Surabaya, ini satu tahun pertama bagi Ridho menetap di kota ini. Usianya kini 14 tahun dan dia bersekolah di sekolah favorit. Aisyah seorang remaja periang bersekolah di sekolah swasta di Surabaya, dia anak rantau juga dan usianya baru 14 tahun.
Via telepon “Ridho!? kamu di mana sih? aku udah di kampus!” Aisyah sedikit marah “aku udah di sini, di belakang kamu” kemudian Aisyah membalik badannya dan memeluk Ridho “akhirnya kamu pulang! aku kangen sama kamu!” Ridho membalas pelukan Aisyah “iya, aku juga kangen sama kamu. baru ditinggal 3 bulan udah kangen” Ridho mengacak-acak rambut Aisyah “tapi masih sekolah di sini kan Dho?” “iya, aku di sini kan buat kamu”
Kemudian Aisyah mengajak Ridho ke kolam ikan, dan di tengah-tengah kolam ada jembatan dan mereka ada di jembatan itu “kita udah lama gak kasih makan ikan-ikan di sini” ucap Aisyah sambil melempar pelet “Aisyah, kamu dari dulu tetep aja suka kasih makan ikan di sini” “apa salahnya si Dho??” kemudian Ridho menggengam tangan Aisyah “aku sayang sama kamu Syah..” mata Ridho mulai sembab “kamu nangis?” “enggak.. kelilipan tadi aku pulang dulu ya” tanpa basa-basi akhirnya Ridho meninggalkan Aisyah, Ridho segera pulang ke rumahnya yang tak jauh dari kampus.
“aku gak tega liat wajah polosmu Syah aku gak tega harus tinggalin kamu selamanya” Ridho menangis di balik pintu rumahnya dan dari lantai 2 terlihat Rizki sedang meminum teh dan memandang Ridho yang sedih “kamu kenapa Dho?” tanya Rizki, Ridho menghapus air matanya “gakpapa kak Ridho ke kamar dulu ya” sesampainya di kamar, Ridho duduk di depan meja rias dan melepas rambut palsunya yang sering ia pakai “14 hari… aku sayang kamu Aisyah! tapi waktuku tidak banyak lagi”
Kemudian Rizki masuk ke kamar Ridho dengan membawa susu, bubur, dan obat “dek, ayo makan..” “percuma kak! obat-obatan itu tidak ada efek sama sekali!!” “tapi dek, ini untuk kesembuhan kamu kak Rizki yakin kamu sembuh” “3 bulan aku dirawat di Jakarta, tapi gak ada perubahan kak” kemudian Rizki meletakkan bubur di hadapan Ridho dan Rihoi menepisnya dengan keras sampai mangkok bubur itu pecah “Ridho!! kamu harus makan dek!” kemudian Ridho berdiri “aku capek kak!! mulut aku udah negk makan bubur hambar!” “tapi dek, kamu gak bisa makan kasar!!” kemudian Ridho mendorong Rizki untuk keluar dari kamar “pergi kak! Ridho mau sendiri!!” Rizki terlihat sedih melihat perlakuan Ridho “Dho.. kakak tau kamu kecewa, rasanya gak adil. tapi aku cuma mau kamu sembuh dan kita main lagi seperti dulu dek sewaktu kita masih kecil”
Hari mulai berganti dan harini ini Ridho dan Aisyah pergi jalan-jalan “kamu baik-baik aja kan? kemarin kamu..” Aisya belum selesai berbicara dan Ridho memotongnya “aku gakpapa kok” kemudian Ridho menggandeng tangan Aisyah, mereka saling bertatapan selama beberapa detik. langkah mereka membawa ke toko boneka “kamu mau boneka beruang nggak?” tanya Ridho sambil menunjuk boneka beruang “emang boleh?” “kalau kamu mau ambil aja aku yang bayarin” “tapi aku gak enak sama kamu Dho, boneka di sini mahal-mahal” Aisyah sedikit menolak kemudian Ridho mengambil boneka beruang paling besar, berwarna putih dan ada pita di lehernya dan topi kotak-kotak merah “anggap aja ini hadiah buat kamu” Ridho memberi boneka itu dan Ridho segera membayar dan langkah mereka menuju tempat photo box.
Ridho memeluk Aisyah dari belakang “ternyata gini ya rasanya photo box” Ridho mulai menangis “kamu gak pernah photo box Dho?” kemudian Aisyah melihat Ridho menangis “kamu nangis?” kemudian Ridho menghapus air matanya “enggak kok, aku gak nangis” kemudian Aisyah dan Ridho berfoto ria di sana dan Ridho mengajak Aisyah nonton bioskop, saat dalam gedung bioskop Aisyah merasa takut saat adegan kecelakaan dan Aisyah memeluk Ridho “jangan takut Syah” Ridho memandang Aisyah dengan hangat ‘mungkin ini terakhir kita nonton disini, maafin aku Syah’ batin Ridho.
Setelah film selesai akhirnya mereka keluar. “aku ke toilet bentar ya, kamu tunggu di sini” Ridho meminta izin dan Aisyah menunggu di depan bioskop. 15 menit Ridho belum muncul lagi dan Aisyah akhirnya duduk di pinggir lift ‘Ridho mana sih? kok gak muncul-muncul juga!’ batin Aisyah kesal, sudah berjam-jam Aisyah menunggu bahkan sampai malam Aisyah tetap di sana sambil memeluk boneka pemberian Ridho. Seorang security menghampiri Aisyah “maaf mbak, ini sudah malam dan mall segera ditutup” “iya pak, saya permisi dulu” kemudian Aisyah kluar dari mall itu dan menghubungi Ridho berkali-kali, namun tidak ada respon. “Ridho dimana sih! kalo gak niat ngajak jalan ya. gak ngasih kabar main pergi aja dia!” kemudian Aisyah memanggil taxi dan segera pulang ke rumah.
