“Hai Kalila! Selamat pagi.” Sapa Kania saat Kalila memasuki kelasnya. Ada seseorang di samping Kania, menggandeng erat tangan Kania. Dia adalah kekasih Kania, Rendy Prasetya Wiratama. Dua hari yang lalu Rendy dan Kania berpacaran. “Pagi juga, Kania!” Ucap Kalila. Gadis itu berusaha tersenyum dan menunjukkan wajah cerianya. Seolah tak ada yang menyiksa hatinya sekarang.
“Terima kasih Kalila. Kau sudah membantuku mendapatkan cintaku.” Ucap Kania saat mereka berada di kelas. Kalila hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum yang dipaksakan.
“Ada apa sayang? Kenapa hari ini kau tampak murung?” Tanya ibu Kalila saat melihat Kalila baru pulang kerja. “Tidak apa-apa bu. Kalila hanya sedikit kelelahan.” “Oh ya nak! Kenapa akhir-akhir ini Rendy tak pernah main ke rumah? Apa kalian bertengkar?” Tanya ibu Kalila. “Tidak bu. Dia sedang sibuk dengan tugas kampus.” Jawab Kalila. “Oh ya bu! Apa ibu melihat sapu tangan kesayangan Kalila? Kalila lupa menaruhnya dimana.” “Oh sapu tangan itu. Ibu menyimpannya di almari ibu. Kau ambil saja di sana!” “Tidak bu. Tidak sepantasnya Kalila membuka almari ibu.” Ucapnya sopan. “Tidak apa-apa nak. Ibu sedang sibuk menjahit baju ini. Kau ambil sendiri ya!” Pinta ibu Kalila. Kalila pun menurut.
Saat Kalila menutup almari ibunya, ada sebuah bisa nda jatuh tepat di depannya. Benda itu jatuh dari atas almari ibunya. “Kotak kayu” Batin Kalila. Kotak itu tergeletak di lantai. Benda di dalamnya berserakan keluar. Dari kotak itu, Kalila menemukan gelang mungil dengan ukiran “Kalila Sefiyana Wiratama” Wiratama? Kalila juga menemukan sebuah foto pernikahan. Betapa terkejutnya Kalila saat melihat foto itu. Itu adalah foto pernikahan ibunya, dan ayahnya?
“Ada apa sayang? Apa yang jatuh?” Tanya ibu Kalila. Beliau tampak terkejut melihat benda yang dipegang anak semata wayangnya. “Kau sudah mengetahuinya ya? Itu adalah foto pernikahanku dan ayahmu. Dan yah itu adalah foto ayahmu.” Ujar ibu Kalila. “Ibu apakah ayah benar-benar sudah meninggal?” Tampak kebimbangan di wajah ibu Kalila. “Apa maksudmu? Bukankah ibu sudah menceritakan semuanya padamu sayang!” Ucap ibu Kalila mencoba tenang. “Tidak bu, ibu berbohong. Ayah belum meninggal kan bu? Ibu tolong jawab jujur!” Pinta Kalila dengan air matanya yang berurai. Ibunya pun menitihkan air mata. Lalu ia menjelaskan pada putrinya apa yang sebenarnya terjadi. “Iya Kalila, ayahmu belum meninggal. Dia masih hidup, dan ibu tidak tau dimana dia sekarang. Maafkan ibu telah menyembunyikan semua darimu. Cukup ibu yang menanggung luka itu.” Jawab ibu Kalila. “Apa maksud ibu?” Tanya Kalila tak mengerti.
