Senin! Rabu! Jumat! Hari yang nampak biasa saja bagi orang lain, namun anehnya hari itu menjadi luar biasa karena kamu. Seseorang yang hanya bisa kukagumi dalam hati, tapi tidak pada bibirku. Ia masih tak cukup berani, mungkin tak akan pernah berani berkata.
Apakah kamu sadar akan perasaan ini? Atau kamu pura pura tak sadar? entahlah aku tak perdulikan itu, yang jelas wajahmu dapat terlihat jelas di mataku.
Bagaimana kamu menganggapku? Si pengagum rahasia? Atau sesosok asing yang tak kau kenal? Tapi aku bukan keduanya. Aku hanyalah aku seseorang yang tak sengaja tertarik padamu secara tiba tiba.
Dia adalah cowok populer. Bisa dibilang dia famous di sekolah banyak cewek yang mengidolakannya. Sikapnya sangat cuek dan cool tapi religius. Very in my tipe.
Pertemuan pertama aku dan dia dimulai ketika acara class meeting SMP Teratai. Sekolah di desa kecil yang jauh dari kota, aku lupa tepatnya kapan tanggal berapa, atau hari apa yang jelas di Bulan Desember. Sosoknya bernama Ervan Zafer, yang memberiku kesempatan untuk memiliki kisah cinta seperti remaja pada umumnya. Awalnya hidupku terasa biasa saja tidak senang tidak juga sedih. Lebih tepatnya hampa kosong tidak ada yang spesial. Mungkin karena aku muak dengan hidupku yang kurasa hitam putih. Hingga aku bertemu sosoknya, Ervan.
Aku bertemu dia di lapangan futsal, karena kebetulan dia menjadi salah satu pemain untuk mewakili kelasnya. Awalnya aku tak pernah berniat untuk melihat pertandingan itu lagi pula aku tak kenal banyak orang di sana. Hingga sahabatku Billa mengajakku menontonnya. Kebetulan dia adalah sosok manusia pengagum cogan alias cowok ganteng, dan Ervan masuk dalam listnya.
Aku berjalan dengan ekspresi tak minat. “Argh, kenapa aku harus ikut Billa kesini sih”. Batinku saat melihat lautan manusia di lapangan itu. “Oh ayolah ini sesuatu yang paling aku benci, yaitu keramaian”. Gerutuku.
Oh iya Aku hampir lupa memperkenalkan diri, namaku Afida Humaira, panggil saja Ira. Sedikit informasi, aku adalah sesosok introvert sejati, dan hal seperti ini adalah hal yang paling kubenci. Tatapan orang kepadaku, kebisingan dan keramaian. Aku hanya menunduk sedari tadi, rasanya banyak senior yang mulai melirik sinis kearahku dan Billa. Namun entah kenapa Billa tak mempedulikan itu. Ia hanya sibuk berteriak menyebut tim yang didukungnya.
“Kenapa aku malu melihat tingkah sahabatku ini?”. Ucapku heran dan tetap menunduk, Hingga tanpa sadar sebuah bola secara spontan melayang dan jatuh di sampingku. Tepat di sampingku aku melirik sekilas bola itu. Aku ingin mengambilnya, tapi tak berani lagi pula sudah ada yang mengambil. Aku memberanikan diri melihat kearah pria yang mengambil bolanya. Namun mataku terkunci pada dua bola mata yang juga menatap kearahku dan itu membuat getaran aneh tiba-tiba muncul di dadaku. Mengapa matanya seperti memiliki magnet? Aku berusaha mengalihkan pandanganku namun tubuhku rasanya menolak hal itu, aku merasa lautan manusia tadi hilang begitu saja dan hanya tersisa aku dan dia. Hingga terdengar suara mengagetkan dari salah satu pemain, dan aku pun refleks memutuskan kontak mata dengannya. “Ervan Lo kenapa bengong? Ayo!” Ucap temannya membuatnya tersadar mengangguk singkat. Jadi namanya Ervan?
Setelah hari itu, sosok Ervan membuatku merasakan satu hal yang sebenarnya sangat aku benci, bagaimana aku bisa jatuh cinta dengannya sedangkan aku sangat membenci cinta. Sungguh aku masih belum siap untuk mencintai lagi setelah trauma masa lalu. Namun entah kenapa, rasa benci terhadap cinta itu seakan menghilang jika aku melihat sosok Ervan di sekolah.
Dia mengalihkan pikiranku terus menerus. Dan secara tak sadar, aku mulai mengistimewakan sosok Ervan. Ketika banyak hal hal konyol yang dilakukannya, justru itu terlihat sangat indah di mataku. Tak ada hal menarik darinya, jadi apa yang membuatku menyukainya? Entahlah, anehnya aku pun tidak tahu. Tapi, hal buruk darinya justru terlihat sangat indah di mataku. Aku rasa, aku akan gila karenanya, namun ini menyenangkan.
Aku yang dahulunya merasa setiap hari sangat membosankan, justru beralih bahwa hari Senin, Rabu dan Jum’at adalah Hal yang paling kutunggu. Karena, dihari itu aku bisa menatapnya setiap saat, dan kebetulan aku ada kelas outdoor. Jarak kelasku dan kelasnya lumayan jauh dan hanya pada momen momen tertentu aku bisa melewatinya.
