini” “mulai ga jelas lagi” ucap Kia “hilih friendzone” “engga ya enak saja kamu Ren” “udah minggir Ren menghalangi jalan saja” usir Jeno
Setelah Kia menaruh tasnya ia pergi ke kelasnya Vellyn. Tujuan Kia adalah untuk bercerita tentang perasaannya kepada Jeno “Vellyn” panggil Kia sambil duduk di sebelah Vellyn “ada apa?? Jeno lagi??” tanya Vellyn bertubi-tubi “iya lyn Jeno sekarang banyak ngasih perhatian sama aku” “wahh apa jangan-jangan Jeno juga suka” “ah itu ga mungkin lyn” “bisa jadi itu Kia, masa kamu belum paham sifatnya Jeno” “iya tapi masa iya sih” “kemungkinan saja itu” “engga engga nanti persahabatan kita rusak gimana aku engga mau” “engga mungkin rusak percaya sama aku”
Kia meminta izin untuk kembali ke kelasnya. Setibanya kia kedalam kelas bel masuk pun berbunyi. Pembelajaran dimulai hingga menunjukkan pukul 09.00
Bel istirahat berbunyi Kia ingin mengajak Jeno kekantin tetapi Jeno lebih dulu menarik tangan Kia untuk ikut dengannya. Kia mengikuti langkah Jeno. Jeno membawa Kia ke taman, Kia pun dibuat bingung olehnya.
“kenapa kamu mengajakku kesini” bingung Kia “duduk dulu aku ingin bicara” mereka pun duduk di kursi taman “mau bicara apa?” tanya Kia “aku mau pindah ke Bandung” jawab Jeno dengan lesu “hah engga pasti bohong kan” tanya Kia memastikan “buat apa aku bohong sama kamu” “tapi kenapa?? Harus pindah Jeno” “Ayahku dipindah tugas disana” “kapan kamu berangkat?” tanya Kia dengan muka sedihnya “lusa, tapi aku janji bakal sering ngabarin kamu” “janji ya awas aja kamu” dijawab Jeno dengan senyuman
“aku ada sesuatu nih buat kamu” “apa itu?” tanya Kia “liontin, liontin ini aku kasih buat kamu aku harap kamu tidak pernah melupakan aku” Jeno memberikan liontin itu kepada Kia
Kia menggambil liontin pemberian Jeno dan berlari meninggalkan Jeno. Kia berlari menuju taman di sebelah kantin ia menangis kenapa Jeno harus meninggalkannya sekarang, Kia belum mengutarakan isi hatinya tetapi sudah ditinggal oleh Jeno. Perasaan Kia pun hancur kesal, sedih campur menjadi satu
Kia pun merasa ia tidak seharusnya menyimpan perasaan kepada sahabatnya
Cerpen Karangan: Meta Gladis Pramudita, SMPN 1 PURI Blog / Facebook: @ditaxloyo haii jangan lupa follow ig ku ya @ditaxloyo