Bel sekolah pun mulai berbunyi menandakan saatnya untuk pulang. Aku adalah seorang pelajar di salah satu SMKN Surabaya, aku mengambil jurusan pariwisata. Sekolah ini sangat nyaman untukku. Apalagi didukung dengan hutan sekolah yang hampir mirip dengan hutan besar, dan teman-temanku yang sangat mengerti.
Kini aku melangkah sampai ke gerbang sekolah, dan seseorang telah berlari dan menepuk pundakku karena sudah tidak bisa mengerem laju larinya. “apaan sih? Telolet kenapa kalau mau lewat” ucapku “maaf, eh aku boleh pulang sama kamu nggak?” ucap Bledeg “tumben? Biasanya juga sama cewek lain” ucapku “kan aku gak ada motor, boleh yak? Pliss” ucap Bledeg “oke, tapi jangan ngerampok aku!” ucapku dengan mata melotot “heh, iya-iya aku janji” ucap Bledeg
Dan tidak tahu kenapa tiba-tiba Bledeg menarik tanganku dan menggenggamnya dengan erat sampai aku dekat dengan Bledeg, mepet banget. Dan merangkul pundakku yang sedikit pendek darinya. Dan teman-temanku hanya melontarkan kata “cie.. cie.. cie…” saat menatap aku dan Bledeg. “cie.. cie.. cie.. Annisa sama Bledeg udah pacaran” ucap Bella. “apaan sih, orang gak pacaran juga” nadaku ketus dan Bledeg malah mendempetkan tubuhku ke dadanya dan kepalaku membentur pundaknya. “ih!! Sakit tau, lo kira tu pundak bantal apa!” ucapku kesal, dan Bledeg hanya tersenyum geli. “hahahaha… biarin wle” ucapnya Memegang pipi Bledeg “Deg? Badan kamu anget, kamu sakit?” tanyaku “enggak kok, aku gak demam” ucapnya
Dan kami pun sampai di tempat parkir, aku memberinya kunci sepeda motorku yang dihiasi lampu doraemon dan Bledeg tahu sepeda motorku. Padahal dia tidak pernah melihat sepeda motorku, atau mungkin helm warna pink putih milikku itu yang buat Bledeg hafal. Bisa jadi. Karena hanya aku yang mempunyai helm seperti itu. Mengambil uang di kantong baju “loh? Kok uang kecilnya gak ada sih? Duh di mana ya? Perasaan tadi ada kok!” kesalku Bledeg mengambil uang 5000 dari saku “udah, uangku dulu aja buat bayar” ucap Bledeg sambil mengepakkan senyum ke arahku “hem, oke.. kamu yang gonceng, bisa kan?” ucapku “ya bisa lah.. masa kagak bisa” dengan nada sombongnya Bledeg “ya udah, kamu pake helmnya” ucapku “tapi ini kan helm cewek, gak waras kamu ini” nada kagetnya Bledeg “duh, helm bogo ini kacanya ke depan, ntar kalau kena lehermu gimana? Mau?” ancamku “iya-iya, buruan naik” ajaknya
Perjalanan yang kami lakukan cukup menyenangkan, Bledeg menyetir dengan cukup pelan. Dan sebenarnya lumayan seimbang juga. Dan dia melewati sebuah jalan yang sedikit kecil dengan pemandangan rerumputan yang menari-nari. Dan akhirnya kami sampai di jalan raya. “kok tembus jalan ini? Kenapa gak lewat sana aja? Kan lebih deket” omelku “ya gak apa-apa” ucap Bledeg “heh? Dasar manusia aneh” ucapku, dan saat itu menunggu lampu merah. Dan tiba-tiba Bledeg menggas sepeda sampai aku kaget “eh kampret! Bilang kenapa kalau ngegas!!” omelku “hahahaha…” “rese’ awas lu” ketusku.
