Melamun sambil menatap Hp. Itu merupakan kegiatan baruku akhir-akhir ini. Nando dan Evan, kedua temanku itu sampai bosan menegurku. Tapi memang beginilah sekarang. Seseorang yang baru beberapa minggu aku kenal, sangat menyita perhatianku. Alya namanya. Aku mengenalnya dari Facebook, dan meminta nomor teleponnya. Namun setiap aku memintanya untuk bertemu, ia selalu sibuk. Semua alasan mungkin telah ia utarakan padaku. Penasaran, itu sudah pasti. Namun aku hanya bisa menunggunya.
“Bengong lagi, kan!” tegur Evan sambil menepuk pundakku. “Udah deh, Ga.. Alya itu cuma nipu kamu doang. Kalau ternyata dia ABG tua gimana? Kamu gak khawatir, apa?” sambung Evan lagi. Sebenarnya aku sudah sering berpikir seperti yang Evan utarakan tadi. Tapi pikiranku itu langsung aku tepis saat nyamannya berkomunikasi dengan Alya via Hp. Nando juga tak kalah cerewetnya kalau sedang menasehatiku.
“Kalau dia kucing garong cewek, atau keong racun, atau bahkan tikus jadi jadian, kan aku juga ikut rugi. Masak temanku pacaran dengan hewan??!” candanya ditengah ceramah singkat. “Gimana yaa.. aku ngerasa nyaman aja kalau sms-an sama Alya. Apa itu salah?” tanyaku yang dibalas gelengan takjub Nando. “Rangga, Rangga.. kamu kan belum kenal dia, belum pernah liat dia, lagi! Tapi rasanya dalam kata-katamu, seakan akan kamu suka dia. Apa iya?” tanya Nando yang membuatku bungkam. Apa katanya? Aku suka dia? Aku suka Alya? Mungkinkah? Setelah beberapa saat aku bungkam, aku terkejut mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. “Sepertinya begitu.”
Dari mimik wajah, Nando dan Evan sama terkejutnya denganku. Oke, aku akui aku memang suka dengan Alya. Dan salah satu yang membuatku bengong menatap handphone adalah karena aku ‘kembali’ meminta Alya untuk bertemu denganku. “Aku gak nyangka ternyata Rangga beneran suka dengan Alya, teman sms-annya. Padahal …” Nando tidak sempat melanjutkan kata-katanya karena lebih dulu aku potong. “Dia mau bertemu denganku!! Alya mau bertemu denganku!!” ujarku dengan semangat ’45, tanpa memedulikan wajah bete Nando.
-ALYA 10.57 >