Ramai jalan kota tak membuat suasana ramai di hatiku. Kendaraan silir berganti tak membuatku berkedip ntuk menatapnya. Hembusan angin tak akan menyejukan ragaku. Ku hanya menatap ke depan tak ingin ke belakang. Masa lalu yang membuatku kehilanganya. Kehilangan sosok seperti dia. Dan itu karena cinta.
Sore ini tesya memutuskan untuk membeli sebuah novel di toko buku. Tesya senang sekali mengoleksi novel serta cerita- cerita di website. Apalagi novel tentang cinta, itu favoritnya. Dari situlah Tesya bisa mengerti tentang aneka cinta. Cinta sejati, cinta monyet, cinta segitiga dan masih banyak lagi. Namun cinta tak seindah cerita novel. Cinta hanya indah pada saatnya saja, cinta juga tak semudah mengucapkan kata cinta.
Tesya mulai berjalan menelusuri trotoar menuju toko buku. Dengan asiknya tesya melangkah dengan ringanya. Hari itu tesya baru bisa menikmati udara sejuk di kota besar seperti ini sambil mendengarkan musik nostalgia. Tetapi itu semua hanya sekejap saja, suasana indah itu hancur dengan adanya seseorang menabraknya dengan kerasnya. Tesya hanya bisa diam tertunduk membersihkan pakaiannya yang terkena debu jalanan.
“Maaf aku terburu-buru hingga tak melihat kamu di depanku.” Suara itu membuat tesya bagai di sambar seribu petir. Suara itu membuatnya merasakan sesak di dada. Tesya menoleh ke arah wajahanya, dan benar itu dia. Orang di masalalunya orang yang pernah menjadi belahan jiwanya. Dan orang yang dicintai sampai saat ini.
“Tesya!! Ini kamu?. Astaga kamu sekarang beda banget ya. Tapi maaf aku terburu buru. Tapi nanti aku kabarin kamu lagi ya. Maaf banget ya. Bye boneka lucuku” Kata Nathan.
Apakah seperti ini cara kamu bertemu denganku Nathan, apakah kamu tak merindukanku seperti aku merindukanmu. Kenapa kamu bergegas pergi hingga ku tak sempat mengucapkan sepatah katapun. Apa ini yang dinamakan cinta bertepuk sebelah tangan? Jika iya, ini terlalu menyakitkan untukku.
Tesya tak melanjutkan kepergianya untuk membeli sebuah buku. Ia bergegas setengah berlari menuju kontrakanya yang begitu mungil. Setelah kelulusan SMK Tesya memtuskan pergi ke kota orang karena ia ingin melupakan sosok Nathan dalam hidupnya. Dia memasuki kamar dengan terisak-isak.
“Kenapa aku mencintai kamu Nathan, kenapa aku mencintai sahabatku sendiri. Kenapa aku jatuh cinta padamu. Kenapa??” Isak tangisnya membuat ia teringat saat-saat bersama Nathan.
2 Tahun yang Lalu “Woy geser dikit bro!!.” Kata Nathan. “Nathan, kenapa kamu sewot sih. Dateng dateng mukanya lecek.” Tanya tesya. “Gila tuh orang, pacarku diembat juga Tesya. Ahh!!! Setres aku.” “Udahlah cari yang laen aja. Gak usah galau.” “Kamu gak tahu aku sayang banget sama dia Tesya.” “Hmmmm iya terus kalau udah putus, dan cewekmu itu lebih memilih yang lain kamu mau berbuat apa Nathan?” “Iya deh aku relain aja cewek yang kaya begitu.” “Nah gitu dong. Udah ah aku mau ke perpus dulu ya. Bye Nathan” Kata Tesya sambil meninggalkan Nathan menuju perpustakaan sekolah. Ia menelusuri lorong sekolah dengan santainya namun tiba-tiba saja Tesya terpeleset anak tangga yang menghubungkan ke lantai 2. Dia menjerit dengan kerasnya, hingga membuat semua orang berlarian kearahnya. Tesya merasa kakinya sangat sakit, entah kenapa kakinya terasa begitu menyakitkan hingga ia tak bisa menahan rasa sakit itu.
Para guru dan anggota PMR sekolah bergegas membawa Tesya ke ruang UKS serta memeriksa keadaan kakinya yang terluka. Tesya kebingungan karena ia tak tau apa yang diucapkan oleh salah satu anggota PMR tersebut. Tesya melihat wajah kepanikan tersebar di anggota PMR tersebut.
Oh Tuhan kenapa ini terjadi kepadaku, sakit ini membuatku tak berdaya.
“Tesya, kenapa bisa seperti ini Tesya?” Kata Nathan “Sakit Nathan kakiku sakit sekali. Nathan kakiku kenapa? Sakit!!!” Teriaknya dan tangisnya “Aku gak tau kakimu bagaimana. Mungkin ini parah Tesya. Tapi kamu tenang aku janji aku selalu berada di sampingmu. Kamu pasti kuat, udah jangan nangis ya.” Sentuhan tangan Nathan dipipiku membuatku merasa tenang dan genggamanya terasa sangat nyaman.
Nathan mengikuti Tesya ke rumah sakit. Entah kenapa ia sangat khawatir dengan dirinya. Mungkin karena Tesya adalah seseorang yang selalu mengerti tentang diri Nathan. Tapi Nathan masih heran, bagaimana Tesya bisa jatuh dari tangga hingga kakinya cidera sangat parah.
“Bakal kuselidiki kronologi kejadianya seperti apa.” janji Nathan dalam hati “Nathan kaki Tesya dibalut gips untuk sementara waktu. Cideranya lumayan parah.” Kata kawan PMR Nathan “Iya gak apa-apa nanti biar aku jelasin ke orangtuanya. Yang penting dia sembuh.” Jawab Nathan dan langsung menghampiri Tesya yang berbaring di ruang UGD rumah sakit. “Entah kenapa melihat senyumanya aku merasa tenang.” Kata Nathan dalam hati.