Kemudian Bledeg membawaku lagi ke jalan yang cukup sempit dan di tempat itu banyak sekali yang menjual makanan dan minuman. Dan saat aku masih kesal, Bledeg mencoba membujukku. “kamu mau minum nggak?” ucapnya “gak tau deh” ucapku “mau apa enggak? Kamu pasti haus kan? Aku beliin” ucap Bledeg “iye deh, aku haus” ucapku
Kini Bledeg telah menuju ke sebuat outlet jus dan menggandengku saat memesan jus “kamu mau jus apa?” ucap Bledeg “terserah kamu lah, aku ngikut aja” ucapku “jus bawang merah mau?” ucap Bledeg sambil mengambil bawang merah besar yang berada di wadah “kamu mau bunuh aku? Dengan jus bawang merah?” ucapku yang diselimuti wajah bingung “ya enggak lah.. hahahaha kamu ada-ada aja” ucap Bledeg sambil tertawa “jus alpukat aja deh Deg” ucapku sambil duduk di sebuah lesehan “oke, pak jus alpukat 1 gelas besar plus 2 sedotan” pesannya
Saat kami menunggu jus datang, aku dan Bledeg memulai obrolan. “rumah kamu dimana Deg?” tanyaku “itu” menunjuk sebuah bangunan yang bangunannya agak besar “kayaknya itu asrama deh. Kamu tinggal di sana?” tanyaku “iya..” ucapnya “orangtua kamu emangnya di mana? Kenapa kamu tinggal di asrama?” ucapku Menundukan kepala “huft…” helanya “maaf, aku gak bermaksud kok. Aku minta maaf” ucapku “engak apa-apa kok, aku udah biasa ditanya kek gitu” ucapnya
Kemudian pesanan jus kami sudah datang. “kok cuman 1 gelas?” ucapku “1 gelas berdua” ucapnya dengan mengarahkan sedotan ke arahku “hem.. oke” ucapku
Kami mulai meminum jus itu bersama, dan nampaknya Bledeg sangat haus. Saat itu aku mencuri pandangan ke arahnya yang nampak seperti tidak minum 7 tahun. “kamu haus banget kayaknya” ucapku “iya, makanya aku ngajak kamu beli minum” ucapnya sambil tersenyum “makasih ya” ucapku “iya” ucap Bledeg
Kami mulai mengelilingi jalan, dengan canda tawa yang indah bersama. Dan sesampainya kami di asrama, Bledeg menggandeng tanganku menuju kamarnya. “kamu di sini dulu ya, aku mau ambil cemilan” Bledeg mulai melangkah “nggak usah Deg, aku pengen pulang” ucapku “iya udah, kamu hati-hati ya?” ucapnya.
Keesokan harinya, Bledeg tidak masuk sekolah dan aku sangat ingin bertemu dengannya. Aku berfikiran mungkin dia sedang demam karna kemarin badannya hangat sekali.
Malam pun tiba, dan aku mulai mengirim barang (ceritanya ngirim pesanan ibuku ke rumah temannya di dekat asrama Bledeg) saat aku kebingungan mencari alamat tiba-tiba ada Bledeg yang menegurku dari belakang. “hey…” sapanya “Bledeg? Kamu kok tau aku ada di sini? Kamu lagi demam ya kok gak masuk sekolah? Dan kenapa pipimu lebam?” tanyaku “aku baik, kamu khawatir ya? Kamu mau kemana malam-malam gini?” tanya nya “aku mau ke alamat ini, kamu tau nggak?” tanyaku “tau kok, sini aku boncengin aku antar kamu” ucapnya “iya deh, makasih ya” ucapku
Tak terasa, dan waktu itu lenyap bersamanya dan kini kami berdua telah sampai di asrama, aku memutuskan untuk istirahat sejenak di sini. Aku sekarang tiduran di sofa dan Bledeg ada di belakang tubuhku. Dia memelukku agar aku tak dingin, sambil memainkan game di hp Bledeg, ia mencium pipiku dengan lembut dalam beberapa lama. Itu membuatku senang. “mmuuaaccchh…” kecupnya “apaan sih kamu Deg?” aku tersenyum salting “hehehe… pipi kamu enak” ejeknya “Bledeg ihh.. genit” ledekku “biarin” “udah ah, aku pulang udah malam juga” aku mulai bangkit dari sofa
Bledeg mengantarku sampai depan asrama. “kamu hati-hati di jalan, jangan ngantuk” ucapnya “iya, selalu kok. Kamu juga, habis ini tidur udah malam” ucapku.
