Fajar telah menyongsong di Ufuk Timur, jam tangan hitam yang biasa kukenakan telah menunjukan pukul 06.15. Aku memacu sepeda motorku untuk menuju ke sekolah. Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi Aku adalah salah satu siswa Berprestasi di SMK Kartika.
Jarak ke sekolah yang jauh menjadi sebuah tantangan untukku. Tiap pagi aku harus bisa mengatur jadwal yang sangat padat agar dapat tiba tepat waktu.
Saat itu hari Jum’at. Di perjalananku menuju sekolah, terlintas pikiran menuju masa lalu yang membuatku senyum sendiri. Seragam Batik Rok Biru panjang dengan jilbab Biru yang menandakan siswa Sekolah Menengah Pertama. Menurutku, waktu yang paling Indah yang selama ini aku telah alami adalah waktu SMP. Dimana aku Pertama kali jatuh cinta, pertama kali Mengenal apa itu kasih sayang dari orang lain. *Bukan dari Orangtua hehehe. Aku masih selalu ingat Wajah manisnya. Yang selalu tersenyum saat melihatku. Yang selalu tersipu malu saat kutatap. Ah. tuhan, saat itu aku berpikir inilah kebahagiaan yang sesungguhnya.
“Agus, Kamu ngapain sendiri?” Guru Pertanian bertanya padaku yang saat itu duduk di sebuah Kursi yang kubawa di bawah pohon Mangga di depan kelas IX A. “Eh, Pak Guru. Nggak Ngapa-ngapain kok, Pak. Ini lagi tunggu-tunggu Mangga Jatuh. hehehe” kataku sambil tertawa. “Bapak duluan ya nak.” “Iya, Pak.”
Dari depan kelas IX D, aku melihatnya Sangat ceria. Senyum khasnya serta Tingkahnya yang lucu membuatku tak pernah bisa melupakannya. “Anhy, Woii..” Aku Melambaikan tanganku, ia lalu berjalan menghampiriku. “Apa kah Sayang? Mau buat orang iri?” Katanya sambil menepuk kedua pipiku. Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. “Duduk saja lah, Aku dari tadi nungguin kamu.” “Kenapa? Ada yang penting ya?” Ia menatap mataku dengan tatapan serius. “Em. Nggak sih. Cuma mau bilang sesuatu” “apaan?” Aku hanya memberinya isyarat untuk mendekatkan telinganya kearahku.
“Kamu Cantik.” Kalimat yang kuucapkan langsung membuat wajahnya memerah.
Bel Masuk sekolah berbunyi, Ia lalu meminta untuk pergi duluan kekelasnya yang memang agak jauh dari tempat itu. “Ya udah. Jaga mata.” Kataku sambil melototkan mataku. “Iya, Sayang. Tenang aja.” sebelum ia meninggalkanku, Ia sempat tersenyum padaku.
Tittttt… “Woii.. Kalau Bawa motor jangan melamun” Aku tersadar dari lamunanku. Aku hampir menabrak pengendara lain di penanjakan. Ya sudahlah, ia hanya masa lalu. Aku selalu mengingat kata-kata yang ia ucapkan terakhir kali saat ia masih bersamaku. “Gus, Jika memang kita memang harus bersama pasti ada saja jalan kita untuk kembali lagi”. Aku selalu mengingat itu, dan menjalani hidupku sampai sekarang aku hampir tamat dalam menuntut Ilmu di SMK Kartika.
Setahun Kemudian, Akhirnya aku masuk ke dalam PTN yang aku inginkan, Fakultas yang aku inginkan pula. Aku memandangi kartu mahasiswaku Nama: Agus Haryadi Mahasiswa Fakultas Teknhik Sub: Teknhik Informatika dan Telekomunikasi. Aku sangat bahagia menjalani hari-hari baruku dengan tempat belajar baruku.
