Suasana dalam gereja begitu tenang dan damai. Gadis itu tengah memejamkan kedua matanya. Dengan kedua tangannya yang tengah bertaut erat, ia melantunkan doa dalam hati kecilnya. Meminta dan memanjatkan harapan pada Tuhan-nya yang pengasih.
“Christy?” Auryn tersenyum menatap pada sahabatnya yang masih memejamkan matanya. Begitu menikmati tiap doa yang tengah ia panjatkan. “Hey.. Udah selesai, belum?” Christy membuka kedua matanya. Ia menatap pada Auryn dengan anggukan kecil disertai senyum tipisnya. “Udah, kok, Ryn.” “Kamu mau langsung pulang atau jalan dulu sama Bisma?” Tanya Auryn yang kini melangkah pelan keluar Gereja bersama Christy. “Mungkin langsung pulang. Tapi, tadi Bisma bilang mau ngajak aku ke bukit. Emangnya kenapa, Ryn?” “Enggak apa-apa kok, Chris. Aku cuma nanya aja.” Christy hanya mengangguki ucapan Auryn. Kini keduanya telah berada di pelataran luar. Christy mengedarkan pandangannya hingga berhenti pada satu titik di mana ada seseorang yang kini tengah melambai kecil ke arahnya.
“Hai, Bis. Udah lama nungguinnya?” Sapa Christy pada laki-laki bernama Bisma itu. Yang tidak lain adalah kekasihnya. “Enggak kok. Aku baru aja sampai, Chris.” Jawab Bisma dengan lukisan senyum yang menghias wajah tampannya. “Kita mau balik sekarang?” “Boleh. Tapi kita anterin Ryn pulang dulu ya, Bis. Enggak apa-apa kan?” “Ya enggaklah.. kaya sama siapa aja? Santai aja kali. Yuk, masuk!” Ucap Bisma sembari membukaan pintu untuk Christy. Sedangkan Auryn langsung masuk ke dalam mobil Bisma. Ia duduk di belakang. Mobil silver itu langsung melaju pelan keluar dari pagar besi yang kini kembali tertutup dengan sendirinya.
—
Ilalang melambai ria di tengah-tengah kilatan jingga yang merona. Hembusan angin menjadi lagu-lagu irama yang begitu menyentuh bagi ilalang yang terus menari tiada henti. Christy menyandarkan kepalanya di bahu hangat Bisma. Menatap kehangatan senja temaram di ujung barat.
“Bis..?” “Ya.” “Udah dua tahun kita bareng-bareng kaya gini. Kamu selalu ada buat aku, dan aku juga selalu berusaha ada buat kamu. Mungkin enggak Bis, kita bakalan bareng-bareng terus kaya gini?” Ungkap Christy dengan hiasan senyumnya. Kedua matanya menatap penuh harap pada Bisma.
Bisma mengulas senyum lembutnya seraya mengusap bahu Christy dengan tangan hangatnya. “Kita enggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok, Chris. Selama ini kita selalu berusaha buat ngejalanin hubungan kita sebaik mungkin. Bukan hal yang mudah buat kita saling bisa mengerti satu sama lain di atas perbedaan yang besar di antara kita.” “Aku enggak akan bisa ngebayangin, kalau seandainya kita enggak akan bisa bersatu, Bis. Kamu tahu kan, kita ada di antara pembenteng yang besar. Apa ada jalan.. buat kita bisa bersatu?” Bisma kembali menatap pada Christy. Penuh tenang tanpa kekhawatiran sedikitpun. “Kita serahin semuanya pada sang Maha Cinta, Chris. Enggak ada yang enggak mungkin kalau Dia meridhoi kita untuk bersama.” Bisma kembali menarik Christy dalam pelukan hangatnya. “Kamu selalu bilang itu sama aku, Bis. Tapi..?” “Apa yang buat hati kamu ragu, Chris? Selama ini kamu selalu yakin dan selalu mengandalkan doa pada Tuhan, kan?” Christy mengangguk menjawab pertanyaan Bisma. “Sama halnya dengan aku, Chris. Aku selalu pasrahin semuanya sama Allah. Dan apapun yang terjadi, kita harus tetap menerima dengan lapang hati. Karena segala kehendak-Nya.. itulah yang terbaik untuk kita.” “Positif aja ya, Chris. Kita jalanin semuanya bareng-bareng. Aku janji sama kamu!” Christy tersenyum menatap pada Bisma. Kekasihnya itu selalu mampu menenangkan keresahan hatinya. Keduanya kembali menatap pada jingga yang mulai tenggelam perlahan. Desiran angin seolah hembusan yang tiada berarti, karena kehangatan sang senja lebih terasa memeluk keduanya dalam kedamaian.
