Gerimis mulai turun membasahi kota. Para pejalan kaki bergegas ke tujuannya. Ada yang bergegas mengayuh sepedanya, ada yang berjalan cepat dan menghilang di perempatan, ada yang mampir ke kedai kopi, tetapi masih ada juga yang duduk santai di bangku taman, tidak peduli dengan hujan yang semakin turun.
Dari kedai kopi ini, aku memandangi deretan orang-orang yang duduk di bangku-bangku itu. Ada di antara mereka yang sedang asik bercengkrama, ada yang sedang termenung sembari menghisap sebatang rokok, ada yang sedang mengemasi barang bawaannya, dan… Tatapanku tertuju pada seorang gadis yang sedang menggenggam sebuah biola. Sepertinya dia seniman jalanan. Namun entah mengapa dia sangat menarik perhatianku.
Aku mengamatinya dari kejauahan. Dia mengenakan gaun berwarna maroon, kontras dengan kulitnya yang putih. Dipadukan dengan topi fedora putih bergaris maroon membungkus rambutnya yang tergerai indah. Bola matanya indah berbinar, lentik jarinya saat menggenggam biola itu, menunjukkan sifatnya yang lembut.
Tampak dia sedang sibuk mengemasi peralatannya, sejurus kemudian dia berdiri, melihat sekitar, dan mata indah itu tak sengaja menatapku. Kami saling beradu pandang. Jantungku berdegup kencang, aku salah tingkah, segera kualihkan pandangan, pura-pura tak melihatnya, kuseruput kopi yang tinggal setengah gelas.
—
Kota Cambridge di hari Senin. Dua hari setelah kejadian itu, aku kembali menghampiri kedai kopi yang sama. Berharap melihatnya lagi duduk di bangku taman itu. Siang sudah beranjak sore, mudah-mudahan saja dia muncul di depan sana. Yes! Dia akhirnya datang, duduk sejenak melepas lelah setelah seharian menggesek biola menghibur orang-orang yang berlalu-lalang.
Hari ini dia mengenakan gaun berwarna maroon tetapi dengan motif yang berbeda. Kali ini dia tidak memakai topi seperti kemarin, rambutnya tergerai indah.
Sejurus kemudian tiba-tiba saja dia menatapku. Hey, lihatlah, dia tersenyum padaku. Aduhh, cerita kemarin terulang kembali. Aku jadi salah tingkah, segera kualihkan pandangan, pura-pura tak melihatnya, kuseruput kopi… sebentar.. hei! Aku bahkan belum memesan kopiku.
Cerpen Karangan: Fablaga Fadhil Selamat membaca! Email: bangpadilofficial[-at-]gmail.com