Dia pergi saat sudah membawa hatiku bersamanya. Dia meninggalkanku saat aku sudah jatuh cinta. Dia melambungkan perasaanku lalu dihempaskan saat itu juga.
Kini saat aku rela melepaskannya.. Dia datang dengan seenaknya dan tanpa bersalah ingin memulai kembali hubungan kita. Dan saat itu juga hatiku masih berpihak padanya.
Salsha menatap nanar pada sosok pria di hadapannya pria yang ia cintai telah kembali setelah 3 tahun pergi tanpa alasan. Matanya memanas jika mengingat perasaanya telah dimainkan oleh pria di hadapannya.
“Sal ini aku.. kamu tidak merindukanku?” Pria itu merentangkan tangannya membuat Salsha muak dengan pria di hadapannya.
Salsha mengusap air matanya dengan kasar yang telah lancang turun dari matanya. “Tidak!! Dan aku membencimu!!” Salsha berlari menghiraukan suara di belakangnya yang terus memanggilnya.
Salsha menggulingkan tubuhnya di atas ranjang, berkali kali ponselnya berbunyi dan menampilkan nama pria itu membuat Salsha semakin malas berbuat apa apa.
‘Tok.. tok tok..’ Salsha menajamkan pendengarannya saat mendengar pintu rumahnya di ketuk. Ia beranjak bangun dengan penampilan yang masih acak acakkan. Saat membuka pintu rumahnya rasanya Salsha ingin membanting pintu di hadapannya tapi terhalang oleh pria itu yang mendorong pintunya hingga membuat tubuh Salsha terjengkang ke belakang.
“Mau apa kamu kesini lagi?!!” “Dengar dulu Sal.. aku ingin mengatakan sejujurnya kenapa aku harus pergi meninggalkanmu saat itu… kamu harus tau..” Salsha menutup telinganya dengan kuat “Enggak!! Gak mau!! Cukup Angga pergi!!” Salsha mendorong tubuh Angga tapi pria itu tidak bergerak sedikitpun. Angga menggenggam pergelangan tangan Salsha di dada bidangnya. Dan menarik Salsha dalam pelukannya. Tangisan Salsha kembali pecah. “Hiks… pergi!! Jangan membuatku kembali berharap denganmu!!!” “Aku tidak akan pergi lagi Sal aku berjanji aku akan selalu bersamamu selamanya berikan aku kesempatan kedua Salsha..” Salsha tidak dapat menjawabnya tangis masih mendominasi dirinya.
Salsha melepaskan pelukannya dari tubuh Angga. Ia menggeleng dengan kuat. “Pulanglah Angga.. aku lelah ingin istirahat..”
Tangan Salsha kembali dicengkram Angga. “Aku sudah menyuruhmu pergi Angga!! Pergi!! Jangan datang dan mengusik hidupku lagi!!! Aku membencimu!!” Salsha menghempaskan tangan Angga dan berlari memasuki kamarnya tak menghiraukan suara Angga yang terus memanggilnya
Sudah 1 bulan lebih Salsha tidak bertemu dengan Angga ada perasaan lega dan… hilang di hatinya.
Sejujurnya, ia masih mencintai Angga tapi mengingat dulu ia pernah ditinggalkan tanpa sebab selama 3 tahun dan itu membuatnya sakit hati karena Angga adalah pria pertama yang menyakitinya hingga sedalam ini.
Salsha duduk di bangku taman kampusnya sambil kembali membuka buka buku pelajarannya.
“Aku turut berduka.. padahal Angga pria yang baik..” Salsha terkejut saat dua orang wanita yang duduk tak jauh darinya berbicara tentang Angga, ia kembali menajamkan pendengarannya untuk mendengar apa saja yang mereka bicarakan.
“Aku juga tidak menyangka jika Angga harus pergi secepat ini dia tampan dan juga sangat baik….”
Perasaan Salsha kalut mendengarnya ia bangkit dari duduknya dan menghampiri kedua wanita tersebut.
“Apa yang kalian bicarakan? Ada apa dengan Angga?” “Kamu tidak tau?” Salsha menggeleng perasaannya makin kawatir. “Angga meninggal..”
Deg! Jantung Salsha berhenti mendengar dua kata tersebut kemudian bergemuruh dengan cepat. “A..aapa? Kalian bohong kan?” “Kami baru saja menyelawat ke rumah Angga dia akan dimakamkan siang ini..”
Salsha berlari keluar kampusnya dengan segera mencari taksi yang melintas. Tubuhnya bergetar takut mendengar apa yang baru saja ia dengar.