Aku untuk kamu, Kamu untuk aku.. Namun semua apa mungkin Iman kita yang berbeda Tuhan memang satu Kita yang tak sama.. Haruskah aku lantas pergi Meski cinta takkan bisa pergi
—
Hamparan langit biru di tatap penuh senyum oleh Bisma. Senyumnya tak pernah pudar mana kala sapuan angin berhembus lirih menerpa wajah putihnya. Sesaat ia menatap pada jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah waktunya makan siang.
Tok.. Tok.. Tok.. Bisma mengerutkan keningnya ketika mendengar suara ketukan pintu kantornya. Belum sempat ia bersuara, kedua matanya sudah mendapati sosok wanita paruh baya yang melempar senyum ke arahnya.
“Mama?” Bisma langsung bangkit dari kursi kerjanya. Berjalan cepat menghampiri Mamaya seraya mencium hangat tangan wanita yang sudah melahirkannya itu. “Mama kok, enggak bilang kalau mau ke sini?” “Mama sengaja, sayang. Biar surprise!” Jawab Mama Bisma dengan senyum khasnya. Bisma hanya tertawa pelan menanggapi ucapan sang Mama. “Untung aja Bisma belum keluar buat makan siang, Ma. Kalau sampai keduluan Bisma keluar gimana? Lain kali, Mama harus kasih tahu Bisma dulu, yah?” Mama Bisma hanya mengangguk pelan. Kedua tangannya sibuk menata rantang makanan yang sengaja di bawa dari rumah untuk makan siang Bisma. “Mama sengaja masakin ini buat kamu. Selama ini kan, kamu udah jarang makan bareng-bareng sama Mama.” Bisma tersenyum menatap Mamanya yang masih sibuk menyiapkan makan siangnya. Ada perasaan bersalah dalam hati kecilnya. Mamanya yang selalu sayang padanya, namun Bisma sangat jarang sekali menemani Mamanya selama ini. Bukan salah satu hal yang di sengaja olehnya. Semua itu lantaran ia harus ikut ambil andil dalam urusan kantor milik keluarga besarnya.
“Bisma.. kenapa malah ngelamun? Ayo di makan. Setelah ini kamu harus sholat jumat, kan?” “I.. iyah, Ma. Ini Bisma mau makan” Bisma tersenyum lembut hingga akhirnya begitu menikmati makanan yang dimasak oleh tangan Mamanya.
“Bisma.. selama ini Mama selalu nungguin kamu buat kenalin calon menantu sama Mama. Tapi sampai sekarang, kamu belum ada ngenalin sama Mama. Sebenarnya kamu udah punya calon atau belum?” Tanya Mama Bisma setelah keduanya selesai makan siang. Bisma terdiam sejenak, hingga akhirnya senyuman tipis terlukis di bibirnya. “Mama jangan terburu-buru, dong. Semuanya kan, butuh proses. Kalau waktunya udah tepat, Bisma pasti kenalin dia sama Mama.” Ungkap Bisma yang berhasil melukis senyum kebahagiaan di wajah Mamanya. “Jadi kamu udah punya calon? Kenapa enggak pernah cerita sama Mama, Bis?” Lagi-lagi Bisma hanya tersenyum. “Dia perempuan baik-baik kan, Bis? Sholehah dan pakai kerudung tidak? Ya.. Syukur-syukur kalau dia pakai hijab.” Deg! “Ya allah.. bagaimana mungkin kalau aku bilang, jika Christy itu non muslim. Mama pasti enggak akan setuju sama hubungan kita. Apa yang harus aku katakan sama Mama?”
