Clarysta merasa saat ini darah mengalir keluar dari hidungnya, pikirannya sudah entah kemana. Kepalanya pun merasa sangat sakit. Ia tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang dideritanya saat ini. Kemudian tubuh clarysta akhirnya merasa lunglai dan mulai tak sadarkan diri.
Saat ini Clarysta sudah berada di rumah sakit, sebelumnya Brian yang saat ini sedang menjenguk sepupunya, ia melihat Clarysta yang dibawa oleh perawat rumah sakit ke dalam ruangan ICU. Tidak menunggu lama brian pun langsung memberitahukan kepada Erick bahwa saat ini Clarysta sedang berada di rumah sakit dengan keadaan kritis. Erick yang sudah mengetahuinya langsung segera pergi menuju ke rumah sakit dengan perasaan gelisah dan tentunya takut jika terjadi sesuatu pada Clarysta.
Erick pun sekarang sudah berada di rumah sakit bersama Brian, dan Doni yang baru saja datang. Mereka yang melihat Erick merasa kasihan bagaimana saat ini Erick benar-benar merasa terpukul. Dan mereka pun mencoba menyemangati Erick dengan usaha mereka masing-masing. Ketika dokter sudah mengatakan semuanya kepada Erick tentang keadaan Clarysta yang sudah memiliki penyakit kanker otak dari usia tiga belas tahun hingga sekarang dengan keadaan tubuh yang sudah semakin lemah, namun Clarysta bisa bertahan hidup cukup lama sebelumnya, tapi sekarang ia sudah sangat tidak berdaya.
“Apa yang terjadi padamu, mengapa kau tidak memberitahuku jika kau mempunyai penyakit separah itu. Mengapa aku bisa tidak tahu jika kau sakit. Bahkan kadang wajahmu terlihat pucat ketika bertemu denganku tapi kau menutupinya dengan senyumanmu. Apa kau menjauhiku karena kau mempunyai penyakit dan kau tidak ingin jika aku mengetahuinya. Tapi aku benar-benar menjadi pria yang bodoh dan tidak mengerti tentang keadaanmu. Maafkan aku Clarysta, maafkan aku”, ucap Erick dengan menumpahkan air matanya.
Segera Erick mengambil buku milik Clarysta untuk membaca yang clarysta tulis di dalam bukunya. Ia membuka satu persatu halaman, lalu membukanya lagi. Ternyata clarysta masih menyimpan foto bersama Erick dengan berbagai hiasan tangan yang dibuat oleh Clarysta. Banyak yang clarysta tulis di setiap halamannya, Erick sudah mulai mengerti isi dari buku ini yaitu bercerita tentang Erick. Dan itu membuat Erick terus menumpahkan air matanya, bagaimana bisa clarysta melakukan semua ini. Dan pada halaman terakhir ia membacanya dengan amat sangat serius membuat dirinya merasa hanyut dalam pikirannya.
Aku senang sekali bertemu denganmu Erick, kau mengagetkanku ketika tiba-tiba kau sudah berada di depanku. Sebenarnya aku tidak ingin kau melihatku, asal kau tahu aku tidak jauh darimu dan aku tetap memperhatikanmu dari kejauhan. Aku selalu mencari tahu keberadaanmu dan aku senang ketika menemukanmu, tapi aku tidak ingin kau menemukanku. Aku sering melihat kau tertawa bersama teman-temanmu, kau tidak sadar bahwa aku berada disitu dan tidak jauh darimu tapi aku menyamarkan diriku agar kau tidak mengenalku, ternyata rencanaku itu berhasil. Aku sangat merindukanmu Erick, dan rasa rinduku semakin jadi. ketika kita selalu bertemu secara kebetulan. Aku merasa bahagia ketika diriku berhadapan langsung denganmu, itu membuat jantungku berpacu lebih cepat. Dan kau tau aku berbohong soal tunanganku, sebenarnya aku tidak memiliki tunangan. Untuk melupakanmu saja aku tidak bisa bagaimana aku bisa memiliki tunangan. Aku berkata seperti itu agar kau membenciku Erick, memang sakit namun itu harus kulakukan. Dan alasan mengapa aku meninggalkanmu karena aku tidak ingin kau malu mempunyai kekasih penyakitan sepertiku. Maafkan aku, aku mencintaimu.
“Clarysta aku juga mencintaimu”, lirih Erick berderai air mata. “Aku juga minta maaf ketika memperkenalkanmu dengan arini yang menjadi kekasih bohonganku saja, aku hanya ingin mengetahui apa kau cemburu padaku atau tidak. Dan apa kau tidak menyadari jika bukumu hilang dan sekarang ada padaku? kau masih saja ceroboh seperti dulu Clarysta”, ucap Erick yang masih menatap buku milik clarysta dengan kesedihan yang sangat dalam.
Setiap hari Erick menjenguk Clarysta yang saat ini masih belum sadarkan diri, Erick selalu memantau keadaan Clarysta apakah perkembangannya mulai membaik atau masih tetap sama, Erick menatap penuh sendu karena terlalu banyak alat rumah sakit yang dipasangkan di tubuh Clarysta.
“Cepatlah sadar, aku merindukanmu. Aku membawakan hadiah ini untukmu Clarysta, ketika kau sadar aku berharap kau membuka hadiah dariku”, ucap Erick.
Erick pun mengecup kening Clarysta cukup lama, dan menatap Clarysta sebentar sebelum ia harus pergi meninggalkan Clarysta sendiri, karena ia harus pergi ke kampus, membuat Erick tidak cukup lama menunggu Clarysta yang masih terbaring.
