Genggaman tangan Mama Bisma langsung melepas pelan tangan Christy. Wanita itu menatap tak percaya dan tak mampu menahan rasa kagetnya. Bisma membuang napasnya pelan. “Ma.. Pa, biar Christy nungguin di sini. Kita harus sholat sekarang, sebelum waktunya habis.” Ajak Bisma pada kedua orang tuanya. Ia mulai berjalan pelan meninggalkan Christy yang masih terdiam seorang diri.
—
Christy tidak mampu menahan air matanya saat mendengar Bisma dan Mamanya tengah berdebat kecil mempermasalahkan dirinya. Christy benar-benar menyadari akan hal itu. Bagaimana mungkin orangtua Bisma menyetujui hubungan Bisma dengannya setelah mengetahui berbedaan yang begitu jelas di antara keduanya.
Christy mengusap air matanya perlahan. Ia menatap pada Papa Bisma yang masih duduk menemani dirinya. “Om.. lebih baik, Christy pulang sekarang. Christy enggak mau..?” “Jangan Chris. Tunggu sebentar.. kalau kamu mau pulang, biar Bisma yang mengantarkan kamu!” Ucap Papa Bisma yang sepertinya lebih mengerti akan keadaan Christy.
Bisma berjalan pelan menghampiri Christy. Ia menggenggam erat tangan Christy yang masih gemetar hebat. Sebisa mungkin ia menenangkan Christy. “Aku anterin kamu pulang ya, Chris?” Christy mengangguk pelan dengan air matanya yang masih terjun begitu bebas. “Ta—tapi, Mama kamu mana, Bis? Aku mau pam..??” “Enggak usah. Enggak apa-apa!” Bisma menggeleng pelan di hadapan Christy. “Kamu pamit aja sama Papa.”
Christy mencium pelan punggung tangan Papa Bisma. Laki-laki itu hanya mampu tersenyum tipis dan mengusap pelan bahu Christy. “Maafin tante Erma ya, Chris. Om harap.. kamu bisa mengerti” Christy hanya tersenyum dengan anggukan kecilnya. Tangan hangat Bisma kembali menggenggam erat tangan Christy. “Pa.. Bisma anterin Christy pulang dulu, ya. Assalammualaiku?” “Waailaikumsalam. Hati-hati ya, Bis?”
Malam-malam ku Tanpa dirimu terbuai sepi Di hias rindu Resah di dada ingin berjumpa Ku tak berdaya terbang ke sana.
Christy menatap berjuta bintang malam itu. Sudah pukul dua pagi, tapi ia belum bisa memejamkan kedua matanya. Ingatannya terus terisi oleh sosok Bisma yang selama dua hari ini tidak bertemu dengannya. Karena setelah kejadian itu, Mama Bisma memintanya untuk mengakhiri hubungannya dengan Christy. Tapi sepertinya Bisma tidak menyanggupi permintaan Mamanya. Ia bersikeras untuk tetap memperjuangkan cintanya dengan Christy.
Christy berjalan pelan mendekati patung salib yang tertempel di dinding kamarnya. Kedua matanya terpejam sembari menautkan kedua tangannya.
“Tuhan.. Aku tahu kau selalu adil dalam menggoreskan setiap takdirmu, jika memang Bisma adalah yang terbaik untukku, maka izinkalah kami untuk bersatu. Tuhan.. aku tahu akan perbedaan di antara kami yang mungkin terlalu kuat untuk kami lewati. Dan jika memang kami harus berpisah karena perbedaan itu, maka kuatkanlah Aku untuk bisa melepaskan cinta ini. Aku rela melepaskannya untuk kebaikkannya pula. Tuhan.. kumohon jangan sampai ada yang terluka akan takdirmu ini. Kuatkan aku, Tuhan..”
Perlahan Christy membuka matanya, menatap salip yang ada di hadapannya dengan tatapan pilu. Tangisnya pecah saat itu juga. Keheningan memeluk Bisma dalam diamnya malam yang begitu syahdu. Laki-laki itu masih khusuk dalam sujudnya pada sang Maha Pencipta. Setelah selesai mengerjakan sholat dua rokaat, kedua tangannya nampak menengadah melantunkan doanya.
“Ya… Allah, kuatkan hamba dan juga Christy akan cobaan yang engkau berikan pada kami. Hamba tahu ya Allah, engkau telah merahasiakan hal terbesar dari semua cobaan ini. Yakinkan hamba-Mu ini jika semuanya akan indah atas takdir keridhoan-Mu. Jika memang engkau meridhoi Christy menjadi yang terbaik untuk hamba, maka satukanlah kami. Tapi jika memang kami harus berpisah, tolong kuatkan kami. Jangan biarkan kami saling terluka, atau bahkan menentang takdirmu. Tolong tunjukkan jalan Ya Robb… Amin!”
