Pagi itu, aku dan Neva, sahabatku berangkat sekolah bareng seperti biasa. Dan ketika melewati kedai “Soklat Mantapp”. “Dish, ntar pulang sekolah mampir ke situ yuk!”, ajak Neva sambil nunjuk tulisan yang terpampang jelas di depan kedai itu. Aku tertegun, lututku hampir saja lepas. Aku teringat ketika aku kecil dan makan buah coklat, dan kamu tau rasanya…. PAHIT BANGET. “Ogah ah, Nev. Kalo lo mau lo sendiri aja.”, jawabku sekenanya sambil meninggalkan sahabatku itu, memasuki sekolah yang berada di depan kedai itu.
Dan ketika di kelas, si Neva menguncir bibir merahnya. “Lo tuh kenapa sih? Coklat itu enak! apalagi Soklat.. weeeenak buanget.. nge-trend lagi.”, katanya antusias. Aku hanya tersenyum memandangnya, lalu memandang keluar kelas, dan aku menangkap sepasang mata menatapku lalu pergi.
“Dishca, entar lo ikut ke cere’s birthday party, kan?”, tanya Neva ketika melewati gerbang sekolah untuk pulang. Tampangnya udah kayak pembunuh honorer di film thriller favoritku. “Ya, deh”, jawabku pasrah. “Oke. Ntar gue jemput ya, pukul 7 tepat, gak boleh molor”, serunya antusias. Dan kalian tau apa alasan dia semangat banget.. KARENA CERE’S BIRTHDAY PARTY selalu berkonsep coklat dan banyak menu coklat. Dan aku benci. Eh, mata itu lagi. Siapa sih dia…
“Dishca, ayo berangkat!” “Iya bawel”. Aku langsung nongkrong di jok belakang matic pink Neva. “Gue tinggal ya, mau ketemu Cere and ngasih kado buat dia. Nikmati aja coklat-coklatnya, oke?”, kata Neva memicingkan mata dan tersenyum lebar. “Sialan lo.. ”
Brrraaakkk “Aduh, sorry gak sengaja.”, kataku panik setelah nabrak orang. Eh, tunggu mata itu.. mata itu yang liatin aku waktu di kelas dan pulang sekolah tadi. “Gak papa kok, santai aja”, jawabnya lembut mengibaskan pakaiannya. Gila, dia tuh putih, tinggi, mancung, matanya berkilau, aduh, artis Korea kalah deh.
“Em, hai, hai, halo..” “Eh, iya, gimana?”, sial aku ngelamun. Lah mana tadi cowok tadi? ngilang.. mana belum sempet tanya nama lagi. “woy, pulang yuk! ngantuk nih!”, rengek Neva manja, logat tubuhnya udah kayak cacing kepanasan. “oke, deh.”, jawabku singkat. Mataku terus mencari mata itu.
Esoknya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Ya, sama si bawel Neva juga. Dan yang bikin kaget, ada satu gelas ‘soklat original’ di meja gue. Sontak aja gue menghampirinya. Eh, surat. ‘Hidup itu ada pahit dan manis, tapi jika kita pandai mengolah yang pahit, juga akan terasa manis. Begitu pula soklat. Diminum ya..’ Gila.. aku mual baca isi surat itu.
“Ciee, Ada penggemar Rahasia, nih.. enak tuh soklatnya…”, goda Neva nyenggol-myenggol bahuku. “Kalo mau minum aja..”, jawabku. Dan dalam sedetik soklat itu ludes di bibir cerewet itu. Dan uniknya, aku selalu dapat segelas soklat di mejaku bersama satu surat. Soklatnya dengan berbagai toping, kadang crunch, keju, stroberi, meises. Kadang cool, kadang hot. Kadang pagi, kadang siang. Lama-lama aku penasaran sama si pengirim soklat misterius itu, tapi jujur sih, surat-suratnya motivasi aku banget.
Dan esoknya aku mutusin buat berangkat lebih pagi. Meski resikonya diomelin Neva. Nah tuh, ada yang masuk kelas bawa soklat. Aku pun mengendap-endap mendekatinya. “Eh, siapa lo?!”, teriakku. OMG. Mata itu… “Oh, hay.. Aku dave, sepupunya Cere. Kalo mau tau lebih lanjut, dateng aja ke kedai “soklat mantap”.
Dan karena aku penasaran, aku datang ke kedai “Neraka” yang juga “surga” itu. Alasannya tebak sendiri. Meskipun harus traktir Neva juga tiap hari. “Aku tau kamu trauma sama coklat. Tapi nggak berarti harus sama olahannya, kan?”, tanya Dave lembut. Aku diam, menatap soklat meises yang ia sajikan. “lihatlah..”, kata Dave menunjuk seluruh bagian kedainya. “They are be happy because soklat.” lanjutnya diiring senyum mautnya. “Aku ingin kamu besok datang ke sini jam 7 malam. SENDIRI. ok?”
—
“Dia mau nembak lo, mungkin?”, seru Neva gemparkan seisi kamarku. Aku hanya tersenyum-senyum. Entahlah, aku pun bingung tapi berharap. hahahahaha.
—
Kedainya sepi berhias kerlip lampu dan satu meja dengan dua kursi yang berhadapan dilengkapi…, dua soklat toping campur gitu deh.. tapi ada selai bentuk love.
“Silahkan duduk.” “Thanks” “Kamu tau malam ini aku ingin bicara serius. Tapi tutuplah kedua matamu” “Oke”, kupejamkan mataku. “Are you belive with me?” “Yeah”, jawabku ragu. “Buka bibirmu perlahan dan bayangkan hal yang membahagiakan dan rasakan”
Kucoba lakukan perintahnya meskipun ragu selimuti hatiku, tapi kucoba dan entah kekuatan sihir apa yang membuatku bisa melakukannya, dan… “Apa ini?”, teriaku histeris. “soklat, Dish. And I love you. Are you love me?”. Wow gila… “Pertama, ini eeeeeenak banget. Dan kedua…” “ya?” “I love you too” “Jadilah pacarku” “Oke”. Kami menghembuskan napas bersama dan tertawa. Ada canggung bertopping bahagia di hati.
“Gimana soklatku?” “Yummy” “Trims. Udah percaya padaku” “Yeah, kamu juga..”
Ternyata yang pahit jika diolah dengan benar akan jadi manis. Thanks Soklat.. Dan mulailah cintaku yang semanis Soklat dengan varian topping.
Cerpen Karangan: Tarisa Rahmawati SMANTISA Blog / Facebook: Tarisa Hay, aku Tarisa Rahmawati Aku suka nulis. Dan semoga cerpenku dimuat. kalo dimuat, aku minta kritik dan sarannya. Selamat memebaca