Siang itu tepatnya pukul 12.45 wib aku baru saja selesai mengikuti mata kuliah perpajakan, tentu saja nanti pukul 02.00 akan ada kelas lagi, siang itu terasa panas sekali, sinar matahari seakan membakar kulitku. Tiba-tiba temanku mengajakku untuk mengisi waktu luang ini ke perpustakaan universitas “eh nat ke perpus yuk, kita cari bahan untuk persentasi besok” ujarnya. “ayokkk” jawabku. Kamipun segera bergegas.
Setibanya di perpustakaan kami mulai mengisi buku kunjungan, lalu kami pun berpisah untuk mencari bahan kami masing-masing. Buku demi buku kucari, karena sangat serius mencari buku hingga akupun tak memperhatikan sekelilingku, “greeekk” suara buku terjatuh, “ehh maaf” aku bertabrakan dengan seorang wanita, akupun membantunya. Dia hanya terdiam sambil mengambil bukunya yang terjatuh lalu pergi. Wanita itu berparas cantik, putih memakai kacamata. Sepertinya terlihat seperti seseorang yang memang hobi membaca.
Setelah aku mendapatkan buku referensi yang aku cari aku bergegas menghampiri temanku agi, “gi aku udah dapet nih bukunya, ke kelas yukk” ujarku. Agi pun menjawab “aku juga udah dapet bukunya nih nat,ayuk kita ke kelas 5 menit lagi kita masuk nihh”, kamipun kembali ke kelas.
Entah kenapa aku teringat wanita itu, aku seperti merasa bersalah terhadapnya, tetapi wanita itu memang cantik dan kelihatannya dia juga pintar dan lugu.
Keesokan harinya akupun kembali ke perpus untuk megembalikan buku yang telah aku pinjam kemarin. Tak sengaja aku melihatnya sedang membaca, dia kelihatan sempurna saat sedang serius membaca. Akupun memberanikam diri menghampirinya untuk meminta maaf, “hai boleh aku duduk di sebelahmu?” lalu ia bergeser sedikit seaakan memberi isarat untuk mempersilahkanku duduk, “aku nata, maaf ya untuk yang kemarin?” ujarku, lalu ia menjawab “iyaa, aku zea”. Kamipun mulai akrab dan saling mengenal satu sama lain.
Ternyata kami memiliki hobi yang sama, kami sering berhubungan via telepon. Pagi hari pukul 07.00 hpku berdering keras sekali membuatku terbangun dari tidurku, kulihat ternyata panggilan masuk dari zea lalu aku menjawabnya. “halo kenapa ze?” tanyaku, “nanti siang kamu temenin aku yuk ke toko buku” ujarnya. “ok entar aku jemput kamu ya di depan rumahmu” ujarku, “ok deh” dia membalas.
Siang itu kami pergi ke toko buku untuk mencari buku, setelah beberapa menit zea mendapatkan buku yang ia cari. “ehh ada novel baru keluar nih, ceritanya bagus” ujarnya. Lalu kamipun membayar ke meja kasir dan bergegas pulang, di tengah perjalanan zea memberikan sebuah novel kepadaku, “nih novel hadiah dari aku, kamu ulang tahun kan hari ini?” ujarnya sambil menyodorkan novel yang dia beli tadi. “kamu tau ulang tahunku, aku kan gak pernah kasih tau kamu kapan aku ulang tahu” jawabku bingung bercampur haru. “Si agi yang kasih tau aku” jawabnya, “makasih ya ze, aku seneng banget” jawabku.
Gak terasa kami udah sampai di depan rumah zea dan diapun turun dari motor. “Makasih ya nat udah mau nemenin aku” ujarnya, “aku juga makasih ya novelnya, aku pulang ya”. “Hati-hati nat, bya” sambil melambaikan tangan.
Sesampainya aku di rumah lalu aku mandi dan sholat, kemudian aku membaca novel yang diberikan zea tadi. Hari ini terasa bahagia, bagaimana tidak zea wanita yang baru aku kenal beberapa minggu tau dengan ulang tahunku.
Saat berada di dekatnya aku merasa nyaman, melihat senyumnya yang manis seolah tiada beban yang tersirat di wajahnya. Zea seoolah menjadi semangat baru bagiku, setelah kejadian itu aku selalu menunggu kabar darinya seolah hati ini tak ingin jauh darinya, pikiranku selalu tertuju padanya, aku merasa dialah wanita yang aku nantikan selama ini.