Nathan masih menemani Tesya hingga saat ini. Ternyata nathan begitu perhatian dengan Tesya Dia juga bela belain cari tahu kenapa Tesya bisa terjatuh di tangga. Dan ternyata terungkap sudah hal yang mengganjal di pikiran Nathan. Karena ada yang sengaja menyiram minyak goreng di lantai tangga hingga membuat Tesya terjatuh. Yang tak lain ialah Dea, memang benar Dea dan rekan-rekanya selalu iri dan benci melihatnya. Karena Tesya bisa dibilang anak yang disegani para guru di sekolahnya. Namun Tesya tidak sombong dan tidak pernah sdikitpun melukai hati teman-temanya. Entah Tesya salah apa terhadap mereka hingga mereka seperti itu kepadanya. Tapi Tesya bersyukur berkat Nathan, Dea dan rekan-rekannya diskors selama 1 minggu oleh guru BK. Mungkin dengan cara seperti itu mereka jera dan tidak mengulangi kesalahanya lagi.
Semenjak kejadian itu Nathan dan Tesya selalu bersama-sama. Belajar kelompok, cari tugas bahkan ke kantinpun mereka bersamaan. Tesya merasa senang mempunyai sahabat yang begitu perhatian dan mengerti tentang dirinya. Nathan juga selalu membantunya belajar berjalan tanpa menggunakan tongkat. Ya … saat isiden Tesya terjatuh kaki kirinya mengalami keretakan yang cukup parah. Untung saja dia tidak sampai melakukan operasi pemasangan pen. Jika dia sampai melakukan pemasangan pen maka penyembuhan kakinya semakin lama. Ini saja Tesya sudah merasa sangat bosan dengan berjalan menggunakan bantuan tongkat. Ia merasa seperti tak berdaya, namun Nathan selalu memberinya dorongan untuk penyembuhan kaki Tesya. Hingga saat ini Nathan selalu bersama tesya
“Wah Tesya pratikummu bagus sekali. Gimana kalau aku buatin kaya punya kamu itu” Kata Nathan memuji hasil karya sebuah gantungan nama yang terukir sangat indah. “Oke boleh saja. Kamu kan sudah sering membantuku. Hmmmm apa tulisanya biar nanti aku kerjakan di rumah.” Jawab Tesya bersemangat. “Tulisanya Nathan dan Dyah dibawahnya diberi angka 22-10-2014.” “Siapa Dyah, pacar baru kamu. Astaga hmmmm kenapa kamu gak pernah ceritain ke aku sih”. Jawab Tesya “Hmmmm… oke aku ceritain. Awalnya sih aku hanya iseng-iseng saja nyuruh dia ke taman komplek. Nah ternyata dia datang juga dan mau nerima aku jadi pacarnya. Simple banget kan. Walaupun dia tak secantik bidadari tapi wajahnya manis sekali. Hingga aku jatuh cinta padanya. Padahal kamu tahu tidak dia anaknya ketua RT di kompleksku.” Cerita Nathan panjang lebar. Tesya hanya bisa mengiyakan saja. Namun di dalam hatinya yang paling dalam merasa ada sesuatu yang aneh di dalamnya. Entah kenapa Tesya merasa sakit hati. “Apa ini yang dinamakan cemburu. Tapi gak mungkin aku cemburu dengam dia, nathan adalah sahabatku sendiri aku gak mungkin jatuh cinta padanya.” Batin Tesya
Tahun ajaran baru telah dimulai. Sekaramg Tesya dan Nathan duduk di kelas 3 SMK. Teysa mengambil program studi Teknik Arsitektur sama dengan program studi Nathan. Tahun ini angkatan mereka akan melakukan Praktek Kerja Lapangan. Namun sangat disayangkan Tesya dan Nathan berbeda tempat praktek. Selama 3 bulan Tesya dan Nathan tak bisa bertemu hanya lewat mesengger saja mereka berkomunikasi.
From: Nathan To: Tesya “Hey Tesya, sekarang kamu gimana ya. Tambah gendut atau kurusan” Mesengger dari Nathan kepadanya.
From: Tesya To: Nathan “Mungkin nanti saat ketemu kamu bakal ngetawain aku deh. Soalnya keinginanmu untuk menggemukan badanku bakal tercapai nathan”
From: Nathan To: Tesya “Sudahlah gak apa apa yang penting kamu sehat terus. Oh iya ngomong-ngomong kamu kangen gak sama aku.”
From: Teysa To: Nathan “Idih ngapain kangen sama kamu. Aku hanya kangen dengan seseorang yang satu PKL dengnmu.” Jawab Tesya berbohong. Padahal ia sangat rindu dengan dirinya. Sudah 3 bulan ia tak bertemu denganya.
From: Nathan To: Tesya “Beneran kamu gak kangen sama aku. Aku kan orangnya ngangenin. Awas saja nantu jika lulus terus gak ketemu sama aku. Kamu bakal kangen berat deh sama aku.
From: Nathan To: Tesya “PDnya luar biasa ya kamu Nathan. Aku gak bakal kangen sama kamu.”
Tiba tiba saja Tesya merasakan hatinya bagai diremas remas hingga terasa sangat sakit. Entah kenapa saat berjauhan dengan Nathan, Tesya merasa Rindu sekali denganya. Apa mungkin aku sudah terlewat batas karena aku sudah berani jatuh cinta padanya.
Cerpen Karangan: Widiya Nur Setyaningsih Blog / Facebook: widiyanur12.blogspot.co.id