“Dulu, ibu dan ayah sangat bahagia dengan pernikahan kita. Enam bulan berlalu, entah mengapa tiba-tiba ayahmu mengajak ibu untuk pindah ke luar negeri. Pagi harinya, saat kami akan pergi ke bandara, seorang wanita yang sedang hamil tua menghampiri ayahmu dan menamparnya. Ternyata dia adalah istri pertama ayahmu. Setelah itu, beberapa polisi menangkap ayahmu. Ayahmu ditangkap dengan tuduhan penipuan. Dan tragisnya, saat itu tengah hamil kamu satu bulan. Dua tahun ibu menunggu ayahmu, dan akhirnya kabar pahit itu menghampiri ibu. Ternyata ayahmu telah kembali ke istri pertamanya. Dan mereka telah pindah ke luar negeri. Ayahmu mengirimkan surat cerai kepada ibu. Dan kami resmi bercerai.” Jelas ibu Kalila. “Bu, siapa nama ayahku?” Tanya Kalila dengan suaranya yang bergetar. “Handy Wiratama.” Bagai tersamabar petir. Tubuh Kalila lemas seketika. Kalila pun bangkit dan berlari ke luar. “Kalila, kau mau kemana sayang?” Teriak ibu Kalila.
Gadis itu mengetuk pintu rumah mewah di depannya. Pintu itu terbuka. Lelaki yang amat dicintainya muncul di hadapannya. “Kalila? kenapa kau di sini? Apa yang kau inginkan?” “Ren, dimana papamu?” “Ada apa? Kenapa kau mencari papaku? Ada urusan apa kau dengan papaku?” Tanya Rendy sinis. “Aku tak ingin membuang waktu denganmu, Ren. Cepat katakan dimana papamu?!” Teriak Kalila. Rendy terdiam.
Kalila memasuki rumah Rendy dan berteriak. “Tuan Handy! Dimana kau? Cepat keluar! Aku ingin bertemu denganmu. Tuan Handy Wiratama. Keluarlah!” Teriak Kalila. “Kalila! Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah tidak waras?” Bentak Rendy. Sepasang suami istri itu keluar menuruni tangga. “Ada apa Ren? Siapa yang berteriak seperti itu?” Tanya mama Rendy. Mereka terkejut saat melihat Kalila di sana. “Kau? Berani sekali kau datang ke rumahku! Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjauhi putraku?!” Bentak mama Rendy. Kalila tidak menggubrisnya. Ia berjalan menghampiri papanya Rendy, lebih tepatnya ayah kandungnya.
“Tuan, benarkah anda yang ada di foto ini?” Tanya Kalila sembari menunjukkan foto pernikahan ibunya. “Dari mana kau mendapatkan foto ini?” Tanya pria itu terkejut. “Percayakah kau bahwa aku adalah buah hati dari pasangan yang menikah di foto ini?” “Apa kau putrinya Ajeng Wilusi?” Tanya pria itu lagi. “Lebih tepatnya, Putri kandungmu, Tuan.” Tegas Kalila. “Jadi dia putrimu pa? Dia putrinya Ajeng? Tapi bukankah Ajeng pernah bilang bahwa dia tidak mempunyai anak?” Tanya mama Rendy. “Dia berbohong. Beberapa kali aku melihatnya menggandeng seorang putri. Tepat 10 tahun yang lalu.” “Jadi, Kalila adalah putri kandung papa?” Tanya Rendy terkejut.
“Kalila, kenapa kau ke rumah ini?” Ucap seorang wanita yang baru memasuki rumah mewah itu. “Handy, kau?!” Sambungnya. “Ajeng?!” Ucap Tuan Handy dan istrinya serempak. “Kalila, ayo kita pergi sayang! Ayo nak! Kau tak perlu kemari!” Ucap ibu Kalila sambil menarik tangan Kalila dan menuntunnya untuk pulang bersamanya. “Tapi bu?!” Elak Kalila. “Ayo nak! Kita pulang sekarang. Jika kau benar-benar menyayangi dan menghormati ibumu, kita pulang sekarang!” Bentak ibu Kalila. Kalila pun menuruti ibunya.
“Ibu, jadi Rendy adalah kakakku?” Tanya Kalila gemetar. “Iya sayang. Ibu juga baru mengetahui hal itu.” “Ibu betapa terkutuknya anakmu ini. Tak sepantasnya aku dan kakakku memiliki hubungan sepasang kekasih.” Ucap Kalila. Suaranya bergetar. “Apa?! Kau dan Rendy sepasang kekasih? Bukankah kalian hanya bersahabat?” Tanya ibu Kalila terkejut. Kalila pun menceritakan semua pada ibunya. Dari awal hingga keputusan Kalila mengakhiri hubungannya dengan Rendy. Dan ibunya pun mengerti. Toh sekarang Kalila dan Rendy tak berhubungan.
