Ketika Senja tak lagi Sama Kini harus aku lewati Sepi hariku tanpa dirimu lagi Biarkan kini ku berdiri Melawan waktu tuk melupakanmu Walau pedih hati Namun aku bertahan.. (Glenn – akhir cerita kita)
Christy terdiam di antara ilalang yang bergelayut lembut akan tiupan angin di sore itu. Tatapannya lurus pada sang senja yang menggores apik bentangan lagit di ujung barat. Kehangatan sang senja begitu terasa menyentuh hatinya yang kini tengah pilu akan sebuah kerinduan. Namun senja yang begitu hangat itu tak lagi sama semenjak kepergiannya. Itulah luka yang sampai saat ini tak kunjung kering bahkan semakin terbuka lebar ketika menatap senja tanpa seseorang yang selama ini begitu berarti dalam hidupnya. Kenapa ia baru menyadari akan perasaan yang selama ini begitu tersimpan dalam setelah dia pergi dan takkan pernah kembali. Dan untuk kesekian kalinya penyesalan itu hinggap dan begitu menyiksa dirinya. Adakah kesempatan untuk kembali mengulang senja terindah yang selalu mereka lewati bersama seperti dulu?
Tes!
Air mata Christy mengalir lembut. Kembali menemukan memory indah yang takkan pernah ia hapus begitu saja.
—
“Nicky.. tungguin?” Laki-laki itu menoleh sesaat dan memamerkan senyum lembutnya. Tangannya terulur ringan hingga menggenggam erat tangan seorang gadis yang kini ditariknya hingga berdiri di hadapannya. Keduanya kembali berjalan beriringan menampaki tanah kering berumput liar. Membelah ilalang-ilalang yang menari tiada hentinya.
“Hahh! Indah banget!” Kagumnya yang tak berpaling menatap goresan berwarna jingga penghias langit sore itu. Nicky hanya menatapnya sekilas dan kembali ikut menatap sang senja temaram di ujung barat.
“Nicky?” “Ya.” “Sampai kapan kita bakalan kayak gini terus?” “Sampai kapan aja. Emangnya kenapa, kamu udah bosan ngelihat senja barengan terus sama aku?” Christy tertawa pelan di samping Nicky sembari menatap kedua kakinya yang tengah berayun ria. “Enggak. Bukan gitu maksudnya,” “Terus?” “Sebenarnya aku ada niatan buat ngelihat senja barengan sama Bisma, aku pengen ngajak dia ke sini.” Ucap Christy dengan lengkungan senyum yang menghias wajah cantiknya.
Nicky menatap Christy dalam diamnya. Entah kenapa ia begitu tidak suka saat Christy menyebut nama Bisma di hadapannya. Namun perlahan senyum tipisnya terlihat terukir perlahan.
“Ya.. enggak apa-apa! Ajak aja dia ke sini. Emg.. berarti aku enggak ada ikut dong? Karena yang ada aku malah jadi obat nyamuk di tengah-tengah kalian.” “Ya enggak lah, Nick. Emangnya Bisma siapanya aku, sampai bisa nyingkirin kamu gitu aja.” “Bukannya kamu suka sama dia?” Tanya Nicky yang hanya mendapat senyuman dari Christy. Gadis itu kembali menatap senja temaram bersama dengan senyumnya yang tak pudar sedikitpun. Nicky hanya menatapnya dari samping menunggu kalimat yang akan keluar dari bibir Christy.
“Sebenarnya.. dua hari yang lalu, Bisma udah ngungkapin perasaanya sama aku, Nick.” Ungkap Christy dengan tenangnya namun mampu menyambar hati Nicky tanpa ia sadari. “Tapi.. aku belum ngasih dia jawaban. Jujur, aku bingung banget sama perasaan aku saat ini, Nick. Kalau menurut kamu, aku harus jawab apa?” Nicky langsung mengalihkan pandangannya saat Christy menatap ke arahnya. “Kenapa kamu malah nanya ke aku. Tanya aja sama perasaan kamu, Chris. Kalau kamu memang punya perasaan yang sama ke Bisma, kenapa kamu enggak nerima dia aja?” “Justru aku mau minta pendapat dari kamu. Menurut kamu.. Bisma itu laki-laki yang baik buat aku atau tidak? Aku enggak mau salah pilih, Nick. Karena selama ini aku memang enggak pernah pacaran sama sekali, kan. Sebagai seorang sahabat, kamu enggak keberatan kan, buat kasih saran sama aku?” Nicky tersenyum sekilas tanpa menoleh sedikitpun pada Christy. “Cinta itu datangnya dari hati, Chris. Turuti apa kata hati kamu, tanpa paksaan apapun. Aku yakin, kamu pasti nemuin jawabanya. Dan enggak ada satupun sosok laki-laki yang sempurna, begitupun dengan Bisma. Tinggal bagaimana kalian berusaha buat ngejalanin apa yang udah kalian pilih.” “Jadi, kamu setuju kalau aku pacaran sama Bisma?” Tanya Christy pada Nicky yang masih menatap lurus pada sang senja. “Kalau itu yang terbaik buat kamu, aku cuma bisa dukung aja.” Balas Nicky dengan ukiran senyum yang begitu hangat di hadapan Christy. Membuat gadis itu langsung memeluk tubuhnya begitu erat. Nicky hanya mampu mengusap pucuk rambut Christy dengan senyum getirnya. Keduanya kembali menatap pada bulatan jingga yang mulai tenggelam secara perlahan.