Saat aku sedang fokus membaca buku bacaanku, aku menabrak seseorang, Aku menunduk dan membantunya merapikan buku-buku yang berserakan itu. “Maafkan aku, aku tidak melihatmu.” Saat aku melihat kearahnya, aku baru sadar ternyata orang yang aku tabrak adalah Kawan SMPku. Bukan kawan, tapi Orang yang selalu ingin kulampaui, sekaligus Masa laluku yang membawaku sampai kesini. “Agus?” “Anhy? Udah lama ya, wih. Tambah cantik aja.” “hahaha. Kamu bisa aja, Gus. Kuliah disini?” “Iya nih, Sekalian cari-cari pengalaman. Kamu juga kuliah disini? Terus tinggalnya dimana?” “Iya, aku kuliah disini. Lumayan lah lulus SN FK. Aku di Asrama Permata” “Boleh dong jalan kesana” “Bisa sih, tapi kalau mampir bawa Makanan ya. Hehehe” Aku hanya tersenyum sambil menatap matanya. Di dalam matanya masih terlihat sama, namun semua penampilannya telah berubah. Kini ia menjadi orang yang sangat berbeda.
Sebulan aku kuliah, aku sudah sangat akrab kembali dengan Anhy. Seperti teman, sahabat bahkan saudara.
Langit malam mulai muncul, Aku duduk di sebuah Warkop Temanku. “Gus, Kayaknya makin dekat aja sama Si Anhy cewe FK itu ya.?” kata Angga Sambil menepuk pundakku. “Hahaha. Seperti yang kamu lihat. Ia sudah bukan Anhy teman SMPku, ia kini telah mendekati kesuksesan yang dia inginkan. Mana berani gua ngedekatin dia” Aku tak menyadari, ternyata Anhy telah duduk tepat di belakangku. Ia Mengisyaratkan kepada Angga agar tidak memberitahukan bahwa ia berada di sana. Anggapun mulai bertanya aneh-aneh tentang Anhy. Percakapan yang cukup panjang menurutku. “Gus, Menurutmu Anhy yang sekarang sama yang dulu beda apa nggak?” “kan aku sudah katakan, Dia itu beda. Eh ada satu hal yang masih sama. Matanya, tatapannya masih tetap selalu membuatku kayak ingin ngefly” “wahh. Wahh. Wahh. Kamu mulai tertular virus kids jaman now kayaknya, Gus. Terus gimana perasaan kamu? Kamu nggak benci kan sama dia?” “Hahaha. Jangan ngacok deh lu, Ngga. Kamu tahu, SMA kulalui 3 tahun, banyak perempuan yang berjalan bersamaku. Tapi di setiap perempuan itu, aku tetap selalu menyembunyikan perasaanku yang gagal move on ini, Ngga. Tapi kayaknya, Anhy udah nggak ngerasaain apa-apa lagi.” Angga memberiku sebuah pertanyaan yang menurutku saat itu sangat aneh. Aku mendengar Decitan Kursi di belakangku. Saat aku menoleh ke belakang, Aku melihat Perempuan dengan Sweater yang menutupi kepalanya.
Aku kembali fokus pada pertanyaan Angga. “Gus, Andai, ini sangat andai ya. Jika misalkan Anhy ada disini, Apa yang ingin kau katakan?” “Ahh. Tambah ngacok aja lu, Ngga. Tapi yang pasti, kata pertama yang akan aku katakan jika memang aku berani, aku akan mengatakan kalimat yang pernah ia katakan kepadaku dulu. Misalkan Kamu yang jadi Anhy ya. Anhy, Dulu kamu pernah bilang kan, Kalau memang kita ditakdirkan untuk bersama, maka pasti ada jalan untuk kita bersama lagi. Sekarang kita sudah bertemu lagi, apa kamu tidak ingin melanjutkan Cerita kita yang terputus itu?”
Aku terkejut dengan gadis yang tiba-tiba memelukku dari belakang. “Sayang, Katakan sekali lagi.” Mendengar suara parau itu, aku sadar bahwa itu adalh Anhy. Dan ia telah mendengar semua yang kukatakan barusan. “apakah kamu,” Sebelum aku menyelesaikan kalimat itu, ia menambah eratkan pelukannya. Ia berkata dalam suara yang tercampur isak tangis. “Kamu Jahat, Agus. Aku menunggumu selama ini. Aku masih yang dulu. Aku juga sama sepertimu. Ayo kita sama-sama meneruskan kisah kita.”
Aku melepaskan pelukannya dan berbalik menatapnya. Aku kemudian mendekatkan bibirku ke keningnya. Malam itu aku sangat bahagia. Kenangan masa lalu itu, kembali membawa masa depanku. Terimakasih Tuhan. Kau telah Mengembalikan dirinya.
Cerpen Karangan: Agus Mahendra Blog / Facebook: Agus’s Mahendra