Aku berjalan berdampingan dengannya. Sesekali dia menggodaku dengan canda tawa kami seperti biasanya. Aku begitu nyaman ketika ada di sampingnya. Ingin rasanya aku katakan padanya “jangan pergi dariku, jangan suka dengan wanita lain” Namun dia sering sekali bercerita tentang wanita ini dan itu, seakan-akan dia sangat menyukai wanita yang dia ceritakan. Aku kesal mendengarnya, tapi aku bisa apa? Apa hakku melarangnya menyukai wanita lain? Karena aku hanya seorang teman yang sejak kelas enam SD selalu bersama sampai SMA kelas tiga. Dulu saat aku SMP saat aku mulai menyadari perasaanku, aku pikir ini hanya rasa suka biasa. Tapi semakin hari aku semakin sadar, bahwa aku benar-benar menyukainya.
Iksan namanya, namun aku memanggilnya mia karena itu singkatan namanya. Dia tak pernah marah aku memanggilnya dengan nama itu. “kalau ada yang panggil aku dengan sebutan Mia selain kamu, aku bakal marah!” sahutnya padaku “kenapa?” tanyaku padanya “MIA itu nama cewek farah sedangkan namaku itu iksan, tapi kamu selalu aja panggil aku mia. Tapi ya sudah, karna kamu temanku hampir tujuh tahun aku gak bisa marah sama kamu”
Benar, Mia gak pernah marah padaku. Bahkan selama kami dekat pun mia hanya mendiamkan aku dua kali, saat dia melarangku pergi dengan teman satu sekolah yang sedang mendekatiku. Aku gak mengerti kenapa dia melarangku, tapi aku berharap dia melarangku karena dia cemburu. Yaaa, aku sangat berharap dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Meskipun itu sangat jauh dari kata mungkin, karena Mia pernah berkata padaku bahwa dia ingin terus ada di sampingku sebagai sahabat tidak lebih.
Saat hari terakhir ujian sekolah Mia berkata padaku, bahwa dia akan menceritakan sesuatu hal padaku dihari pengumuman ujian kelulusan sekolah. Dan hari ini adalah hari yang aku tunggu.
Mia menggandeng tanganku dan membawaku ke taman sekolah. Dan Mia pun mulai berkata serius padaku “farah, kamu inget gak di taman ini aku pernah bilang kalau aku mau terus ada di samping kamu sebagai sahabat kamu? Kamu ingat gak?” “iya aku ingat. Terus kenapa mia?” tanyaku penasaran. Aku takut kalau Mia akan kuliah keluar kota seperti keinginannya selama ini. “aku mau tarik ucapanku” dia menghela nafas panjang “kamu mau kuliah keluar kota ya san? Kamu mau ninggalin aku sendirian? Kamu gak boleh pergi tinggalin aku iksan!!” aku memeluknya sangat erat “farah aku akan tetap kuliah keluar kota, kamu tau kan aku ingin sekali kuliah di jakarta? Tapi bukan itu yang mau aku katakan” iksan melepas pelukanku dan menatapku
“Aku sayang sama kamu farah, selama ini aku terlalu jadi pengecut untuk mengatakan ini. Aku takut kamu marah karna aku memiliki perasaan lebih, aku takut kamu gak mau lagi ketemu sama aku. Tapi sekarang aku gak bisa lagi nahan semua ini, aku mau kamu jadi pacar aku farah” Aku terdiam, tanpa sadar aku meneteskan air mata kebahagiaan. “tuhan betapa bahagianya aku mendengar pernyataan ini, tuhan terimakasih telah kau berikan aku kebahagiaan ini” ujarku dalam hati
Iksan menghapus air mata yang mengalir di pipiku “kamu kenapa nangis?” ucapnya padaku “aku juga sayang sama kamu san, jangan pergi dariku. Jangan suka wanita lain! Jangan pernah bicarakan wanita lain di depanku! Aku sayang kamu Mia” aku larut dalam tangis bahagiaku di pelukan iksan “aku gak akan pernah lakuin itu lagi, aku sayang sama kamu. Aku akan berusaha ada buat kamu saat kamu bahagia ataupun sedih” iksan membalas pelukanku
Hari itu terasa menjadi hari yang membahagiakan.
Namun sebulan kemudian iksan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya. Dia berjanji akan sering pulang menemuiku. “aku pergi dulu yaa” ucap iksan pada ku “jaga kesehatan disana, fokus kuliahnya. Aku nunggu kamu disini dengan setia” aku tersenyum pada iksan “aku juga akan setia sama kamu farah” iksan memelukku Rasanya aku gak mau melepaskan pelukan ini. Aku mau kamu tetap disini sama aku mia, tapi aku gak bisa larang kamu mengejar cita-cita kamu.
Saat iksan disana dia selalu mengabariku akan segala hal yang dia lakukan, iksan benar-benar memegang ucapannya bahwa dia akan setia padaku.
Kini hubungan kami sudah berjalan tiga tahun dan iksan pun memintaku menjadi tunangannya “liburan semester nanti aku akan pulang, dan aku mau kita tunangan ya?” ucapnya lewat telfon “kok kamu gak mau nanya pendapat aku dulu sih soal ini?” tanyaku pada iksan “karna aku gak perlu minta pendapat kamu untuk buat kamu bahagia” jwabnya singkat Yaa, seperti itulah iksan yang aku kenal. Dia selalu berusaha membuat aku bahagia.
Tuhan betapa beruntungnya hidupku karena telah kau hadirkan dia dalam hidupku. Jangan ambil kebahagiaan ini dariku tuhan, karena aku tidak tau akan seperti apa hidupku nanti jika tanpa dia. Beri kemudahan dalam segala urusannya, lindungi dia dan jaga dia tuhan. Karena dia adalah kebahagiaan dalam hidupku.
Cerpen Karangan: Elinda Puri Facebook: Elinda Puri Triranti