Tidak lama kemudian Clarysta sadarkan diri dengan reaksi yang mengejutkan ketika erick sudah melangkah pergi, dan membuat dokter dan parawat segera menuju ruangan clarysta agar memastikan keadaannya saat ini. Ketika sudah memeriksa Clarysta, dokter menyatakan bahwa ia sudah pulih dan keadaannya pun sudah mulai stabil, namun tetap memerlukan perawatan penuh.
Clarysta menatap sekeliling ruangan dan merasa ada sesuatu benda berbentuk kotak berada di nakasnya. “Apa itu?”, Clarysta memicingkan matanya dan langsung mengambil kotak tersebut.
Clarysta menatap sebentar kotak tersebut dan segera membuka dengan perlahan, dan betapa mengejutkannya ketika melihat isi dari kotak tersebut.
10 alasan mengapa aku mencintaimu Clarysta. Buka gulungan kertas ini, baca dan pahami dengan baik kata-katanya.
1. Aku mencintaimu karena kau membuatku nyaman 2. Aku mencintaimu karena kau selalu membuat hidupku lebih berwarna 3. Aku mencintaimu karena kau bisa menerimaku apa adanya 4. Aku mencintaimu karena kau selalu menjaga hatimu padaku 5. Aku mencintaimu karena kebaikkan hatimu bukan fisikmu 6. Aku mencintaimu karena kepribadianmu 7. Aku mencintaimu karena ketulusanmu 8. Aku mencintaimu karena kelembutanmu 9. Aku mencintaimu karena segenap hatiku 10. Sepertinya aku mencintaimu tidak butuh sebuah alasan, cinta datang karena sebuah perasaan, namun aku menyebutkan alasan-alasan itu karena aku ingin kau mengetahuinya betapa besar rasa cintaku padamu.
Clarysta benar-benar terharu, ia pun menitihkan air matanya. Bukan karena cincin yang Erick selipkan di dalam kotak tersebut, tapi ia terharu ketika Erick menuliskan kata demi kata yang ia sampaikan ke dalam surat tersebut.
Tiba-tiba Erick datang dari luar dengan nafas yang terengah-engah, sepertinya Erick berlari menuju ke ruang rawat Clarysta. Dokter memberitahukan Erick, bahwa Clarysta sudah pulih. Erick benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya ketika melihat Clarysta yang sudah sadar, bahkan saat ini Clarysta sedang membaca isi dari kotak hadiah yang Erick berikan. Clarysta pun terkejut melihat kedatangan erick. Mereka pun sama-sama tersenyum dan betapa rindunya dua insan yang saat ini saling bertatapan. Tanpa berpikir panjang Erick pun langsung memeluk Clarysta dengan sangat erat.
“Terimakasih Erick, aku sangat menyukai hadiah darimu. Ternyata kau bisa romantis juga rupanya”, kekeh Clarysta yang masih didekap erat oleh Erick. “Terimakasih juga Clarysta akhirnya kau sudah sadar, aku benar-benar bahagia”, balas Erick yang juga melepaskan pelukannya.
“Dimana kekasihmu itu heh? aku tidak ingin menjadi selingkuhanmu Erick, jawab Clarysta yang langsung membuang muka kesegala arah. “Kekasihku ya kau clarysta”, sahut Erick. “Benarkah? lalu siapa arini itu?”, ucap Clarysta penasaran. “Dia hanya sebatas temanku saja, tidak lebih. Maafkan aku karena telah berbohong kepadamu. Itu hanya rencanaku untuk membuatmu cemburu saja, tapi entahlah kau merasa cemburu atau tidak”, jawab Erick memberitahu.
“Aku juga minta maaf, sebenarnya aku tidak memiliki tunangan. Aku telah berbohong kepadamu”, sahut Clarysta merasa iba kepada Erick. “Aku sudah tau itu, dan aku mengetahuinya dari bukumu. Apa kau tidak merasa kehilangan buku kesayanganmu itu?”, ucap Erick yang menatap Clarysta “Iya kah? Pantas saja aku tidak menemukannya. Aku berpikir jika buku itu jatuh ketika aku ingin keluar dari rumah sakit. Ternyata ketika aku kembali dan mencarinya sudah tidak ada”, ucap Clarysta merasa sedih “Ini bukumu”, Erick pun memberikan buku tersebut kepada pemiliknya. “Terimakasih Erick”, balas Clarysta dengan senyuman.
“Erick, waktuku sudah tidak lama lagi di dunia. Dan aku sudah siap untuk itu, lebih baik kau mencari wanita lain saja. Jangan terlalu memikirkanku, aku tidak ingin kau bersedih”, ucap Clarysta kembali dengan menangkup wajah Erick. “Apa maksudmu, asal kau tahu saja dokter bilang padaku jika kau sudah mulai sehat, kau bisa melawan penyakitmu itu. Aku berharap kau selamanya tetap sehat. Aku selalu ingin bersamamu”, jawab Erick dengan memegang tangan Clarysta.
“Ulurkan tanganmu clarysta”, ucap erick memegang cincin yang ia ambil dari kotak tersebut. Clarysta pun mengangguk dan menuruti permintaan Erick, ia pun segera mengulurkan tangannya. Dan erick pun segera memasukkan cincin pada jari manis milik Clarysta. Ia benar-benar merasa bahagia. Erick menggenggam erat tangan Clarysta dan tidak ingin meninggalkannya.
Pada akhirnya mereka kembali bersama, dan memulai kisahnya yang baru. Dengan menciptakan kebahagian yang mereka lakukan sendiri. Seseorang yang mencintai kamu tidak akan pernah kehabisan alasan untuk mempertahankanmu, dan seseorang yang mencintai kamu tidak akan pernah mencari alasan untuk melepaskanmu. Semoga kisah cinta mereka bertahan hingga maut memisahkan.
Cerpen Karangan: Jihan Habibah Blog / Facebook: Jihan Habibah