Dari mata turun ke hati. Sama seperti hari itu, dimana aku jatuh hati kepada pemimpin mos di universitasku. Hanya dari tatapan, dia berhasil menyihir hatiku.
Hari demi hari berlalu, aku selalu semangat memulai hari untuk pergi ke kampus karena pada saat di kampus aku selalu bertemu dengan Reno. Ya. Reno namanya, senior kampusku yang telah memikat hatiku. Dia pemain basket di kampus ini, disaat dirinya sedang latihan aku selalu duduk di kursi penonton dan menyaksikannya latihan sambil membaca buku dan meminum kopi hitam favoritku. Tak jarang ia melihat ke arahku dan memberikan senyuman, begitu juga aku saat dia melihatku aku juga memberikan senyuman, senyumannya itulah yang selalu mengacaukan hatiku. Di saat ada lomba, Reno selalu mengikuti pertandingan tersebut, karena dia adalah salah satu pemain terbaik di kampusku. Setiap kali dirinya bertanding, aku selalu duduk di kursi paling depan untuk menyaksikannya. Aku tidak ingin melepaskan pandanganku dari Reno.
Pada suatu saat kebetulan aku tidak membawa mobil ke kampusku karena ban mobilku pecah, pada saat ingin pulang tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras dan tidak memungkinkan jika aku pulang dengan naik ojek yang ada di dekat kampusku. Kebetulan sekali mobil Reno lewat dan berhenti di depanku, dia membuka jendela dan menawariku tumpangan. Awalnya aku ragu, meskipun aku menyukainya tapi tetap saja aku merasa canggung jika hanya berdua dengan Reno. Tapi entah bagaimana aku telah duduk di samping Reno.
“Kok kamu gak bawak mobil?” Tanya Reno “Ban mobil aku pecah tadi pagi, jadi aku titipkan di bengkel.” Jawabku Reno menjawab “Oh gitu, kalau besok gak ada yang ngantar pulang lagi kamu boleh kok ikut sama aku.” Aku hanya bisa berkata “Haha makasih udah nawarin, ngerepotin aja nanti.” Semakin hari semakin besar rasa cintaku padanya.
Pada Siang hari itu adalah hari keberuntunganku, aku berpapasan dengan Reno di lorong di kampusku. Pada saat itu juga ia melantunkan senyuman khasnya yang sangat manis itu, namun aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Aku ingin jual mahal dengan harapan dia yang mengejar diriku dan bukan sebaliknya.
Setelah ia tersenyum kepadaku di lorong itu, ia langsung memanggil diriku “Anjani?” Pada saat itu juga rasanya diriku ini seperti mau terbang, dan aku langsung menoleh ke belakang ke arah Reno dan menjawab dengan penuh rasa malu “Iya?” Reno berjalan mendekat ke arahku “Ini nomor HP aku, besok kita ketemuan di kafe Killney bisa ya? Ada yang mau aku omongin. Kamu kabarin aku lewat nomor yang aku kasih.” Diriku hanya bisa menganggukkan kepala dengan perasaan senang dan malu yang bercampur tidak tertahankan. Di malam harinya yang aku pikirkan hanyalah pergi ketemuan dengan Reno, hingga aku tidak bisa tidur.
Keesokan harinya Sore hari itu hujan turun dengan sangat deras, tetapi aku masih ingat bahwa saat itu juga diriku harus pergi ke kafe Killney untuk menemui orang yang sangat kucintai itu. Tanpa pikir panjang aku langsung SMS ke nomor Reno dan mengambil jaket dan kunci mobil untuk pergi ke kafe Killney. Sesampainya diriku disana aku belum melihat tanda-tanda keberadaan Reno.
Aku langsung saja membeli minum untuk diriku sendiri, kebetulan cuaca sedang sangat dingin, jadi aku memesan kopi hitam panas kesukaanku. Karena cuaca yang sangat dingin, aku jadi ingin pergi ke toilet sembari menunggu kopiku datang. Kembalinya aku dari toilet, aku sudah melihat kopiku dan Reno sudah duduk disitu. Aku langsung menyeruput kopi hitamku dan rasanya luar biasa nikmat hingga bisa menghangatkan tubuhku yang kedinginan dan ditambah aku melihat ke arah Reno dengan senyuman manisnya itu.
“Kamu udah lama nunggu disini?” Tanya Reno “Gak juga sih..” Kemudian aku menawarinya kopiku “Kamu enggak mau mesen minum? Nih coba kamu cicipin kopi yang aku pesen ini.” “Enggak deh nanti aja.” “Oh iya, gimana nilai kamu di kampus?” “Ya gitu-gitu aja sih, enggak ada yang terlalu istimewa juga nilai aku.” Jawab Reno “Oh gitu, kalau aku sih paling senang waktu kelas matematika, makanya nilai aku bagus disitu, ngomong-ngomong apa yang mau kamu bilang sama aku?” Reno menjawab dan disaat bersamaan aku menyeruput kopiku untuk yang kedua kalinya “Sebenarnya aku cuma mau bilang kalau aku sayang sama kamu.” Dari balik cangkir itu rasanya aku ingin berteriak dengan penuh rasa senang dan gembira.
Aku melihat mata dan segores senyum yang ada di wajah Reno dan aku langsung tahu bahwa semua yang diucapkannya itu tulus apa adanya, namun pandanganku itu teralihkan oleh TV yang berada di kafe itu, isinya berita tentang mobil Camry hitam dengan nomor polisi B 98 EZ yang mengalami kecelakaan tunggal hingga masuk ke dalam jurang dan sedang dievakuasi, sontak aku bertanya kepada kepada Reno “Kamu tau gak itu mobil siapa? Sepertinya aku pernah lihat.” Tiba-tiba ada seorang pelayan yang mendatangiku dan menepuk pundakku, di belakangnya ada orang berseragam seperti polisi “Mbak, sudah agak lama dari tadi anda ngomong sendirian, ini ada orang yang ingin menemui anda.” Polisi itu datang ke arahku dan bertanya “Apakah benar anda adalah Anjani kawan dari Reno?” “Ya saya sendiri Anjani, ada apa ya?” “Mobil Camry dengan nomor polisi B 98 EZ atas nama Reno baru saja mengalami kecelakaan dan masuk ke jurang, kami menemukan HP Reno dan yang ada hanya SMS dari nomor anda yang berisi bahwa anda sudah menunggu di kafe ini dan kami pun langsung menuju kemari, apa benar ini SMS dari anda dan anda mengenal Reno? Kata polisi tersebut sambil menunjukkan SMS dari HP Reno. Aku langsung menjawab “Iya benar.” Jawabku disaat bersamaan aku mengambil kopiku dari atas meja dan Reno yang tadi ada di hadapanku sudah tidak ada lagi.
Aku hanya bisa terdiam merenung dengan penuh ketidakpercayaan, dengan pikiranku masih membayang-bayangkan senyuman manis Reno yang kulihat tadi kemudian aku menyeruput kopiku untuk yang ketiga kalinya, kali ini yang kurasakan hanyalah gelap, pahit, dan hitamnya kopi ini.
Cerpen Karangan: Phileo Nanda Wicaksana Blog / Facebook: Phileo Nanda W