Namanya Hilia, anak berusia 17 tahun duduk di bangku SMA yang baru-baru ini tenar karena prestasinya. Selain jago karate dia juga anak yang cerdas di kelas. Namun pagi ini bukan pagi yang diinginkan oleh gadis kecil itu. Dengan terpaksa dia harus berjalan membawa sepedanya yang tiba-tiba bannya bocor, tak ada harapan Hilia menemui tukang bengkel.
Jalanan masih lengang dan dia berjalan di sekeliling sawah yang membentang luas. Tiba di sekolah Hilia sudah terlambat, beruntungnya hari ini gurunya tidak kiler jadi dia bisa selamat masuk ke kelas.
Sepulang sekolah Hilia tidak tau apa yang harus dilakukan, bengkel dari sekolahnya cukup jauh dan hari sudah semakin sore. Parkiran sepeda sudah kosong menyisakan sepedanya dan sepeda Phoenix di ujung sana. Hilia berniat akan menuntun sepedanya lagi tapi seketika ada seseorang datang dari belakang, cowok itu mendekati Hilia, ternyata dia yang memiliki sepeda Phoenix tersebut. Awalnya Hilia merasa canggung karena dia kakak tingkatnya dan dilihat dari tatapannya cowok itu sangat dingin, namun ternyata dengan bermurah hati dia membantu Hilia membawakan sepedanya kepada Pak satpam sekolah, dia menitipkan sepeda itu lalu mengantar Hilia pulang ke rumah.
Sejak pertemuan itu mereka jadi lebih akrab karena kebetulan satu ekstrakulikuler di sekolah. Cowok itu jago karate, namanya Bimo. Suatu hari mereka terpilih oleh sekolah untuk mengikuti lomba tingkat Provinsi. Akibatnya mereka harus latihan setiap hari dan Bimo jadi lebih sering mengantar Hilia pulang ke rumah jika latihannya sampai sore.
Seiring berjalannya waktu Hilia menyadari bahwa dia mempunyai perasaan yang spesial kepada Bimo, namun Hilia takut kecewa pada ahirnya jika Bimo hanya menganggap Hilia sebagai adik. Perlahan Hilia menjauh dan berusaha menghilangkan perasaan itu, namun sebaliknya Bimo malah lebih mendekati Hilia, setiap hari dia selalu datang ke kelasnya. Bimo sadar akan hal itu dan akhirnya dia nekat menyatakan semua perasaanya kepada Hilia di depan teman sekelas Hilia. Sejak saat itu mereka resmi jadian.
Tiga bulan sudah Hilia menemani hari-hari Bimo penuh dengan canda tawa, Hilia yang selalu memberi semangat, menemani belajar, memberi bekal makanan untuk Bimo ketika harus les sampai sore, mencarikan buku-buku super tebal untuk dipelajari Bimo. Sampai akhirnya pada saat Bimo diwisuda Hilia harus menerima kenyataan pedih bahwa Bimo harus meninggalkanya. Bimo harus ikut Ibunya ke Amerika dan melanjutkan study nya disana. Kecewa, sedih, sulit semuanya buram di mata Hilia. Bimo yang selama ini menjadi teman tertawa dan sekejab dia harus hilang dari hadapannya.
Hari berganti Minggu, Minggu berganti Bulan, Bulan berganti Tahun akhirnya Hilia menyelesaikan studynya dan hari ini dia berhasil mengakhiri sidang skripsinya. Ketika membuka pintu hendak keluar ruangan sidang betapa terkejutnya Hilia menemui sosok yang selama ini hilang dan sangat dirindukannya. Sosok yang dulu pernah diperjuangkan lalu menghilang, sosok yang membuat Hilia selalu bergulat dengan kerinduan dan semua hal yang belum terbayar bersamanya.
Bimo telah kembali, membawa sebuket bunga dan cincin berlian. Hilia dilamar untuk menjadi pasangan hidupnya dan dengan senang hati Hilia menerimanya. Mereka hidup bahagia bersanding dengan banyak kenangan yang mereka lalui bersama. Tak ada kata menyesal dari hati Hilia yang sampai kini masih menggenggam erat cinta mereka.
Cerpen Karangan: Isyfi Shofia Blog / Facebook: Isyfi Shofia Si Piull