Siapa yang tak kenal dengan Ryan, ketua basket dengan pesona tak ada lawan di SMA Sonata? Ya, semua wanita selalu tertuju kepadanya dan jatuh begitu saja kepada sorot mata sadisnya yang tak kalah dalam dengan sungai Amazon.
Ryan memutar matanya mendengus akibat bangkunya dipenuhi berbagai hadiah dari pengagum rahasia. Menjadi selalu dicintai bukanlah hal yang begitu menyenangkan baginya. “Lagi?” tanya Ardan sesaat setelah empu rupawan itu bersiul. Ryan menatap iris pekat sahabatnya, tahu apa yang dimaksud. Sudah pasti Ardan menginginkan cokelat yang tertata rapi di mejanya.
“Makasih, hehehe!” tawa Ardan setelah tangannya dipenuhi cokelat kepunyaan Ryan.
Netra hazel cowok itu terpana pada amplop biru yang menempel di mejanya. Bisa ditebak itu surat cinta. “Ck, apaan sih?” dercaknya sebal setelah membaca itu lalu meremas kertas itu hingga berubah menjadi bola. Pikirnya, dia akan membuangnya nanti.
Lain kondisi dengan seorang gadis yang tengah dibayangi harapan Ryan akan menerimanya lewat surat beramplop biru itu. “Enggak mungkin Ryan terima aku, tapi enggak tahu deh!” Rani menyembunyikan wajahnya yang dipenuhi semu merah.
Seseorang menarik tongkat yang membantu Ran untuk berdiri tegak, “Jangan harap, orangtua lo aja buang lo di tong sampah. Artinya, enggak ada yang menyayangi orang secacat lo!” sembur Kalina–Shekalina Adwin–dengan ketus kepada Ran.
“Itu enggak benar!” “Masa bod-” “Hey, kalo lo mau gue terima, enggak begitu caranya!” tepis seseorang yang berhasil membuat Ran yang kesakitan karena terjatuh menoleh. Wah, keajaiban dunia ke delapan.
“Kamu enggak apa-apa?” “Enggak kok, kak! Makasih, ya!”
“Sebelum kamu pergi aku boleh nanya?”
Seketika, cewek dengan nama lengkap Dajara Anika tanpa marga itu mematung. Nada suara Ryan yang merendah membuat pair jantungnya begitu kacau dan berdegup tak karu-karuan. Tatapan Ryan benar-benar mematikan, kalau saja dirinya tak terlahir dengan tulang rusuk, jantungnya sudah pasti melompat keluar seperti katak kehausan.
“Kau membuat sendiri pantun ini?” “Iya.” “Aku menyukainya!” Lidah Ran kelu seperti diisi banyak es super dingin.
Sementara Ryan, oh jangan ditanya … Dirinya juga salah tingkah ketika menyadari ucapannya yang ia kira sangat berlebihan. “Makasih, kalau kamu suka mampir saja ke kelasku, akan kuajari caranya.” Terpatri senyuman sempurna di wajah gadis yang sekilas memiliki banyak kekurangan tapi nyatanya sangat menarik.
Ryan terpana begitu saja. Senyuman yang telah lama padam di hatinya, kini kembali mekar dibantu degupan jantungnya. Ada apa gerangan?
“Yan, tadi lo ngobrol sama Dajara itu?” “Masalah?” “Awas ikutan jadi produk gagal, hahaha!”
Padahal semula hati Ryan adem-adem saja, apalagi dengan strategi menyatakan rasa pada Ran. Tapi Ardan benar-benar merusak semuanya. Ingin rasanya Ryan melempar cowok ini dari balkon sekolah sekarang dan mendoakannya semoga mendapat pasangan yang tak kalah hina.
“Sukanya gituin orang, besok-besok gue sumpahin jodoh lo ileran.”
Masih dengan hati yang berbunga-bunga, Ran menulis surat kedua ajakan berteman untuk Ryan namun naasnya baru saja sedetik lagu suratnya dirobek hingga tersisa sedikt bagian. Siapa lagi kalau bukan Shekalina Adwin pelakunya. “Berharap? Ap-” “Bacot, dia pacar gue!” Elakan spontan itu tiba-tiba saja menghentikan semburan kejam Kalina. Kalina terbungkam, sama halnya dengan Ran juga. Pacar? Tidak salah dengarkah dirinya. Kalina langsung menunduk dan meminta maaf.
“Sejak kapan kita pacar?” “Sejak tadi pagi.”
Semu merah langsung terlukis jelas di kanvas pipi Dajara Anika.
Cerpen Karangan: Maira Mizuka Blog: quincykhumaira.blogspot.com Jangan lupa mampir ke cerita aku di platform Wattpad juga ya! @MairaMizuka Makasihh! 🙂