Hari cepat berlalu, dan Bledeg tidak masuk sekolah lagi. Hari ini aku juga tidak membawa motor, saat aku pulang tiba-tiba aku mendapat pesan singkat yang menyuruhku untuk pergi ke suatu alamat. Dan alamat tersebut berlokasi di sebuah tempat yang sangat mengerikan, aku berjalan di sana. Ini seperti tempat pembunuhan! Banyak sekali mayat dengan darah segar di sekelilingnya. Beberapa dari mereka kepalanya hampir putus, tangan mereka banyak yang terpisah dari tubuhnya. Mungkin tadi ada tawuran besar di sini. Kemudian aku menatap ke depan dan melihat Bledeg di pukul oleh 2 pria. Bledeg pun membalasnya sampai 2 pria itu pingsan. “Bledeg…!!!” teriakku memanggilnya “kenapa dia di sini?” ucap Bledeg dalam hati Aku tidak tau kenapa, aku mendapat pesan ke tempat ini dan… tempat ini seperti tempat pembunuhan, dan tubuh Bledeg penuh darah. Dan tiba-tiba ada seseorang yang berlari di belakang tubuhku yang membawa sebilah pisau yang siap menusuk perutku. Dan saat itu juga Bledeg berlari ke arahku, memelukku, melindungiku sampai pisau itu itu terbenam di pinggangnya. Suara percikan darah itu terdengar di telingaku. “kenapa kamu ke sini? Ini tempat berbahaya” ucap Bledeg terbata-bata “aku mendapat pesan singkat yang mengantarku ke sini” ucapku dengan nada takut “aku akan mengantarmu pulang.. jangan takut” ucapnya. Namun perlahan pelukannya mulai renggang, melemah, aku terus memberinya semangat untuk bernafas. “tapi maafkan aku, dan inilah aku yang sebenarnya. Makanya aku hanya suka menyendiri, aku orang jahat. Aku akan selalu menjagamu meski aku harus kehilangan nyawa untukmu” Air mataku mulai menetes, darahnya mewarnai seragam sekolahku dengan isak tangis. Dan aku mulai menidurkannya. Aku peluk dia dengan tragis. “jangan nangis.. aku gak apa-apa. Maafin aku, aku gak bisa selamanya bersamamu. Aku sayang sama kamu” Perlahan matanya mulai menutup, tangan yang tadinya memegang pipiku kini telah jatuh. Aku hanya bisa menangis dan memanggil namanya dengan keras, aku tidak tau apa yang terjadi.
Flashback Mengajak pulang bareng, menggoncengku, meminum jus bersama, mengantar paket, memeluk dan menciumku.
“Bledeg…!!!” kini aku memeluk jasadnya, berlumur darahnya, meneriakkan namanya seolah aku memanggilnya dengan indah. Aku mengingat semua senyuman yang dia lontarkan. 3 hari bersamanya, dan aku juga mencintainya. Senyumannya sangat indah, seperti lukisan sebuah surga Tuhan. Dan dari artikel tentang dia, aku tau semuanya, kenapa dia seperti ini. Darah ini hanya menjadi kenangan. Saat aku pulang sekolah, aku berharap ada dia yang memintaku untuk mengantarkannya pulang.
TAMAT
Cerpen Karangan: Annisa Rakhmawati Blog / Facebook: Annisa R Rakhmawati Siswi kelas XI Usaha Perjalanan Wisata. dari SMKN 10 Surabaya.