Minggu pagi ini Kalila memutuskan untuk lari pagi. Saat Kalila ingin meneguk air mineralnya, ia melihat papanya Rendy, atau lebih tepatnya ayah kandungnya, berjalan di tepian jalan raya. Sepertinya beliau juga sedang lari pagi. Ia berjalan dengan tatapn kosong. Sepertinya ia sedang melamun. Saat itu Kalila ingin menghampirinya, ia melihat pria itu berjalan semakin ke tengah jalanan yang ramai. Kalila melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi yang menuju ke arah ayahnya. Secepat mungkin Kalila berlari ke arahnya. Kalila mendorong pria itu hingga terjatuh di atas trotoar. Naas!, Kalila tidak sempat menyelamatkan diri. Tubuhnya terpental jauh ke depan. Darah bercucuran di tubuhnya.
Lampu tanda berlangsungnya operasi itu masih menyala. Tiba-tiba seorang dokter keluar. “Pasien ingin menemui kalian semua.” Ucap dokter itu. Mereka semua masuk ke ruang operasi tersebut. Tampak gadis cantik tak berdaya di ranjangnya. “Ibu…” Ucapnya lirih “Iya sayang, ibu di sini.” Ucap ibunya dengan berlinang air mata. Pria paruh baya itu mendekat, menggenggam erat tangan putrinya. “Kau adalah putriku yang tangguh. Maafkan ayahmu ini Kalila.” Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca. “Ayah..” Gadis itu pun menitihkan air matanya. “Rendy.. Kau juga di sini?” Tanya Kalila lirih. “Iya sayang. Aku di sini untukmu. Aku tau Kalila kau tak pernah menginginkan hartaku, kau mencintaiku dengan tulus, begitupun aku sayang. Hingga saat ini aku masih mencintaimu.” Ucap Rendy. Lelaki itupun menitihkan air matanya. “Ren, kau adalah kakakku. Bagaimana mungkin kita menjadi kekasih? Kau ingat, Ren? Saat kita berjalan-jalan di taman, ada seorang kakek mengatakan bahwa wajah kita terlihat mirip, dan dia menyimpulkan bahwa kita berjodoh. Ternyata itu salah, wajah kita terlihat mirip karena kita bersaudara, Ren!” Jelas Kalila. Suaranya tersendat. “Aku tau itu Kalila. Tapi bagaimanapun aku tetap mencintaimu. Takdir tak bisa mengubahnya!” Tegas Rendy. “Tuhan telah menentukan takdir kita, Ren. Kemarin aku dengar keadaan Kania memburuk. Biarkan aku mendonorkan hatiku untuknya. Dengan begitu hatiku bisa mencintaimu sebagai seorang kekasih.” “Lalu bagaimana denganmu?” Sentak Rendy. Tiba-tiba napas Kalila tersendat. Ibu Kalila segera memanggil dokter. Tak lama kemudian dokter itu keluar.
Rendy dan Kania menabur bunga di atas pusara. “Kalila, aku merindukanmu. Aku punya hatimu, tapi tidak dengan ragamu.” Ucap Rendy. “Kalila, terimakasih atas semua pengorbananmu. Kau sahabat sejatiku, Kalila. Aku akan menjaga hatimu juga cintamu.” Ucap Kania dengan suaranya yang bergetar.
– Itulah takdir. Dan takdir selalu selalu adil. Aku punya hatinya, meski ku tak punya raganya. Aku percaya, ia tersenyum bahagia di sisiNya, melihat aku mengucapkan ikrar suci bersama sahabatnya –
Cerpen Karangan: Fitria Nurus Saada Blog / Facebook: Fhitri EA Follow my new ig: fitria_nsd252 Saya adalah pelajar dari SMKN KABUH Jurusan Farmasi Industri