“Bisma?” Bisma menoleh pada Mamanya saat tangan hangat itu mendarat di bahu kanannya. Bisma tersenyum tenang. “Mama yang sabar, ya.. Insyaallah, secepat mungkin Bisma pasti kenalin calon istri Bisma sama Mama.” “Benaran ya, Bis? Mama udah enggak sabar cepet-cepet lihat kamu menikah..” ucap wanita itu seraya memeluk Bisma dari samping. Bisma hanya mampu tersenyum pasrah seraya membalas pelukan Mamanya.
—
Bisma dan Christy menatap sebuah undangan pernikahan yang diberikan Ryn pada mereka. Senyum Auryn mengembang indah di samping Ifun yang juga melukis senyumnya.
“Bis.. Chris, jangan cuma bengong doang, dong. Aku ngasih undangan pernikahan aku sama kalian. Kok, kesannya kalian enggak percaya gitu, sih?” Ucap Ryn sedikit memasang wajah cemberutnya. Bisma dan Christy tertawa kecil bersamaan. Hingga tanpa aba-aba Christy langsung memeluk Ryn penuh bahagia. “Selamat ya, Ryn. Aku enggak nyangka kalian bakalan nikah secepat ini. Kamu curang karena enggak ada kasih aku bocoran sedikitpun. Tahu-tahu.. udah nyebarin undangan gitu aja” “Tahu nih, kalian. Tahu gitu.. kita kan, bisa bantu-bantu buat persiapan pernikahan kalian” ujar Bisma yang diangguki setuju oleh Christy. “Kalian enggak usah repot-repot, Bis.. Chris. Kalian udah mau datang aja, kita udah seneng banget kok. Iya kan, Fun?” “Benar banget. Lagian semuanya udah beres kok! Kita cuma butuh doa restu aja dari kalian.” Tambah Ifun dengan senyum bahagianya. “Itu udah pasti. Kita selalu doain yang terbaik buat kalian” ucap Bisma sembari memeluk Christy dari samping. “Kalian juga cepet-cepet nyusul kita, yah. Jangan terlalu lama pacaran. Biar lebih afdol kalau kata orang jaman dulu” Timpal Ifun pada Bisma dan Christy. Sesaat Bisma dan Christy saling menatap. Dengan senyum hangatnya mereka mengangguk kompak. “Pasti! Kalian doain aja..”
11.45 WIB Bisma menghentikan mobilnya di pelataran Masjid. Kumandang adzan sholat jumat sudah memanggil idah menyeru umat muslim untuk melaksanakan kewajibannya. Sesaat Bisma menatap pada Christy yang tersenyum di samping kirinya.
“Aku tinggal sholat jumat dulu ya, Chris. Kalau kamu bosan, baca aja al-kitab yang kamu bawa. Biar lebih tenang dan dekat sama Tuhan kamu.” Christy terkekeh pelan mendengar ucapan Bisma. Ia mengangguk pelan disertai senyum tipisnya saat Bisma berpamitan padanya.
Christy menatap langkah Bisma di balik kaca mobilnya. Kembali ia melukis senyum tipisnya. Christy selalu bersyukur memiliki kekasih yang begitu mengerti dan memahami dirinya. Keduanya selalu belajar saling menghargai satu sama lain. Bahkan tidak pernah lupa untuk saling mengingatkan satu sama lain, terlebih perihal mengenai ibadah mereka. Perbedaan di antara mereka bukanlah penghalang untuk tetap menguatkan iman mereka masing-masing.
Tuhan bila masih ku di beri kesempatan Izinkan aku untuk mencitanya Namun bila waktuku telah habis dengannya.. Biar cinta hidup sekali ini saja,
—
Christy menatap tangan hangat Bisma yang memegang erat kedua tangannya. Tatapan mata Bisma yang teduh perlahan menghapus keresahan hati Christy. Hari ini Bisma berniat untuk mengenalkan Christy pada kedua orang tuanya. Jujur saja ini adalah kali pertamanya Christy bertemu dengan kedua orang tua Bisma.
“Kamu enggak usah khawatir, Chris. Aku ada di samping kamu.. Kamu tenang aja, yah?” Ucap Bisma dengan nada pelannya. Christy mengangguk dengan senyum tipisnya, sampai tangan Bisma membuka pelan pintu mobilnya.