Tanpa terasa air mata Bisma terjatuh begitu derasnya. Ia menangis pilu tanpa berniat untuk menahannya. Dan perlahan ia meraih sebuah Al-quran yang kini mulai dibacanya pelan untuk lebih menenangkan hatinya.
—
“Aku enggak akan keberatan sama keputusan kamu, Bis. Apa yang Mama kamu bilang, memang benar. Mungkin hubungan kita memang cukup sampai di sini.” Ungkap Christy seraya menahan buliran air matanya yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Bisma meraih tangan Christy secara perlahan dan menggenggamnya kuat. “Enggak, Chris. Aku enggak akan nyerah gitu aja. Aku udah janji sama kamu untuk memperjuangkan kamu apapun yang terjadi. Kamu harus yakin kalau kita bisa melewati semua ini” “Tapi, Bis.. gimana caranya? Aku pikir.. Orangtua aku juga enggak akan setuju sama hubungan kita. Dan kita enggak mungkin menentang semua itu, Bis.” “Kalau gitu.. izinin aku minta doa restu sama orangtua kamu Chris.” Ucap Bisma penuh keyakinan. “Ka-kamu yakin, Bis?” Bisma mengangguk pelan. Ia langsung menggandeng Christy keluar dari Coffe itu untuk segera mungkin menemui kedua orang tua Christy.
—
Bisma dan Christy saling diam di hadapan kedua orangtua Christy. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Dan entah apa yang kini ada di dalam pikiran mereka masing-masing.
Christy mengusap pelan lengan Bisma. Laki-laki itu hanya mengangguk pelan dan seolah mengerti akan isyarat yang Christy berikan untuknya. “Maaf.. Om, tante.. jadi, bagaimana sama keputusan Om dan Tante?” Papa Christy membuang napasnya pelan. Ia menatap penuh dalam pada Bisma yang benar-benar serius untuk menikahi Christy. “Kalau kamu memang serius sama Christy.. Om dan Tante dengan senang hati merestui hubungan kalian. Tapi.. dengan satu syarat.” “Apa, Om? Insyallah Bisma menyanggupi.” “Kamu harus sejalan dengan Christy, nak Bisma.” Ucap Papa Christy yang begitu berat di hadapan Bisma. “Maaf, nak.. hanya itu satu-satunya jalan untuk kalian bisa bersatu” Bisma terdiam kaku di samping Christy. Air matanya tidak mampu lagi untuk ia tahan. Bagaimana mungkin ia bisa menyanggupi semua itu? Semua ini benar-benar berat untuk dihadapi olehnya.
“Kamu enggak perlu ngelakuin semua itu, Bis. Aku juga enggak akan pernah ngebiarin kamu untuk mengkhianati orangtua kamu.” Christy mengusap pelan bahu Bisma. Baru kali ini ia melihat kerapuhan dalam diri Bisma. Bahkan untuk kali ini sosok Christy menjadi lebih kuat dan tegar melebihi Bisma. “Maafin.. Aku, Chris?” “Kamu enggak salah, Bis. Enggak ada yang salah di antara kita. Dan mungkin.. semua ini udah menjadi jalan terbaik untuk kita.” Ucap Christy dengan senyum tulusnya. “Kamu sendiri kan, yang bilang sama aku.. apapun yang terjadi adalah sebuah takdir dari Tuhan yang enggak akan pernah salah. Semua akan baik-baik saja.. kita hanya butuh waktu untuk menerima semunya dengan sepenuh hati.” Bisma langsung menarik Christy dalam pelukannya. Membiarkan gadis itu terus menangis dan membasahi kemeja birunya. Malam tanpa bintang seolah mendekap dan melengkapi kehancuran hati keduanya.
Satu bulan berlalu.. Bisma mengusap pelan sebuah foto dirinya bersama dengan Christy. Besok adalah hari pernikahannya bersama dengan Anisa, wanita sholehah pilihan Mama Bisma. Namun sampai detik ini Bisma belum bisa melupakan sosok Christy yang masih tersimpan dalam hati kecilnya.
“Ya allah.. ampuni aku yang belum bisa melupakan Christy sepenuh hati aku. Besok adalah hari pernikahanku bersama dengan Anisa. Kumohon jagalah hati ini.. agar aku bisa menjalani apa yang sudah menjadi keputusan darimu..”
