Pagi itu, aku berjalan menuju arah ruang kelas XI IPA, ruang kelasku itu terletak di lantai dua sekolah. Karena sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai, aku pun bergegas mempercepat langkahku. Ketika aku menaiki tangga tiba-tiba ada seseorang dari atas yang berlari tanpa melihat arah. “Gubraaakk…” orang itu menabrakku hingga ia terjatuh menimpaku, lalu ia segera berdiri dan menolongku “aduhh… maaf yah, kamu gak papa kan? Aku antar ke ruang kesehatan yah…” kata laki-laki itu sambil membantuku berdiri. Aku hanya terdiam, kepalaku masih terasa pusing karena tadi sempat terbentur ke lantai.
“Maaf yah, aku tadi gak sengaja, aku buru-buru mau ambil hpku yang ketinggalan di motor, sekali lagi maaf yah” ujar lelaki itu sesaat setelah sampai di ruang kesehatan lalu dia pergi menuju parkiran motor sekolah. Aku hanya mengingat wajah laki-laki yang menabraku itu, aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Setelah keadaanku membaik aku pun kembali ke kelas untuk mengikuti kegiatan pelajaran.
Keesokan harinya, di kelas aku duduk di deretan ketiga dari barisan depan dekat jendela, dari tempat dudukku ini aku bisa melihat anak kelas lain sedang berolahraga di lapangan sekolah dari jendela, mataku pun tertuju pada seorang laki-laki yang bertubuh tinggi, putih, dengan rambut yang ala-ala artis Korea itu. “itu kayaknya anak yang nabrak aku kemaren deh” gumamku dalam hati sambil terus melihati orang itu. “heii… Shinna kamu ngelihatin apa sih?, ke kantin yo..” ajak Hana mengagetkanku. “hah, enggak kok, ayo ke kantin”.
Sesampainya di kantin aku melihat laki-laki yang menabrakku itu duduk di salah satu kantin sekolah bersama teman-temannya. Aku memperhatikannya dari kejauhan, ternyata bukan hanya rambutnya yang mirip artis Korea wajahnya pun imut seperti Suga member BTS (Min Yoongi) apalagi saat dia tertawa bersama temanya. Pikiranku melayang sesaat dan buyar setelah Hana memberikan sebuah roti coklat “Shina, nih roti coklat kesukaanmu” ucap Hana. “Makasih Hana kamu paling tau yang aku suka, umm… Hana kamu kenal cowok yang duduk disana?” tanyaku sambil menunjuk lelaki yang menabrakku itu. “oh itu… namanya Taka, kelasnya kan disamping kelas kita, masa kamu gak tau sih” jelas Hana. “oalah.. aku kan jarang keluar kelas jadi aku gak tau” jawabku. “iya juga sih, yuk balik ke kelas” ucap Hana sembari menggandeng tanganku.
Sejak saat itu, aku jadi sering memperhatikan Taka dari kejauhan, saat ia berolahraga, saat dia lewat depan kelasku, bahkan saat ia tertawa bersama temanya. Terkadang saat aku melihatnya dia juga melihat ke arahku, aku langsung spontan membuang muka saat dia menatapku karena aku merasa malu, entah kenapa aku merasa senang saat aku melihatnya, aku tidak tahu sejak kapan aku jadi aneh seperti ini, terasa seperti ada yang hilang jika aku tidak melihatnya.
Langit terlihat sangat mendung membuatku mempercepat langkahku. Tetes demi tetes air hujan mulai membasahi tubuhku yang lama kelamaan semakin deras. Aku berteduh di sebuah halte bus “oh tuhan bagaimana caraku untuk pulang?” gumamku dalam hati.
Tak lama kemudian seseorang di sebelahku membuka payungnya lalu memayungiku. “kamu mau pulang kan? Ayo biar kuantar..” sapa seseorang yang selama ini aku perhatikan yaitu Taka. “e..e..enggak usah, aku tunggu hujannya reda aja” jawabku gugup. “enggak papa, ini sebagai permintaan maafku karna telah menabrakmu waktu itu.” ucap Taka sembari memayungiku. Aku hanya mengangguk, aku bingung apa yang harus kulakukan saat orang yang kusuka berada disampingku, jantungku berdegup kencang seakan mau keluar dari rongganya. Ingin rasanya aku menghentikan waktu agar aku bisa terus bersama dengannya seperti saat ini.
