– Mungkin benar, Kata orang cinta tak harus memiliki –
“Sayang, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?” Tanya seorang pria pada kekasihnya yang hanya dibalas dengan anggukan dan tak lupa senyum manisnya. “Aku harap kau tak memindahkan kata-kata mamaku kemarin. Kau tau Kalila? Aku sering berpikir bahwa namaku tak pernah menyayangiku.” Ucapnya. “Itu tidak benar sayang, mamamu sangat menyayangimu. Aku rasa dia terlalu memanjakanmu, dan satu lagi, aku tak akan menyerah!” Jawab kekasihnya.
Rendy Prasetya Wiratama, nama pria itu. Ia merupakan anak dari pembisnis kaya raya. Selain itu, ia merupakan lelaki yang cerdas dan multitalent. Serta didukung dengan paras wajahnya yang tampan sehingga tak sedikit para wanita mengirimkannya. Akan tetapi, Rendy hanya mencintai satu wanita. Kalila Sefiyana, nama wanita itu. Kalila memiliki paras wajah yang cantik dan menawan. Fisik yang sempurna untuk seorang wanita. Ia merupakan gadis yang tangguh dan pekerja keras. Karena pendapatan ibunya sebagai seorang penjahit tak mencukupi kebutuhan hidup mereka dan kuliahnya, Kalila memutuskan untuk menjadi pelayan di sebuah restaurant.
“Ren, ini sudah malam, apa kau tak ingin pulang? Aku takut mamamu mencarimu.” Ucap Kalila. “Apa kau mengusirku sayang?” Canda Rendy. “Bukan begitu, aku hanya tak ingin mamamu mengkhawatirkanmu. Ini sudah hampir pukul 10 malam, Rendy.” “Iya baiklah, aku akan pulang. Oh ya jangan lupa istirahat!” Ucap Rendy, setelah itu ia mengecup kening kekasihnya.
Drrttt.. ddrttt.. Handphone Kalila bergetar, tanda adanya pesan masuk. “Dari Rendy.” Batin Kalila. “Sayang, maafkan aku. Aku tak bisa menjemputmu. Hari ini sepertinya aku tak pergi kuliah. Mamaku sedang sakit.” Isi pesan itu. “Iya tak apa. Hari ini Kania akan menjemputku. Jaga mamamu baik-baik ya, sayang!” Balas Kalila. Tak lama kemudian terdengar suara mobil. “Pasti Kania.” Gumam Kalila.
Kania merupakan sahabat karib Kalila. Kania sering membantu Kalila saat Kalila mengalami kesulitan. Kalila sangat dekat dengan keluarga Kania. Ia tau betul sifat dan kepribadian Kania. Termasuk penyakitnya. Kania memiliki kelainan pada jantungnya, sehingga dia sering sakit-sakitan. Dan Kalila dipercaya oleh keluarga Kania agar selalu membuat Kania bahagia.
“Selamat pagi, Kania.” Sapa Kalila “Selamat pagi juga, Kalila.” Kalila dan Kania pun berangkat ke kampus.
“Kenapa hari ini dia tidak menjemputmu, Kalila?” “Hari ini mamanya sakit, jadi dia tidak bisa pergi kuliah.” “Jadi, hari ini dia tidak pergi ke kampus.” Ujar Kania dengan raut wajahnya yang tampak kecewa.
“Kau sungguh beruntung Kalila. Bisa sedekat itu dengan Rendy. Aku selalu memimpikan bisa bersahabat dengan Rendy. Sepertimu!” Sahabat? Ya, benar sekali. Kania menganggap bahwa hubungan antara Rendy dan Kalila hanya sebatas persahabatan. Mama Rendy tidak menyetujui hubungan antara Rendy dan Kalila karena status ekonomi keluarga mereka yang berbanding jauh. Itulah sebabnya mereka merahasiakan hubungan mereka sejak awal. Saat ini hubungan mereka akan memasuki satu tahun.