Di tempat lain, seperti halnya dengan Bisma. Gadis manis itu masih menatap pilu sebuah foto laki-laki yang terabadikan dalam galery handphone miliknya. Tetesan air mata tak berhenti mengalir lembut membasahi pipi mulusnya. Sudah satu bulan hubungannya dengan Bisma berakhir. Sekuat mungkin hati kecilnya harus menerima semua itu. Terlebih besok ia akan menghadiri pernikahan Bisma bersama wanita lain.
“Aku janji sama kamu.. Pernikahan kita nanti, pasti lebih spesial dari pernikahan Ryn dan Ifun” ucap Bisma sembari memeluk Christy dari samping. Mereka menatap penuh bahagia pada Ryn dan Ifun yang tengah mengucapkan janji pernikahan di hadapan pendeta.
Christy menatap penuh senyum pada Bisma. “Aku berharap seperti itu, Bis..” Ungkap Christy pada Bisma yang hanya mengulas senyumnya. Pelukannya semakin erat pada Christy, begitu pula pada Christy yang tak mengalihkan pandangannya dan terus menatap pada Bisma yang masih hanyut dalam suasana sakral pernikahan Auryn.
Tes! Air mata Christy kembali terjun bebas semakin deras mengingat ungkapan Bisma beberapa bulan yang lalu. Namun semua harapan itu hanyalah tinggal kenangan sebuah cinta yang tak berujung kebahagiaan. Karena kenyataannya, semua sudah berakhir.
Di dalam hati ini hanya satu nama Yang ada di tulus hati ku ingini.. Kesetiaan yang terindah Takkan tertandingi.. Hanyalah dirimu satu, peri cintaku Benteng begitu tinggi, sulit untuk ku gapai
Christy menatap pada Bisma yang sudah berdiri di pelaminan bersama dengan Anisa yang sudah sah menjadi pendamping hidupnya. Gadis itu tersenyum getir menatap kebahagiaan cinta yang pernah ia miliki. Langkahnya semakin mendekat pada Bisma, dan untuk kesekian lamanya kedua mata Christy kembali menatap mata teduh milik Bisma.
Bisma menatap Christy dengan deraian air mata yang tidak mampu ditahannya. Saat itu juga Bisma langsung menarik Christy ke dalam pelukannya. Keduanya menangis dalam dekapan hangat yang sama-sama dirindukan oleh keduanya.
“Selamat ya, Bis. Aku harap kamu akan bahagia sama Anisa.” Ungkap Christy dengan senyum di balik kesedihan hatinya. “Chris.. Ma-maafin ak..?” “Suutt! Kamu enggak salah, Bis. Aku benar-benar udah relain kamu sama Anisa. Dia yang terbaik buat kamu.” Christy tersenyum sekilas pada Anisa. Genggaman tangan Bisma dilepaskannya perlahan dan menyatukan tangan Anisa dengan tangan Bisma. “Kalian harus selalu bahagia, ya? Aku selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian..”
Bisma menatap Christy yang masih tersenyum hangat ke arahnya. Ia benar-benar bisa merasakan bagaiamana kehancuran hati Christy. Bisma benar-benar payah karena tidak mampu menepati janjinya untuk Christy. Gadis itu semakin jauh dari pandangannya. Christy benar-benar pergi membawa cintanya yang tidak pernah tergapai dalam kebagian.
Benteng begitu tinggi Sulit untuk ku gapai.. Aku untuk kamu, Kamu untuk aku.. Namun semua apa mungkin Iman kita yang berbeda Tuhan memang satu Kita yang tak sama.. Haruskah aku lantas pergi Meski cinta takkan bisa pergi
“Terimakasih cinta.. meskipun hanya sesaat engkau dapat ku peluk erat. Dan kini aku harus benar-benar merelakanmu untuk bahagia bersama cinta yang lain. Inikah cinta.. yang tak selamanya indah seperti angan dan impian.” Christy
“Aku berharap.. tidak akan pernah ada penyesalan di antara kita. Tapi sebaliknya, kita bisa belajar untuk memahami jalan Cinta yang sesungguhnya. Aku akan merelakan semuanya, karena keindahan tidak selamanya dalam pelukan. Ada kalanya kita harus merelakan yang indah pergi jauh demi sebuah kebahagiaan yang lapang” Bisma
End
Cerpen Karangan: Eni Nurafifah Blog / Facebook: Enni N