Akhirnya tak lama ia dapat menemukan taksi dengan bergetar ia menyebutkan alamat rumah Angga.
Tiba tiba tangisnya keluar jika apa yang ia dengar adalah fakta. Salsha akan mengatakan dirinya bodoh karena saat itu ia menolak mendengarkan penjelasan Angga.
Salsha turun dengan kaki yang kini lemas berpijak melihat bendera berwarna kuning bergantung di rumah Angga. Tangisnya kembali pecah tapi ada satu yang membuatnya heran kenapa rumah Angga sepi?
Salsha mengetuk pagar kayu di hadapannya. Tidak ada jawaban akhirnya Salsha menerobos masuk dan berlari cepat ke rumah Angga. Rumah ini juga sangat sepi seperti tidak ada orang. Pikiran Salsha sudah berlayang kemana mana.
Salsha membuka pintu rumah Angga tidak ada orang “Sal, kamu datang..” Salsha membalikan badannya ke arah tangga dimana Revan adik Angga turun menghampirinya.
“Rev… Angga.. Aaa…ngga?” “Kamu yang sabar ya.. Angga-” “Jadi benar?” Tangis Salsha kembali pecah ia terjatuh duduk di lantai, Revan menghampiri Salsha dan berjongkok di hadapannya.
“Aku bodoh Revan!!” “Tidak.. jangan salahkan dirimu..”
Revan menunggu Salsha menghentikan tangisnya sebelum ia menyampaikan pesan kakaknya. “Ada satu hal lagi Sal… kenapa saat itu Angga meninggalkanmu tanpa sebab..”
Salsha menatap Revan dan air matanya kembali meluncur deras. “Angga mengalami kecelakaan saat akan kembali ke indonesia ia sempat koma lima bulan dan saat itu ia mengalami kelumpuhan…”
Revan menjeda kalimatnya melihat Salsha yang bergeming tapi air mata gadis itu masih terus keluar.
“Angga tidak ingin membuatmu khawatir jadi ia meminta padaku untuk menyuruh siapapun merahasiakan keadannya padamu” “Angga mulai menjalani terapi untuk memulihkan kakinya yang mengalami lumpuh itu selang dua tahun terapi yang ia jalani membawakan hasil tapi ia belum boleh pergi ke tempat yang jauh..” “Akhirnya satu tahun berikutnya ia kembali ingin menemuimu.. ia ingin menceritakan semuanya padamu membuatmu percaya padanya pada cintanya..” “Salsha, Angga sangat mencintaimu tak ada niatan ia untuk meninggalkanmu..”
Salsha terisak makin parah ia menggeleng dan memukul kepalanya “aku bodoh!!! Kenapa aku bodoh?!!” “Karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku..” Salsha tersentak mendengar suara bass dari belakangnya. Ia menolehkan kepalanya ke belakang, matanya terbelalak melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
“Apa harus Revan yang menceritakannya supaya kamu percaya?”
Perasaan Salsha campur aduk ia ingin menangis dan meraung raung dengan kuat. Ia merasakan bahagia, marah dan kesal secara bersamaan.
“Jadi bagaimana tuan putri?”
Salsha menangis makin kuat ia senang mengetahui jika Angga tidak jadi pergi meninggalkannya.
Angga berjalan menghampiri Salsha dan memeluk tubuh bergetar tersebut ke dalam pelukannya. “Maafkan aku Sal..” “Ti..tidak.. aku yang minta maaf… seandainya aku… aku…” “Kamu tidak salah… aku tau kamu pasti kecewa karna aku tidak memberitahumu kini aku ingin memperbaiki semuanya..”
“Aku ingin melihat bagaimana reaksimu jika saja aku benar benar meninggal, ternyata aku tau kamu masih sangat mencintaiku terbukti bagaimana paniknya kamu saat di kampus dan di rumahku..”
Salsha tertegun mendengarnya ia memang sangat panik hingga ia baru sadar tas juga buku bukunya masih ada di bangku taman kampusnya.
Salsha memukul dada Angga yang tertawa seakan mengejeknya membuat Angga kembali mendekap erat tubuh Salsha.
“I Love You Sal..” “Love You Too… Angga..”
TAMAT
Cerpen Karangan: Vatria Estu Blog / Facebook: Vatriaestu07.blogspot.com / Vatria estu Nama: Vatria Esu Birth: 7 Jan Ig: @vtrrvat07 Fb: Vatria Estu Blog: Vatriaestu07.blogspot.com Hobby: Menulis, mengarang Cerita