Sudah berapa kali kita melakukan ini. Ku merapikan kemeja sekolahku dan melirik menuju cermin di kamar mandi. Tiba-tiba Ken memelukku dari belakang dan mencium pipiku. Pipiku yang memerah dan bibirku yang cepat berkomentar mengenai waktu memasuki kelas sudah dekat hanya untuk mengganti topik pembicaraan. Dia memutar balik badanku dan membenarkan dasiku. Ia mengatakan bila diriku tak perlu khawatir. Kemudian bel berbunyi memecah keheningan tatapan kami.
Usai kelas dia menunggu diriku di depan gerbang seperti biasanya. Teman-temanku selalu menyindir kalau aku selalu pulang dengannya. Tapi memang selain kita di ekstra kulikuler yang sama, kita bukanlah di kelas yang sama. Mendengar kata cie dan ejekan yang lain sudah biasa lah.
Dia selalu mengantarkan diriku ke depan rumahku. Tetapi sekarang kami berencana menonton bersama berdua saja. Selama berjalan kaki menuju bioskop memang sudah biasa kita. Walau begitu menggandeng tangannya membuat diriku tersipu.
Ken tak pernah mau memamerkan hubungan kita, hari ini berbeda. Dia membiarkan diriku memeluk tangannya dengan erat. Ku menunduk dan menutupi wajahku dengan bayang-bayang topi, Menekan kacamataku dengan jantung berdebar. Dia berkata untuk tidak perlu malu malu dan suruh mengangkat wajahku. Aku memikirkan bagaimana orang lain melihat kami, terutama para kaum wanita. Ken meyakinkanku untuk saat itu untuk tidak khawatir. Tanpa diduga kami hari itu juga berbagi ciuman di tempat umum. Di kegelapan bioskop, bagai film novela.
Esok harinya pas selesai kelas kudengar Ken dibawa anak kelas sebelah menuju toilet dan kuikuti mereka. Kudengar percakapan mereka dari balik pintu. Mereka menanyakan hubungan kami. Ken hanya terdiam, yang kemudian pukulan mereka diluncurkan. Sebelum mereka menghantam dirinya ku berteriak
“HENTIKAN!!!”
Mereka menengok terhadap diriku. Ketiga kakak kelas tersebut membuat diriku merinding. Kulanjutkan dan menyatakan untuk menjauhi dirinya. Mereka bilang bahwa kami sebagai adik kelas sudah terlalu congkak akhir-akhir ini. Salah satu dari mereka memojokan diriku ke dinding dan mengangkat diriku ke atas.
Dia menanyakan diriku, “jadi bener ya, lo berdua..” Diriku menjawab dengan cepat “terus kenapa?” Dia mulai melancarkan serangan, sebelum diriku bisa menangkis dan memukulnya. Ken mendorong kedua kakak kelas yang lain dan memukul kakak kelas yang menyudutkanku. Ken menarik tanganku dan berteriak “lari!”
Setelah kami menghindar dari kakak kelas kami. Kami kembali menuju loker kami. Tulisan beraneka ragam dengan hinaan tertulis pada loker Ken. Herannya lokerku tidak menjadi sasaran. Walau begitu hinaan terbesar ada di loker tesebut sedikit membuat Ken tersentak.
Ku melihat wajah ken yang hampir mengeluarkan air mata. Setelah itu ia menoleh padaku dan berkata, “Eza, sepertinya kita perlu menunjukan… kalo kita bukan…” Murid-murid lain masih melirik kita dan bisikan mengepung kita. Kumudian kami saling berargumentasi dengan bisikan kami. “Jadi, kau ingin hubungan kita putus.. hanya karena kau dimusuhi begitu” Ken berusaha menyangkal,”tidak begitu.. aku.. pengen..”
Tanpa berfikir kedua kalinya ku menciumnya. Bibir bertemu bibir dan mulut ketemu mulut. Semua yang ada di lorong menjadi saksi. Mereka melirik dan membicarakan kami tanpa malu.
Ketika ku menarik bibirku, kami hanya tersipu dan Ken tertawa terbahak. Ia kemudian melihat diriku. “Kau benar Za, apa yang kita takutkan haha.” Dia tertawa dan kemudian melanjutkan “Kau mengingatkanku mengapa aku mencintaimu” Ia kemudian menciumku untuk kedua kalinya di depan banyak orang.
Cerpen Karangan: Ymir youtube.com/channel/UCYAK-3X57hzjIRVLBxXdSIA