Hari hari mulai berlalu, aku rasa setiap detik cintaku padanya semakin bertambah. Ketika berangkat dan pulang sekolah kita sering berpapasan dibawah pohon palem yang berderet rapi di tepi jalan. Entah kenapa dia selalu melambatkan jalannya ketika didepanku padahal teman temannya sudah hampir sampai di gerbang sekolah. Namun, aku tak begitu menghiraukannya, Aku tak mau terlalu berharap cukup ini menjadi kisahku saja. Aku hanya ingin mengaguminya. Namun setiap kali aku mencoba untuk tidak peduli, dia selalu membuatku merasa benar akan dugaanku. Caranya menatapku, caranya tersenyum kepadaku. Semua hal itu yang membuatku bimbang. Aku selalu bertanya kenapa disaat aku olahraga, dia selalu mencuri pandang sambil melirik ke arahku?. Sungguh aku tidak mau Baper padanya, aku takut jika bertepuk sebelah tangan.
Kenapa-kenapa dia selalu memberiku hal manis, walau bukan berupa ucapan? Seperti cara dia memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan, dia yang tersenyum begitu tulus kepadaku, dia yang selalu ingin berada dibarisan dekatku ketika upacara, dia yang mengintip kelasku, sampai kepalanya harus terbentur segala.
Aku tak mau mempercayainya, ini benar benar membuat perasaanku semakin tinggi padanya. Dan sepertinya, hal yang kutakutkan selama ini terjadi juga, aku sadar cintaku bertepuk sebelah tangan, tiba tiba saja aku mendengar kabar bahwa, Ervan berpacaran dengan teman sekelasnya, Arrrrggggghhh, kenapa dia membuat hatiku bimbang seperti ini? Apakah pada akhirnya aku yang bersalah? Aku yang selalu terbawa perasaan padanya? Kalau memang iya, aku benar benar kecewa pada diriku sendiri. Harusnya sedari awal, aku tak belajar untuk mengerti sebuah cinta, karna pada akhirnya cinta itu akan berakhir dengan sendirinya.
Sejak hari itu pula, aku memilih berhenti, aku tak lagi menatap bola mata indah itu jika berpapasan, aku tak akan tersenyum padanya, aku tak akan mencari media sosialnya, Aku tak akan mencari apapun tentangnya lagi. Karna memang sedari awal, kita hanyalah orang yang tak saling mengenal, aku tau bahwa aku tak punya hak, untuk memilih pasangan Anggara, karna kalaupun punya, mungkin aku akan memilih diriku sendiri. Aku bahkan tidak tau, Ervan mengetahui namaku atau tidak? Dan sialnya aku malah berkhayal bahwa ia juga menyukaiku. Bangunlah Ira! Aku akan mulai membencinya, bukankah cara terbaik melupakan seseorang adalah dengan membencinya? Iya aku akan melakukannya.
Namun setelah kulakukan, aku menjadi mengerti akan satu hal. Fase paling rumit dalam mencintai, yaitu berusaha melupakannya. Mungkin terdengar singkat dan sepele, namun percayalah melupakan itu adalah hal yang punya beribu alasan untuk menjadi sulit.
Entah bagaimana hati dan pikiran ini yang tak mampu bekerja sama, ketika hatiku mantap untuk melupakannya namun aku masih selalu mencari Media sosialnya, menatapnya dari jauh, bahkan mencarinya saat upacara.
Satu hal yang kutanyakan pada diriku kenapa? Kenapa aku seperti ini? Apakah melupakannya adalah hal yang sesulit itu?
Setelah sekian lama, waktuku kuhabiskan untuk melupakannya, dan saat kupikir aku telah berhasil, justru dia dengan sengaja merusak tembok kokoh yang sudah kubangun begitu saja dengan mudah. Saat kupikir ketika kita lulus, aku tak melihatnya lagi, namun bagaimana bisa aku dipertemukan kembali dengannya di sebuah restoran. Hingga tiba-tiba ada suara yang begitu kukenang terdengar sangat nyata dan jelas di telingaku. “Ma”. Teriaknya memangil mamanya. Dia Ervan, sosok yang membuatku belajar mencintai dan terluka secara bersamaan. Aku dan Ervan hanya saling menatap dan tersenyum, sangat manis, seolah ada segudang kerinduan yang terpancar sangat jelas dimatanya, akupun sama, Aku sangat merindukannya. Dia sama sekali tak melepaskan tatapannya padaku, ada apa dengannya? Ia menatapku seolah mencintaiku, namun ia tak pernah mau mendekatiku.
Aku merasa ini pertemuan terakhir kita untuk selama lamanya, kisah cinta kita akan usai dengan sendirinya. Pada akhirnya, aku dan Ervan tak mau mendekat dan akhirnya pula kita akan menjauh. Kita mempunyai kisah yang tak diselesaikan, ia harus berakhir tanpa pengenalan. Dan entah kapan aku bisa melihat Ervan kembali, karena 5 tahun lalu, adalah kisah indah terakhir yang kuukir bersamanya, dan kuharap Ervan bisa bahagia dengan hidupnya.
Aku sedikit berharap, dan menyesal secara bersamaan, bahwa aku ingin mengungkapkan perasaanku padanya, dan aku ingin dia menjawab pertanyaanku selama ini? Tentang apa maksud dari semuanya? Dari matanya, aku melihat banyak cahaya cinta untukku, tapi dia tak mau mengungkapkannya. Aku hanya penasaran Ervan, dan aku berharap kau mejawab rasa penasaranku dengan sosokmu. Karna jika boleh jujur, rasa itu masih ada, walau sudah 5 tahun berlalu ia tak tenang, karna kamu tak pernah menjawab pertanyaan nya. Ervan membuat hatiku terus terkunci dengan ribuan pertanyaan untuknya. Sosok Ervan Zafer masih menjadi teka teki sekarang.
Cerpen Karangan: Eliyana Lutfiatus Sa’adah Blog / Facebook: eliyana lutfia Nama saya Eliyana Lutfiatus Sa’adah. Lahir pada tanggal 14 Maret 2004 di kota Blitar. Saya sedang menempuh pendidikan di UIN Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung.