Sasa menatap ke depan, perasaannya terasa hampa dan berbagai perasaan sesal menghantui hatinya. Persiapan untuk pesta ulang tahunnya nanti malam sudah selesai semua, terlihat pembantunya dan juga Ibu serta adiknya sibuk mendekorasi biar pesta nanti malam menjadi lebih meriah.
Perlahan Sasa menghampiri Ibunya dan dengan ucapan pelan Dia berkata kepada Ibunya. “Bu, Sasa merasa tidak enak badan, Bisa tidak Pestanya kita batalkan saja” “Sasa, bagaimana bisa, persiapan ntar malam sudah selesai dan juga Ibu sudah mengundang teman-teman Ibu untuk pesta kamu nanti malam, masa’ harus Ibu batalkan” Rani menatap Putrinya “Ibu mengerti perasaanmu itu, tapi biarpun begitu Kamu juga harus tetap merayakan hari jadimu” “Bu Sasa sangat kuatir, Sasa juga merasa sangat keterlaluan terhadap Arya dan sekarang Sasa masih belum tahu bagaimana keadaanya” suara Sasa terdengar lirih. “Kita berdo’a saja.” Rani menghela nafas dan memeluk lembut Putrinya “Semua akan baik-baik saja” Raisya ikut terharu dan sedikit banyak ada pengaruh terhadap dirinya, tentu saja Raisya juga memikirkan keadaan dari Arya cuman semua itu tidak ditampakannya.
Raisya tahu kecelakaan yang menimpa Arya dari kakaknya, Sasa yang sepulang sekolah terlihat begitu murung tidak seperti biasanya dan Raisya penasaran dan akhirnya Sasapun menceritakan semuanya kepada Raisya. “Arya kecelakaan” Raisya terkejut saat itu “Bagaimana bisa?” “Ya dan itu gara-gara Kakak, Seandainya waktu itu Kakak tidak mengajak bertengkar tentu Dia tidak bolos sekolah dan tetap di sekolah dan tentu saja kecelakaan itu tidak terjadi tapi.” Sasa yang selalu terlihat cuek dan tegar itu kini terlihat rapuh, Dia menangis sedih “Semua gara-gara Kakak, Kakakmu ini memang jahat”
Malam yang seharusnya meriah itu terlihat sedikit sepi, pesta ulang tahun berjalan dengan sederhana dan singkat. Setelah meniup lilin dan mengucapkan terima kasih, Sasa langsung kembali kekamarnya dan acarapun berakhir dengan cepat. Di kamarnya Sasa terlihat kembali murung dan berbagai pikiran menghantuinya, bagaimana kalau Arya nanti kenapa-napa?bagaimana kalau Arya nanti cacat dan kalau nanti Arya…
Di rumah Sakit terlihat Arya terbaring lemas dan kaki sebelah kanannya terbalut perban dan digantung setinggi 10 centimeter, dari hasil pemeriksaan positif kaki kanan Arya mengalami retak dan Dia harus menjalani operasi ringan. Semua berjalan lancar dan Arya untuk sementara waktu harus istirahat sekitar dua sampai empat hari di Rumah sakit untuk pemulihannya. Arya sempat tak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu tapi saat ini Arya sudah lebih baik dan hasil pemeriksaan menunjukan kalau Arya tidak apa-apa. Kedua orangtua Arya terlihat sedikit lega dan mereka sekarang sudah di dalam mobil untuk pulang.
Kedua orangtua Arya terkejut saat di depan rumah mereka berdiri seseorang, Ibu Arya cepat turun dari mobil dan menghampiri seorang yang ternyata adalah Sasa, Sasa yang sangat gelisah itu tidak bisa memejamkan mata akhirnya memutuskan untuk menunggu di rumah Arya untuk mencari tahu akan keadaan yang sebenanrya.
“Sasa, Ini kan sudah sangat malam dan sangat tidak baik anak perempuan keluar rumah dikeadaan seperti ini” “Tante, Sasa.” “Tante tahu, semua baik-baik saja, sudah Kamu pulang dan kalau memang Kamu mau melihat keadaan Arya besok Kamu boleh datang ke rumah Sakit Umum di ruangan Dahlia nomor 103, Arya dirawat disana” “Aryanya” “Tidak apa-apa hanya Kakinya saja mengalami retak sedikit.” Rina Ibu dari Arya memberi penejelasan singkat. “Begitu.” “Sudah, sekarang Kamu pulang Saja yah” “ya Tante” Sasa terlihat sedikit lega dan keceriannya mulai kembali “Om Sasa pulang dulu” “Ya. Hati-hati” Arfan ayah dari Arya membalas sapaan dari Sasa dengan senyuman hangat.
Kokokan ayam terdengar saling bersahutan seakan mereka ingin bersaing untuk membangunkan umat manusia yang mungkin saja sebagian besar masih tertidur pulas. Sasa terlihat lebih segar, semangatnya sudah kembali dan tepat di tangannya Dia membawa rantangan yang terbungkus rapi entah apa yang ada dibalik bungkusan itu yang pasti Sasa sudah membuat keputusan kalau hari ini sesudah pulang sekolah Dia mau langsung ke rumah sakit untuk menjenguk Arya dan Dia juga sudah memutuskan satu hal ‘Aku dan Arya Harus baikan lagi seperti dulu dan lupakan masa lalu yang memuakan itu’ batinnya.
“Kak, Kakak jadi nanti ke rumah sakitnya” “Ya, emang kenapa” “Raisya boleh ikut nggak kak?” “tentu boleh, tapi kamu sepulang sekolah langsung saja ke rumah sakitnya, tunggu kakak disana” “Ok, Kak” Raisya terlihat bersemangat.
Siang itu Henni dan Ridho bergegas menuju ke rumah sakit, Henni tahu tentang Arya dari Ibu Arya yang meneleponnya tadi pagi. Henni terlihat sangat cemas jadi setelah selesai kuliah Dia dan Ridho langsung menuju ke rumah sakit dengan mobil Jazznya. Sesampai di rumah sakit Henni dan Ridho langsung menuju kamar dimana Arya dirawat dan kebetulan saat itu keadaan Arya sudah lebih baik. Arya terlihat segar dan Ibunya duduk di samping ranjang untuk menyuapkan makanan ke mulut Arya.
“Bu, Arya makan sendiri saja..” “Kamu ini, sudah sekarang biar Ibu saja, Buka mulutnya, aaa” “Ibu ini…” Arya membuka mulutnya untuk menerima makanan dari tangan Ibunya “Arya kan bukan anak kecil lagi” Arya menyambung ucapannya dengan mulut yang penuh terisi bubur ayam. “kalau sedang makan itu nggak boleh ngomong ntar tersedak” “Tante Rina…” Satu suara terdengar pelan dibalik pintu kamar, Rina tersenyum melihat kedatangan Henni. “Henni, masuk Hen” melihat kedatangan Henni, Arya menahan perasaannya dan mencoba untuk tersenyum tapi sayang Dia tidak bisa untuk menutupi perasaan hatinya. “Maafkan Tante, Tante bisa minta tolong sama kamu nggak Hen” Rina menghampiri Henni dan Ridho yang berdiri di depan pintu. “Tentu saja bisa Tante” “Begini, Tante kebetulan sebentar lagi ada rapat jadi kalau bisa Kamu temani Arya dulu yah…” “Ya…” “Sebentar saja, Baiklah, o ya, ini siapa Hen” Rina memandang kearah Ridho. “oh, kenalkan Ini Ridho teman satu kampus saya Tante” “ya, silahkan masuk…” Rina mengawasi Ridho untuk sesaat lalu Dia kembali ke arah Arya “Ar, Ibu ada rapat jadi Ibu tinggal dulu yah” “Ya Bu, Hati-hati” Arya menciup tangan Ibunya dan perlahan Rina beranjak “Hen, tante tinggal dulu oh satu lagi tolong kamu lanjutkan, itu…” Rina menunjuk kearah piring yang masih berisi bubur. “ya Tante…” Henni tersenyum.
Ridho melihat keadaan Arya cukup memprihatinkan juga dan Dia tahu banyak hal mau dibicarakan Henni dan Arya jadi dengan alasan mau ketoilet Ridho beranjak keluar.
Arya dan Henni untuk sesaat saling diam, Henni mencoba mencairkan suasana dengan perlahan Dia mengambil piring di atas meja. “Kamu masih lapar Ar, aaaa. buka mulutnya biar Ibu suapin yah” “Sejak kapan Kamu menjadi Ibuku” “kata-kata judes nan pedes ini biasanya hanya seorang cewek aja yang bisa mengungkapkannya, atau jangan-jangan Kamu sudah berubah menjadi seorang Ladies ya” Henni mencoba menggoda Arya, namun Arya mengawasi Henni, Dia melihat Sikap Henni yang seakan-akan diantara mereka tidak pernah terjadi apa-apa. Henni menyadari akan tatapan dari Arya dan untuk itu Dia menurunkan piring dan meletakakkannya kembali ke atas meja. “Ar, Kamu tidak apa-apa?” “Seperti yang kamu lihat…” “semua ini pasti gara-gara Aku kemarin, Sebenarnya Aku sangat malu dan merasa sangat bersalah, tapi Aku tidak mau selalu terpuruk dalam rasa bersalah itu” Henni menatap ke arah Arya “Untuk sekali ini Maafkanlah Aku Ar…” “Jangan dibahas lagi, Ini bukan salahmu, kecelakaan ini terjadi mungkin karena Akunya kurang hati-hati” Arya mencoba untuk berlapang dada lalu dengan tatapan tajam Dia mengawasi Henni “ada satu hal yang ingin Aku tanyakan sama Kamu” Apa? “Apa Kamu menyesal?” Arya bertanya pelan “Apa Kamu menyesal sudah memanfaatkan Aku?” “Ya, Aku sangat menyesal tapi Aku juga bersyukur” Henni balas menatap Arya dengan tatapan sayu. “Maksudmu…” “Aku sangat meyesal sudah membohongimu tapi dibalik itu semua Aku juga bersyukur karena kebohongan itu Aku mendapatkan orang yang selama ini Aku cintai” Henni melihat mimik wajah Arya berubah “meski ini terdengar egois, Aku harus berterima kasih sama Kamu Ar…” “ucapanmu itu membuat Aku seolah tidak mengenalmu” Arya berucap pelan “Aku benar-benar tidak bisa mengenalmu lagi tapi sudahlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu seperti angin, saat ini yang ada di pikiranku hanya satu” “Apa itu, oh ya, Aku bisa menebaknya” Henni mencoba mengembalikan suasana yang terlihat kaku itu agar lebih baik “Kamu pasti mau Sasa memberi maafnya kepadamu kan?” “Kamu ini selalu saja sok tahu” Arya terlihat mulai bisa menerima keadaan “pada dasarnya sih Aku memang mengharapkan itu, tapi yang paling Aku pkirkan adalah satu hal yaitu jangan sampai Sasa tau akan kebenaran dari semua ini, Sasa pasti akan terluka kalau tahu perbuatanku satu tahun lalu itu bukan demi Dia, tapi kenyataannya adalah demi Kamu untuk mendapatkan Ridho ahh, Aku benci kalau mengingat itu semua”
Pletak. bruak.. Arya dan Henni tersentak saat mendengar sesuatu terjatuh, Arya menoleh ke arah Pintu yang kebetulan tidak tertutup. Jantung Arya seakan berhenti berdetak, Sasa berdiri terpaku menatapnya, tatapan itu merupakan tatapan kesedihan yang bercampur dengan kebencian. Arya bisa menduga tentu Sasa sudah mendengar ucapannya yang barusan, karena itu semua bisa terlihat dari ekspresi wajah Sasa yang miris, hal yang mau dirahasiakannya terhadap Sasa itu ternyata terungkap begitu saja.
Sesuai rencana sepulang sekolah Sasa dengan motor Honda Varionya langsung melaju ke Rumah Sakit dimana Arya dirawat, sesampai Di rumah Sakit Sasa dengan langkah pasti menuju ke kamar Arya, sebelum sampai ke tujuan tepatnya di koridor rumah sakit Dia melihat Adikanya Raiysa sudah duduk menantinya. “Kak, Kakak kok lama sekali sih” “Kamu itu yang datangnya kecepatan, sudah jangan banyak bawel Ayo kita masuk”
Kamar 103 terlihat terbuka, Sasa dengan perasaan berbaur itu terus melangkahkan Kakinya dan tepat di depan Kamar Dia mendengar ucapan dari Arya “perbuatanku satu tahun lalu itu bukan demi Dia tapi kenyataannya adalah demi Kamu untuk mendapatkan Ridho” Sasa terpaku dan rantangan yang dibawanya tanpa disadarinya terjatuh dan suara itu telah menyadarkan Arya serta Henni kalau saat ini ada seseorang yang mendengar mereka. “Kakak ini gimana sih” Raisya yang tidak tahu persoalannya langsung menegur Kakaknya “Waduh, isi rantangnya ternyata rujak, huh, untung Rujaknya tidak tumpah” Raisya terlihat dengan cepat mengambil rantang yang jatuh “Kakak ini, masa orang sakit dibawain Rujak ada-ada saja” Arya mendengar itu, Arya tahu, Dirinya dan Sasa memiliki kesamaan yaitu sangat menyukai Rujak (Aneka buah-buahan yang masih muda dimakan dengan sambal kacang), Arya memejamkan matanya Dia tahu saat ini Sasa akan semakin membencinya.
Henni menghampiri Sasa dan mencoba memberi penjelasan tapi Sasa tidak menghiraukannya dan perlahan Sasa menghampriri ke arah Arya dan dengan suara yang ditekan Dia berucap. “Jadi kejadian Satu tahun itu Kamu lakukan Demi Dia, Demi memisahkan Aku dan Ridho agar Ridho bisa jadian dengan Dia begitu” “Mungkin bisa dikatakn begitu” Arya tidak tahu harus berbicara apa jadi Dia hanya bisa mengaku saja. “Kamu kok Tega sama Aku Ar, Sebenarnya Aku sudah mencoba memaafkan Kamu saat Aku mau kesini tadi, Aku mencoba melupakan hal yang kamu lakukan satu tahun yang lalu itu, Aku tahu mungkin saja alasan yang Kamu utarakan saat kemarin itu ada benarnya” Sasa terus megawasi Arya dengan mata yang berkaca-kaca “Aku mnenekan perasaanku, dan selalu berpikir mungkin Saja saat itu Kamu memiliki alasan yang kuat dan Aku mengira Alasan itu demi kebaikkanku” Sasa terlihat sangat tertekan. “Tapi… Kamu kok jahat sama Aku Ar” Sasa perlahan duduk di samping pembaringan Arya “Aku mengharap apa yang Kamu lakukan itu demi Aku tapi apa yang Aku dengar sekarang…” Arya membuka matanya, Sasa menangis di hadapannya “Sa, Aku mohon, Kamu jangan menangis seperti ini, Aku rela Kamu benci, Aku terima kalau nggak ada maaf untukku tapi Aku mohon jangan menangis dihadapanku Sa” Arya terlihat binggung “Aku juga benci diriku sendiri…” “Aku mencoba untuk percaya sama Kamu, mencoba percaya apa yang Kamu lakukan itu semua demi Aku tapi…” “Apa yang dilakukannya memang Demi Kamu, Dia melakukan itu agar Kamu tidak terluka lebih dalam lagi” Satu suara yang tidak asing bagi Sasa terdengar dari arah belakang, Sasa menoleh ke arah suara yang tiba-tiba itu, suara yang sangat dikenalnya. Ridho berdiri menatapnya. Sasa tergetar, orang selama ini dicintainya berdiri dengan angkuh di hadapannya..
Cerpen Karangan: Jainal Hariadi Blog / Facebook: jainal hariadi