Kami berjalan berdua di bawah payung menerobos hujan dengan hawa dingin yang mulai menyelimuti kami. “namaku Taka, kamu?” tanya Taka yang memecahkan keheningan kami. “e..eh namaku Shina” ucapku yang mulai salah tingkah. “umm.. aku ada acara besok di rumahku, apa kamu mau datang?” kata Taka. “eh..e.. anu… itu kalo sempat aku akan datang” jawabku gugup. “oh ya udah klo gitu, ini alamatku” kata Taka sembari mengeluarkan secarik kertas dari kantong baju seragamnya. “i…iya makasih yah udah antarin aku sampai rumah” ucapku sesaat setelah sampai di depan rumahku. “yo aman aja, aku pulang dulu yah” ucap Taka.
Esoknya aku pergi menuju rumah Taka yang ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku, aku mengenakan dress pendek selutut berwarna biru muda dengan rambut panjangku yang kubiarkan tergerai. Sesampainya di sana, aku melihat banyak sekali anak-anak sekelas Taka yang datang di acara itu. Seseorang dengan kemeja hitam dan dalaman kaos berwarna putih memakai celana jeans hitam panjang mendekatiku dengan membawa dua gelas minuman. “akhirnya kamu datang juga” ucap Taka tersenyum sembari memberiku segelas minuman. Aku hanya tersenyum. “Oh tuhan malam ini dia keren banget” gumamku dalam hati. Dua orang teman Taka mendatangi Taka dan mengajaknya untuk bergabung bersama mereka, “yah.. dia pergi” keluhku. Tatapan matanya tidak memiliki maksud khusus saat melihatku karena tatapannya sama dengan saat ia melihat temannya hal itu membuatku merasa tidak memiliki harapan untuk bisa bersamanya.
Di akhir acara Taka menemuiku “Shina, aku antar kamu pulang yahh, ini sudah larut malam” ujar Taka. Aku hanya mengangguk dan mengerutkan wajahku untuk menyembunyikan perasaan senangku. Kyaaaaa rasanya aku ingin teriak sekencang kencangnya sanking aku senangnya.
Saat di perjalanan,” Shina, aku ingin cerita sesuatu sama kamu” ujar Taka. “cerita apa?” tanyaku penasaran. “Saat ini aku sedang menyukai seseorang” ujar Taka yang membuat hatiku sakit, rasanya aku ingin marah dan nangis disitu tapi aku tidak punya hak sama sekali untuk itu karena aku hanya sebatas teman dengannya. “oh yah, siapa orangnya?” tanyaku untuk menyembunyikan perasaan sakitku. “aku menyukai seorang perempuan dari kelas sebelahku yang duduk di deretan ketiga dari barisan depan dekat jendela, aku sering memperhatikannya saat aku sedang berolahraga, saat aku lewat di depan kelasnya. Aku tahu dia suka sekali makan roti coklat, saat aku menabraknya, aku sangat khawatir akan keadaannya, setelah aku mengambil hpku di motor aku menunggunya di depan ruang kesehatan sampai ia keluar, aku tidak mempunyai keberanian untuk masuk menemuinya” kata Taka yang kemudian menghentikan langkahnya. “aku menyukaimu Shina, aku selama ini sangat menyukaimu, tapi aku terlalu pengecut untuk jujur dengan perasaanku sendiri, aku menyukaimu” ucap Taka serius sambil memandangi wajahku.
Tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku, aku merasa sangat bahagia aku tak menyangka orang yang kusukai menyukaiku juga. “Shina.. maaf aku telah mengatakan sesuatu tanpa memikirkan perasaanmu, aku gak papa jika kamu tidak menyukaiku, asalkan kamu jangan menangis Shina” kata Taka khawatir. “bukan… bukan karna itu aku menangis” ucapku sembari mengusap air mataku kemudian aku berjalan mendekati Taka dan aku langsung mencium bibir kecilnya dengan lembut. “Karna aku bahagia bisa memilikimu” jawabku yang kemudian kembali melumat bibir kecilnya itu, Taka pun memelukku dengan erat.
Aku merasa hari ini adalah hari yang terindah dalam hidupku yaitu saat dimana aku mengetahui bahwa orang yang aku sukai juga menyukaiku.
Cerpen Karangan: Yunita Blog / Facebook: Yunita Ramadhani