Rasa apa ini? Aneh rasanya ..
Siang itu hujan turun bersama dengan angin yang lumayan membuat tubuh ingin diselimuti jaket. Aku duduk sendiri di halte yang letaknya tepat di depan gerbang kampus. Iya seperti biasa, aku menunggu jemputan dari pacar setiaku .. Abang Grab.
Saat ini aku jomblo dan entah apa yang aku rasakan ketika aku lihat Reno menggenggam tangan Natta di depan mataku. Siang itu seperti biasanya Natta terlihat cantik meskipun tidak ada makeup di wajahnya… dan Reno.. lelaki yang pernah rela basah untukku. Aku hanya bisa melihatnya dari seberang sini. Senyuman manis mereka membuatku tak karuan. Sebenarnya rasa apa ini? Apakah aku cemburu? Cemburu pada Natta karena ia lebih bisa menarik perhatian Reno? Kurasa bukan itu.
“hei ling, sendirian aja nih.. mana Renomu sayang?”. Aku hanya terdiam dan masih kaku kedinginan, entah tubuh atau hati yang kurasa kaku saat ini.. mm entahlah. “ah elu, ditanya diem melulu. Kerasukan setan gagu? Hahahaha”. “whuuuuu enak aja, ada dong sebentar lagi juga dia datang”. “yaudah deh, sampai ketemu besok yaaa.. awas tuh tugas kampus jangan didiemin, ga akan beranak juga kok dia! Hahaha”. Langkah Boy pergi meninggalkanku sendiri, masih dengan tatapan fokus pada sosok sepasang kekasih yang kini semakin terlihat romantis berada di bawah payung yang sama. Mereka bercanda manis di bawah titisan air langit yang semakin banyak.
“Neng saya sudah di depan toko sepatu dekat halte, neng dimana?” pesan yang baru sampai di ponsel, membuatku celingak-celinguk mencari helm berwarna hijau di sekitar halte. Tidak terlihat ada helm hijau di sekeliling halte, mungkin aku yang tak telaten mencarinya karena hujan yang semakin deras mulai mengganggu penglihatanku. “dimana mas? Saya menunggu mas di halte, cari saja saya memakai baju biru muda”.
Lima menit menunggu masih saja belum ada balasan. “mas dimana?”
Tiba-tiba ada kedua lengan yang memelukku erat dari arah belakang, pelukkannya seakan mengerti tentang perasaanku saat ini. Menyimpan rasa pada Reno sampai akhirnya aku menjadi mak comblang antara Reno dan Natta. Pecundang? Iya aku terlalu malu untuk mengungkapkan perasaanku pada Reno, hal bodoh berikutnya adalah aku mengaku pacaran dengan Reno pada Boy sahabatku. Bukti lain yang mengatakan bahwa aku terlalu malu untuk jujur pada Boy. Aku akui aku terlalu sayang pada Reno hingga aku memaksakan bahagia ketika mendengar cerita Natta tentang Reno dan peresmian hubungan mereka siang tadi.
“Kali ini dan seterusnya aku abang grab nya”, terdengar suara yang sudah tak asing lagi di telingaku, peluknya yang membuat tubuhku hangat dan nyaman membuat kepalaku menunduk dan enggan melihat siapa pemilik suara itu. Kali ini pelukannya lebih erat .. “Aku tau kamu sedih, dan aku gak suka kamu sedih, kamu gak pantes buat sedih. Kamu hebat Ling, aku tau itu. Saat ini aku hanya ingin menjadi sosok yang terus selalu ada untukmu dan menjadi orang pertama yang mendengarkan ceritamu. I Love You Arling”.
Kata yang sontak membuatku kaget sekaligus membuatku semakin kaku, kali ini aku tau pasti bahwa bibirku yang merasakan kaku, tak bisa mengeluarkan satu kata pun ketika aku membalikkan badan dan melihat siapa yang telah mengucapkan kata-kata wasiat itu.
Dia Boy … lelaki yang tiap harinya menjaili aku, bahkan dulu membantuku untuk dekat dengan Reno. Boy yang kukenal suka pada Rena teman sekelasnya, Boy yang kukira tak pernah berani juga untuk mengutarakan perasaannya pada Rena, dan Boy yang kuanggap teman terbaik hingga detik ini. Kini ia melihat ke dalam kedua mataku.
“Maukah kau menjadi teman hidupku?”. Sebenarnya hanya satu kalimat tanya yang terlontar dari mulutnya, tetapi kenapa kini aku rasa kalimat itu bagaikan pertanyaan yang lebih sullit ketika aku sidang skripsi minggu lalu? entah … mungkin ini yang Tuhan bilang takdir. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Aku sadar aku menginginkan Reno menjadi pasanganku, dan kini aku sadar juga bahwa aku membutuhkan Boy untuk memelukku saat ini sampai batas waktu yang ditentukan Tuhan.
Cimahi, 20 Oktober 2017
Cerpen Karangan: Linda Herlianti Blog: Lindaherlianti.blogspot.com Linda Herlianti, perempuan yang tak ingin kenal lelah. Selalu memiliki semangat tinggi untuk belajar, sekalipun harus belajar pada jajaran bawah untuk mendapatkan ilmu baru.. dan untuk merangkai kata? masih berada pada tahap merangkak untuk nantinya bisa mengajak banyak orang untuk terbang.
berpikir itu hidup, hidup itu berpikir. semangat belajar 🙂