Bisma melangkah pelan memasuki rumah megahnya bersama dengan Christy yang terus di gandeng erat olehnya. “Christy.. kamu tunggu di sini, ya? Aku mau panggil Mama aku dulu” Christy mengangguk pelan dan langsung duduk di kursi ruang tamu.
“Assalamualaikum.. Ma, mama?” “Waalaikumsalam.. Bisma, Mama ada di sini, nak?” Bisma mencium hangat punggung tangan Mamanya. Wanita itu mengusap pelan rambut hitam Bisma dan menciumnya sekilas. “Tumben kamu udah pulang, Bis?” Bisma tersenyum ke arah Mamanya yang menatap penuh tanya. “Bisma mau ngenalin Mama sama teman Bisma. Dia udah ada di depan!” “Emg.. Calon manantu buat Mama?” “Hee.. udah, ach. Mama jangan ngerecokin Bisma terus. Entar juga tahu sendiri kok!” Bisma langsung meggandeng tangan Mamanya untuk segera mungkin menemui Christy.
Wanita paruh baya itu tersenyum senang pada Christy yang melempar senyum hangat ke arahnya. Kedua tangannya begitu terbuka untuk memeluk Christy. “Selamat sore, tante?” Ucap Christy setelah mencium tangan Mama Bisma. “Sore, nak Christy. Maaf ya, tante tadi enggak tahu kalau kamu ke sini sama Bisma. Soalnya Bisma enggak ada kasih tahu sama tante.” “Iya, Tante. Enggak apa-apa kok!” “Jadi.. ini yang bakalan jadi menantu Mama? Kamu enggak salah pilih ya, Bis. Karena nak Christy, memang cantik banget kaya gini.” Puji Mama Bisma yang membuat Christy sedikit tersenyum malu. Wanita itu benar-benar menyambutnya dengan hangat. “Kita makan bareng-bareng, yuk. Kebetulan tadi tante udah masak banyak banget.. sekalian kita ngobrol bareng” ajak Mama Bisma yang langsung menggandeng tangan Christy. Bisma hanya mampu tersenyum bahagia melihat keakrapan kedua wanita yang sangat dicintainya itu. Meskipun ia masih digelayuti oleh satu pikiran yang terus mencoba merusak kebahagiaannya.
Waktu merambat perlahan. Mereka masih asyik berbincang kecil dan bertukar cerita. Sesekali ada tawa yang menghias ruang tamu itu. Sampai akhirnya dencitan pintu yang terbuka membuat mereka mengalihkan pandangannya secara serempak.
“Papa?” “Assalammualaikum?” “Waalaikumsalam..” Bisma mencium pelan tangan Papanya, begitu pula dengan Christy yang ikut melakukan hal yang sama. “Ada tamu ternyata? Kalau tahu gitu.. Papa bakalan pulang lebih awal dong, tadi!” Ucap Papa Bisma yang di sambut tawa kecil oleh yang lain. Mereka kembali hangat dalam obrolan kecilnya. Sama halnya dengan Mama Bisma, Papa Bisma juga begitu terbuka dan mudah akrab bersama dengan Christy. Laki-laki paruh baya itu tak sekali dua kali melempar candaan kecil pada Christy hingga membuatnya tertawa dan merasa nyaman di tengah-tengah keluarga Bisma.
“Allahu akbar.. Allahu akbar..” Tanpa terasa suara adzan magrib mulai berseru. Bisma menikmati lantunan adzan dengan senyum tipisnya. “Udah adzan magrib, kita sholat berjamaah dulu yuk, Ma.. Pa?” “Ayo. Ajak nak Christy juga ya, Ma.. Bis. Kita sholat jamaah bareng-bareng” ucap Papa Bisma yang membuat Bisma dan Christy saling menatap.
“Maaf.. Om, Tante.. tapi Christy enggak bisa sholat” ungkap Christy yang kini sedikit menundukkan kepalanya. Mama Bisma tersenyum sembari mengulas lembut mahkota milik Christy. “Enggak apa-apa. Pasti nak Christy, lagi halangan, kan?” “Tidak tante. Ta-tapi.. Christy non Muslim. Maaf, tante.. Om?” Deg!
Bersambung!
Cerpen Karangan: Eni Nurafifah Blog / Facebook: Enni N