“Apa maksudmu Kania?” Tanya Kalila tak mengerti. Kalila menatap wajah Kania. Selalu seperti itu, pasti saat Kania membahas soal Rendy, wajahnya merona dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Satu pemikiran terlintas di benak Kalila. “Kania, jangan bilang kalau kau menyukai Rendy?” Ucap Kalila dengan gemetar. “Bukan hanya menyukai Kalila. Aku sangat mencintai Rendy! Sangat-sangat mencintainya.” Ujar Kania yang sukses membuat Kalila mematung seketika.
“Kalila, bisakah kau membantuku? Tolong bantu aku untuk mendapatkan cinta Rendy. Kalila, kemarin dokter memvonis bahwa umurku tak akan lama lagi. Aku hanya berharap sebelum Tuhan mengambilku, aku ingin memiliki cinta Rendy seutuhnya.” Ucapan Kania membuat mata gadis itu memanas. Hatinya hancur, sahabatnya mencintai kekasihnya. “Tapi bagaimana? Maksudku sejak kapan kau mulai menyukai Rendy?” Tanya Kalila dengan suara bergetar. “Sudah lama Kalila. Lama sekali, mungkin sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Pertama kali Kania bertemu dengan Rendy adalah ketika Kalila mengenalkan Rendy sebagai sahabatnya pada Kania saat mereka sedang makan siang di kantin bersama. Mereka memang satu kampus. Tapi berbeda jurusan.
Akhirnya mereka sampai di kampus. “Pak Setyo, tolong jemput kami jam 4 sore ya!” Ucap Kania pada sopirnya.
Hari ini Kalila tampak gelisah. Di kelas ia hanya diam dan melamun. Hingga Kania mengagetkannya. “Eh! Kania! Kau ini mengagetkanku saja. Ada apa?” “Kau yang ada apa? Hari ini kau tampak tak bersemangat. Lihat aku! Aku bersemangat, meski ku tau kapan saja aku bisa kehilangan nyawaku.” “Kania, aku tak suka jika kau bicara seperti itu lagi.” Ucap Kalila. “Baiklah, Oh ya Kalila! Apa menurutmu aku cocok jika jadi pacarnya Rendy?” Kalila berusaha tersenyum dan mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Kania.
“Kau tau Kalila? Aku sempat berpikir bahwa kau dan Rendy memiliki hubungan yang lebih dari persahabatan. Jika memang benar begitu, aku tak tau Kalila, aku dapat melanjutkan hidupku atau menyerah.” “Itu tidak benar Kania. Kau tau sendiri kan bahwa aku dan Rendy hanya bersahabat.” Ucap Kalila dengan menahan air matanya. “Jika benar begitu, bantu aku untuk mendapatkan cinta Rendy! Bukankah kau telah berjanji padaku untuk membuatku selalu bahagia?”
Kalila sedang melamun saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Saat itu Kalila sedang membersihkan meja di restaurant tempatnya bekerja. “Rendy?” Ucap Kalila sedikit gelagapan. “Aku pikir kau masih ada di kampus, ternyata kau sudah ada di sini. Ada apa? Mengapa kau melamun seperti itu, sayang?” Tanya Rendy. “Tak apa. Aku hanya sedikit kelelahan, Ren.” “Ada apa denganmu Kalila? Akhir-akhir ini kau tak bisa kuhubungi. Kau seperti menghindariku.” Ucap Rendy serius. “Aku tak menghindarimu. Aku hanya membutuhkan waktu untuk sendiri.” “Tapi kenapa Kalila? Apa kau sudah bosan denganku?” Suara Rendy menurun. “Bukan begitu, Ren!” Elak Kalila. “Lalu kenapa sayang? Besok adalah hari dimana hubungan kita tepat satu tahun, dan kau malah menghindariku?” “Ren, tolong temui aku di taman besok. Tepat pukul tujuh malam.” Ucap Kalila. “Baiklah, tepat pukul tujuh malam.” Ucap Rendy dengan senyum di wajahnya.
