Dua minggu sudah Luna habiskan untuk memikirkan banyak hal. Ia yakin rambutnya mulai rontok dan sudah ada asap mengepul di atas kepala miliknya. Surya belum juga kembali. Laki-laki itu menghilang, tanpa kabar sama sekali. Berbagai cara Luna lakukan untuk mencari informasi, dari mendatangi kampus, sampai menghubungi teman-temannya. Semua upaya itu tetap tidak menghasilkan apa-apa. Belum lagi dirinya juga harus mengurusi Marco yang sedang patah hati. Dua pria dalam hidupnya benar-benar membuat Luna pusing saat ini.
Rumah Luna dan Surya mungkin sudah bisa disebut sebagai kandang sapi, atau tempat pembuangan limbah. Pasalnya, kesibukkan Luna membuatnya tidak sempat membersihkan tempat tinggalnya itu. Piring kotor menumpuk, sampah makanan berserakkan di mana-mana, percayalah, ini lebih buruk dari yang kalian bayangkan.
Baru saja Luna mengikat rambut dan mengambil sapu, ponsel di saku celananya bergetar sekali, tanda pesan masuk. Luna yang awalnya biasa saja, mendadak menegang. Setelah mendapatkan kembali kesadarannya dan tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya, Luna berlari bagaikan kilat menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
Unknown Number: Halo, Bulan anak manja kesayangan gue! Kangen sama gue nggak? Kalau lo kangen, dateng ya ke Rumah Sakit Kota lantai 3 kamar nomor 214. Dandan yang cantik ya buat ketemu gue, anggap aja ini first date kita (gue tau lo bakal ngamuk baca yg satu ini, tp bodo amat). Gue tunggu. –Surya, mataharimu