Pada bulan Desember tiba-tiba aku tak mendapat kabar darinya, siang itu aku coba untuk melihatnya di perpustakaan tempat kami pertama kali bertemu dan aku jatuh cinta kepadanya tapi tetap saja tak ada, aku lihat di buku tamu nama zea telah lama tak berkunjung. Aku mulai curiga ada yang aneh dengan zea lalu aku coba untuk ke rumahnya namun sama saja hasilnya nihil rumah zea sepi seperti tak ada penghuninya. Benakku mulai bertanya ada apa sebenarnya, lalu aku tanya dengan teman-teman terdekat zea tapi tak ada yang tahu kemana zea menghilang. Ia menghilang tanpa jejak meninggalkan semua seolah telah tiada.
6 bulan telah berlalu, aku seakan menyerah untuk mencari keberadaan zea, tiba-tiba ada panggilan masuk di handphondku, “no name” ucapku dalam hati. “halo selamat siang” ucapku. “halo apakah ini nak nata?” tanya orang itu, sepertinya suara orang tua. “iya benar, ini dengan siapa?” tanyaku, “ini mamanya zea nak” jawabnya, akupun terkejut dan tak percaya jika yang menghubungiku adalah mamanya zea. “nak nata kita bisa ketemu?” tanya mama zea, “bisa buk, nanti nata ke rumah buk” jawabku. Pikiranku bercampur aduk prasaanku tak menentu jantungku berdetak kencang, ada apakah ini.
Aku bergegas menuju kediaman zea, 20 menit menempuh perjalanan akhirnya aku sampai di kediaman zea, terlihat mamanya zea telah menungguku di teras rumah, lalu aku pun menghampirinya. “silahkan masuk nak nata” ujarnya. “iya buk, ada apa ya bu?” tanyaku. “ada yang ingin ibu katakan pada nak nata” ucapnya. “sebenarnya zea menderita kanker hati stadium 4 saat ia bertemu nak nata, ibu merasa bahagia dia perneh bertemu nak nata, dia selalu ceria saat bersama nak nata, tapi sekarang zea telah tiada nak, zea menitipkan ini untuk nak nata” ucapnya sambil memberikan sebuah buku kepadaku. Mendengar hal itu aku terdiam tanpa kata, seolah tak percaya dengan apa yang aku dengar, air mataku menetes dengan derasnya tanpa aku sadari, hatiku terpukul dan aku merasa seperti mimpi. Lalu akupun pulang dan berpamitan dengan mamanya zea.
Sesampai di rumah aku bergegas ke kamar dan membuka buku pemberian zea, tiba-tiba dari buku itu terdapat sebuah kertas dan aku membukanya. Ternyata itu sebuah surat terahir yang dibuat zea untukku. “nat aku bahagia berada di sampingmu, seakan semua beban yang ada dalam hidupku hilang, kaulah kebahagiaanku yang takkan aku lupakan, aku minta maaf menghilang begitu saja dari hidupmu nat aku gak mau kamu sedih dengan keadaanku, aku gak mau jadi beban di hidupmu nat, aku gak mau kamu lebih jauh masuk ke dalam hidupku, saat kau membaca surat ini aku telah tertidur lelap dengan membawa kebahagiaanku bersamamu, aku sayang kamu natt aku gak sanggup buat kamu sedih dengan keadaanku, maafkan aku yang gak bisa berada di sampingmu, aku sayang kamu jangan lupaiin aku ya nat, jangan lupakan kebahagiaan kita karna sampai akhirnya aku membawa kebahagiaan ini di tidurku” airmataku tak henti-hentinya mengalir, seakan tak percaya dengan yang terjadi, Tuhan kenapa cepat sekali kau ambil kebahagiaanku.
Seminggu berlalu aku mulai mengerti apa itu kebahagiaan sejati, zea mengajarkanku kebahagiaan sejati akan selalu kubawa sampai akhir hayatku, setiap minggu aku selalu menyempatkan diri untuk ke makam zea dan mendoakannya dan aku berdoa agar zea selalu mendampingiku disaat apapun.
Cerpen Karangan: Ponda Pranata Blog / Facebook: ponda pranata