Malam itu pun tiba. Malam dimana Kalila akan mengorbankan cintanya demi kebahagiaan sahabatnya. Ya! Kalila memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rendy. Dan dia akan meminta Rendy untuk menerima Kania menjadi kekasihnya.
Taman itu terlihat indah. Di setiap sudutnya, dihisai dengan lampu dan balon warna-warni. Dan tepat di tengahnya, terdapat kursi dan meja untuk makan malam yang dihias dengan berbagai ornamen dan bunga mawar. “Indah sekali!” Gumam Kalila.
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang menutup mata Kalila. “Siapa kau? Lepaskan!” Teriak Kalila. “Hei! Tenang, ini aku kekasihmu. Bagaimana? Indah kan tamannya?” Ucap Rendy sambil melepas kedua tangannya yang menutupi mata kekasihnya. “Tapi Ren! Untuk apa semua ini?” Tanya Kalila. “Sayang, apa kau lupa? Hari ini adalah anniversary hubungan kita yang ke satu tahun.” Kalila hanya membalasnya dengan senyuman yang tampak miris. “Ada apa Kalila? Apa ada masalah?” Tanya Rendy khawatir. “Ren, aku ingin membicarakan sesuatu padamu.” “Ada apa? Katakanlah!” “Ren, apa kau benar-benar mencintaiku?” “Pertanyaan apa itu sayang? Tentu saja aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu!” Tegas Rendy “Jika benar begitu, apa kau mau melakukan sesuatu untuk membuktikan cintamu padaku, Ren?” “Tentu saja Kalila. Apapun itu. Katakan apa maumu?” Ucap Rendy dengan senyum di wajahnya. Membuat keteguhan Kalila memudar sesaat. “Ren, tolong akhiri hubungan kita, dan terimalah Kania menjadi kekasihmu. Kumohon, Ren!” Ujar Kalila “Apa kau sedang bercanda Kalila? Atau aku yang salah dengar?” “Tidak Ren. Aku serius, dan kau tidak salah dengar.” “Tapi kenapa? Aku tak mengerti apa yang kau inginkan. Dan kenapa aku harus berpacaran dengan Kania?” Tegas Rendy. Wajahnya menunjukkan amarah dan kebimbangan. “Karena dia mencintaimu Ren. Dia menginginkan cintamu. Kau tau sendiri kan tentang penyakitnya. Dan umurnya tak akan lama lagi. Jadi, kumohon Ren! Buat dia bahagia di akhir hidupnya. Dengan begitu janjiku padanya akan terpenuhi.” Jelas Kalila. Gadis itu berusaha menahan air matanya. “Tidak Kalila. Aku tidak bisa. Bagaimana denganmu?” Sentak Rendy. “Aku akan baik-baik saja Ren. Sebisa mungkin aku akan menjauh dari kehidupanmu dan Kania.” “Lalu bagaimana dengan cinta kita? Aku tidak bisa melakukan itu sayang! Kita saling mencintai bukan?” Kalila tampak berpikir sejenak, hingga dia mengatakan saya suatu yang tak pernah ia bayangkan. Kalimat yang membuat Rendy terpaku seketika. “Aku tidak pernah mencintaimu, Ren. Aku hanya menginginkanmu karena hartamu.” Ucap Kalila. “Bohong! Kau berbohong Kalila!” Teriak Rendy. “Aku berbicara kenyataan Ren. Aku tidak pernah mencintaimu. Tidak pernah!” Tegas Kalila. “Jika benar begitu, aku akan menuruti kemaumanmu. Mulai sekarang tak ada lagi hubungan antara kita, dan segera aku akan menjadikan Kania sebagai kekasihku.” Ucap Rendy. Ia pun berlalu meninggalkan Kalila sendirian di taman itu. Tak lama, cairan bening itu jatuh perlahan dari kedua matanya.
Cerpen Karangan: Fitria Nurus Saada Blog / Facebook: Fhitri EA Follow my new ig: fitria_nsd252 Saya adalah pelajar dari SMKN KABUH Jurusan Farmasi Industri