Hari mulai berganti pagi, dan Aisyah keluar dari rumah dan melihat ada secarik surat dan Aisyah membacanya di kamar, dan Surat itu dari Ridho.
isi surat: “Aisyah, Aku sengaja meninggalkanmu di mall kemarin karna aku merasa mual melihatmu! dan boneka itu aku berikan supaya kamu jauh dariku! jangan pernah ganggu aku lagi, aku merasa jijik! dan photo box itu, kamu kira menyenangkan? bagiku itu hal sangat buruk! kamu mudah banget dibodohi, Aisyah aku sebenernya udah muak bersahabat denganmu. tapi aku menahan semua itu. dan kamu tau? di jakarta gak ada cewek seudik kamu! gak ada sebodoh kamu! lebih baik, jangan dekati saya lagi -Ridho” Aisyah menangis setelah membaca surat itu, Aisya meremas surat itu dan membuangnya “kamu kejam Dho!! aku kira kamu baik! ternyata kamu keterlaluan!!”
Sementara itu Ridho sudah duduk di kursi Roda dan Rizki menemaninya “kenapa kamu lakuin itu ke Aisyah?” “aku ingin dia tidak tau klo aku sakit bahkan aku gak bisa bayangin saat Aisyah membaca surat itu” “Dho, kalo kamu gak tega.. kenapa kamu lakuin ini?” Ridho hanya menangis.
Waktu berganti malam dan Ridho meminta Rizki untuk membawanya ke kampus, ke tempat kolam ikan “tempat ini sangat berarti” Ridho meneteskan air matanya “sabar Dho aku ikut sedih” “aku dan Aisyah sering memberi makan ikan-ikan kecil ini aku pengen ulangi hal itu lagi tapi… aku akan meninggalkan dia” kemudian Rizki membeli makanan ikan dan memberinya ke Ridho “ini Dho, kamu beri makan ikan-ikan itu sekarang” Ridho yang kini botak dan hanya memakai pakaian tebal, kupluk dan syal hangat hanya bisa melempar dengan pelan “andai aku punya kesempatan kedua untuk hidup normal aku bakal buat Aisyah bahagia”
Sementara itu Aisyah kini hanya menangis sambil memeluk boneka beruang “kamu tega Dho sama aku apa kamu benar-benar benci sama aku aku pengen main sama kamu lagi”
Beberapa hari berlalu dan hari ini adalah hari ulang tahun Aisyah dan ada surat untuknya yang berisi kunci dan alamat apartemen, dan Aisyah pergi ke sana. Rizki mengikutinya dari belakang. Sampai di apartemen kemudian Aisyah membuka kamar yang dimaksud dan Aisyah melihat fotonya bersama Ridho, foto-foto itu menempel di dinding dan banyak kotak kado di tempat tidur, di lantai ada bunga berbentuk hati, kemudian Aisyah melihat laptop yang bertuliskan “Happy Birthday” kemudian Aisyah menyalakan laptop itu dan muncul sebuah video, dan di dalam video itu ada Ridho dan beberapa video kecil “Aisyah! Happy Birthday!!” Aisyah tidak mengerti dengan semua ini “maafin aku Aisyah, maaf aku buat kamu sakit hati, maaf aku tidak bisa bermain denganmu, maaf aku tidak bisa membuatmu bahagia mungkin hanya kamar ini kado ulang tahunmu dariku yang terakhir” kemudian Ridho melepaskan rambut palsunya “maaf aku tidak penah memberi tau soal ini” kemudian Aisyah meneteskan air mata “aku kena kanker darah dan lihat? kepala aku lucu kan?, maafin aku ya, dan coba kamu lihat ada apa di lemari” kemudian Aisyah segera membuka lemari dan melihat sepasang baju pengantin “aku pengen kita pakai itu Aisyah, tapi maaf.. aku sudah di surga sekarang.. dan kamu sangat cantik bila gaun putih itu kamu pakai” Aisyah menangis memeluk gaun itu “Ridho.. kenapa kamu pergi” “kamu jangan nangis, maaf aku membuatmu sedih. aku sayang sama kamu.. Aisyah, aku di surga seneng kok! kamu di sana baik-baik ya! Love You” video itu pun selesai dan Rizki masuk ke kamar dan menghampiri Aisyah
“Ridho sudah pergi ke surga, surat itu sebenarnya dia gak tega buat kamu menangis. Ridho sayang sama kamu.. tapi waktu dia hidup tidak lama.. dan dia hanya memberi ini untukmu” “tapi kenapa dia gak pernah cerita kalo dia sakit” “dia gak mau kamu terluka, kamu yang sabar. doain dia di surga, aku pergi dulu” kemudian Rizki meninggalkan Aisyah, dan Aisyah kini hanya menangis di kamar itu, dan membuka kotak hadiah sampai pada kotak paling kecil. Aisyah membukanya ternyata isinya cincin berlian dan ada surat kecil yang berisikan “Aisyah.. ini cincin pernikahan, kamu pakai ya, ini tanda sayang aku sama kamu” kemudian Aisyah memakainya. dan kini Aisyah tersenyum dan mencium cincin itu.
TAMAT
Cerpen Karangan: Annisa Rakhmawati Blog / Facebook: Annisa R Rakhmawati siswi kelas XI Usaha Perjalanan Wisata. dari SMKN 10 Surabaya