“Kalian! Hentikan!” Sahut sang ketos, Dimas “Tapi lo kak.. hiks.. dia nuduh aku nyuri barangnya dia. Tapi ga ada bukti kak.. hiks..” Sahut Dinda seraya mengusap matanya Drama queen, again. Pikir Geby yang tetap bersikap biasa.
“Apakah itu benar, em, geby?” Sahut Dimas sambil memperhatikan name tag Geby. -Geby Kitkan- Nama yang unik, pikir Dimas tersenyum. “Iya dia mencuri barang gue. Gue melihat dia mengambil sesuatu yang ada di meja gue.” Sahut Geby santai dan dingin “Enak aja, hiks, gue ga mengambil gelang lo!” Dinda kesal “Gue ga bilang bahwa barang itu gelang! Sudah jelas kan, lo mencurinya?” Dinda membelalak matanya. Merasa kesal. Anak yang pintar. Dimas tersenyum semakin lebar. “Nah sudah jelas kan? Sekarang kembalikan gelangnya, dan lo ayo ikut gue.” Tarik Dimas paksa
Dinda merasa puas dan segera kembali ke kelas. Menuju mejanya. Lalu membuka buku kesayangannya. Buku diary.
“Geby, Geby!!” Panggil Dimas yang mengintip ke dalam kelas Dinda. Merasa tidak diperhatikan, Dimas cemberut. “Kitkan!!!” Merasa terpanggil, Dinda mendongak kepalanya. Ia melihat Dimas sedang tersenyum sumringah kepadanya. Dengan cepat, Dinda berdiri, menghampiri Dimas. “Ada apa ya, kak?” “Gapapa, eh lo besok istirahat pertama ke taman ya. Ada sesuatu” Dimas tersenyum “Ok kak. Oh ya kak, jangan panggil ku Kitkan ya.” Geby segera duduk tanpa memedulikan tatapan bingung Dimas
Keesokan hari Kring.. kring, bel berbunyi keras. Dimas tersenyum lebar. Waktunya untuk menemui Geby!
Geby keluar kelas dengan perlahan. Ia kelihatan dingin dan cuek. “Eh geb, sini!!” Teriak Dimas keras “Ga usah teriak kak, gue ga budek!” Dimas tertawa.
“Geb, ehem, gimana yah ngomongnya.., ehem! Jadi begini lo mau ga jadi pacarnya gue?” Dimas tersenyum sambil memberikan bunga “Kak, kita aja belum kenal, masa tiba-tiba nembak? Dare ya kak?” “Kalau nembak, ga ada namanya dare-dare an. Kalau kelamaan, gue takut lo diambil orang lain. Jadi mau ga?” “Ehem, ya boleh deh. Tapi ingat ya kak, ga ada rahasia diantara kita berdua.” “Yessss!! Siap sayang!!”
Mereka menjalin hubungan kurang lebih 3 bulan. Mereka dikenal sebagai pasangan teromantis. Geby merasa bahagia, yang dulu bersikap dingin, sekarang menjadi lebih ceria.
“Dinda sayang~~” Panggil Dimas “Iya?” “Kan ini sudah tepat ke 3 bulan, yuk ke rumahku. Dulu kan ga pernah sayang..” “Ok ok, mami gue juga pergi kok..” Geby tersenyum
Tibalah mereka di tempat Dimas. Rumahnya megah dan kelihatan mewah. “Ayok masuk!” Geby tampak kaget ketika ia masuk. Bukan, sangat kaget. Kotor, berdebu, gelap, dan banyak darah berceceran. Seketika itu juga Geby merasa mual. “Indah kan sayang? Ini adalah hasil kerja keras gue bertahun-tahun. Lo tau? Gue membuat ini dengan penuh cinta.” “Lo gila?!” Geby segera berlari menuju pintu. Namun nihil, pintu dikunci.
“Sudahlah sayang, lo akan mati di sini. di tangan gue.” Dimas menyeringai lebar. “Maafkan gue, sebenarnya gue physcopath. Terimakasih atas 3 bulannya sayang. Gue mencintaimu, serius. Tapi gue suka dengan hal ini.” Lanjut Dimas seraya memeluk Geby “Bi.. bisa lepasin gue? Gue takut?” Geby gemetar “Baiklah, maafkan gue. Ada permintaan terakhir?” “Ada, sebentar.” Geby mengeluarkan kertas dan mencoret sesuatu. Selesai itu, ia menutup bukunya kembali. Tersenyum. Seakan-akan sudah siap dengan kematiannya.
“Sudah selesai sayang?” “Sudah..” Geby berdiri Dimas segera meletakkan Geby di sebuah kursi. Kaki tangannya diikat.
“Selamat tinggal sayang, gue yakin lo bakal bahagia di sana.” Bisikan Dimas dingin dan menusuk. Lalu Dimas mencium pipi Geby. “Bisakah kau membunuhku dengan cepat? Aku tidak ingin akan serasa sakit sekali.” “Baiklah sayang, akan kuturuti.”
Jleb! Teriakan kesakitan hanya terdengar sebentar. Sekarang Geby telah damai di sana.
Dimas melepas ikatannya, dan menggendong Geby ke dalam lemari. Ada sekitar 4-5 mayat yang terkumpul. Dan itu semua adalah pacarnya Dimas. Dimas meletakkan Geby di tempat yang spesial. Selesai menaruh, Dimas, mengambil kertas yang telah ditulisi Dimas.
-Di akhirat-
“Geby, anak yang pintar dan baik. Namun kematiannya karena pembunuhan oleh pacarnya sendiri. Apakah kau ingin membalasnya, cantik?” Malaikat itu tersenyum dengan wajahnya yang bagaikan cahaya terang. “Tidak usah. Ini kesalahanku. Aku tidak memikirkannya dua kali. Ini juga takdirku bukan?” Geby tersenyum manis. Manis sekali. Seolah-olah tidak ada beban hidup lagi. “Baiklah!”
~ Aku mencintaimu, Dimas. Kau tau aku selalu bahagia bersamamu. Kau menyenangkan, juga menguatkan. Terimakasih untuk segalanya sayang. Kuharap kau bisa mengubah hobimu itu. Bukankah banyak hal seru selain membunuh? Aku tidak mengelak karena percaya ini takdirku. Jika kau sudah sadar, laporlah ke polisi. Setidaknya kamu sudah jujur dan hal itu membuatmu tenang. Aku mendoakan yang terbaik untukmu. Akhir kata, sampai jumpa di sana! ~
Tanpa sengaja air mata Dimas menetes. Selama ini ternyata ia bodoh! Bodoh sekali! Menyia-nyiakan orang yang disayang hanya karena hobinya. Dimas serasa ingin merutuki dirinya sendiri. Tanpa pikir panjang, ia segera melapor pada polisi. Dan Dimas dijatuhi hukuman selama 7 tahun.
Kini Dimas sudah keluar dari penjara, memiliki istri dan anak. Namun ia masih belum bisa melupakan Geby. Orang yang membuatnya sadar akan kesalahannya.
Tamat.
Cerpen Karangan: Alix Gofy