—
“Nicky..” Christy langsung memeluk tubuh Nicky saat itu juga. Membuat Nicky terkesiap dengan senyum penuh tanya pada ulah Christy yang terlihat begitu senang di hadapannya. “Kenapa?” Christy mendekatkan wajahnya pada kuping Nicky. “Aku udah jadian sama Bisma.” Seketika wajah Nicky berubah sedikit kecewa. Bisikan halus nan penuh bahagia itu bagaikan pedang yang mengiris hatinya secara tiba-tiba. “Jadi.. kamu udah jadian sama Bisma?” “Iya.” Christy kembali memeluk tubuh Nicky dengan rona bahagia yang tak mampu disembunyikannya. “Makasih ya, Nick. Berkat saran dari kamu, aku berusaha ngeyakinin hati aku buat Bisma.” “Sama-sama, Chris. Aku juga ikut seneng.” Perlahan Christy melepaskan pelukannya. “Selamat ya, mudah-mudahan hubungan kalian langgeng.” Christy hanya mengangguk dengan senyum manisnya.
“Christy..” Suara halus milik Bisma berhasil mengalihkan perhatian Nicky dan Christy. “Kita jadi jalan sekarang?” Tanya Bisma yang langsung diangguki oleh Christy. “Nicky.. aku duluan yah?” Pamit Christy pada Nicky yang hanya mengangguk dengan senyum tipisnya. Tangan Christy langsung menaut erat genggaman tangan Bisma dan berlalu meninggalkan Nicky.
Kedua mata Nicky tak mampu menyembunyikan keresahan yang kini hinggap begitu saja. Bahkan tak sedikitpun ia mengalihkan pandangannya, terus mengekor kedua punggung itu hingga hilang dari pandangannya.
Tak bisa hatiku menafikkan cinta Karena cinta tersirat bukan tersurat Meski bibirku terus berkata tidak Mataku terus pancarkan sinarnya Apa yang kita kini tengah rasakan Mengapa tak kita coba tuk satukan Mungkin cobaan tuk persahabatan Atau mungkin sebuah takdir Tuhan (Alm. Mike Mohede – Sahabat jadi Cinta)
Semburat senja di tatap nanar oleh Nicky. Angin yang berhembus lembut seolah meniup lirih hatinya yang tengah mendung. Ia kembali menatap ke samping berharap besar akan mendapatkan ukiran senyum yang selalu ia rindukan. Namun kenyataannya tak seperti yang ia harapkan. Gadis itu tak lagi bersamanya semenjak ia resmi menjalin hubungan dengan seorang pria yang sangat dicintainya. Mungkin menatap senja bersama yang senantiasa mereka lakukan takkan lagi menjadi moment indah yang selalu di tunggu. Bahkan sepertinya ia mulai lupa akan semua itu.
“Ngelihat senja kayak gini, kenapa tiba-tiba aku jadi kangen sama Nicky?” Lirih Christy sembari menatap goresan berwarna jingga di langit sore. Aroma teh tawar yang ia pesan seolah menjadi teman setia walaupun tak disentuh sedikitpun. Tatapannya masih setia pada senja yang selalu memikat hatinya.
—
Christy masih terlihat sibuk memasukkan peralatan kampusnya ke dalam tas. Mata kuliahnya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu, namun nyatanya ia masih direpotkan dengan tugas-tugas kuliah yang harus dikerjakan secara kelompok dengan kedua temannya.
“Christy.. Kita duluan ya?” Pamit Auryn dan Cherly yang hanya di balas anggukan kecil oleh Christy. Sesaat Christy mengalihkan pandangannya pada bangku Bisma yang sudah kosong. Benar saja karena ia sudah keluar terlebih dulu untuk rapat bersama panitia pengurus OSPEK.
Setelah dirasa semua telah selesai, Christy langsung beranjak dari kursi duduknya dan langsung berjalan keluar meninggalkan kelasnya yang sudah sepi sejak tadi.
“Nicky?” Christy berjalan cepat menghampiri Nicky yang tengah asyik berbincang dengan ketiga temannya di depan Madding. Ia mulai mengukir senyumnya pada Christy yang sudah berdiri di hadapannya saat ini. “Hei, Chris?” “Heii.” Christy mengulas senyum manisnya. “Kamu kemana aja sih, Nick? Perasaan aku baru lihat kamu setelah beberapa hari enggak ketemu.” Tanya Christy. Keduanya mulai berjalan beriringan. “Aku enggak ke mana-mana, kamu aja yang sekarang sibuk sama pasangan baru. Jadinya.. aku dilupain.” Tungkas Nicky dengan tawa kecilnya. Membuat Christy langsung mendaratkan pukulan kecil pada bahu kirinya. “Aku seriusan. Kemaren aku juga nyariin kamu ke rumah, tapi Maudy bilang, kamu lagi ke rumah temen. Ya udah aku balik pulang, emang kemaren kamu ke mana?” “Ke rumah Juan, ada tugas kuliah yang harus segera diselesaiin. Tapi ngomong-ngomong.. kamu kenapa nyariin aku ke rumah?” Tanya Nicky balik. “Aku kangen sama kamu!”
Nicky langsung menghentikan langkahnya. Ia menatap dalam pada Christy yang terdiam di hadapannya. Kalimat yang baru saja keluar dari bibir mungilnya seolah sapuan angin yang syahdu. Begitu lembut di dengar bahkan mampu membuat hatinya bahagia.
“Kangen?” Christy mengangguk kecil, seolah meyakinkan kembali pada Nicky bahwa apa yang baru saja ia dengar tidak salah. “Iya. Kamu tahu enggak, Nick.. semenjak aku jadian sama Bisma, aku jadi jarang banget ketemu sama kamu, apalagi ngelihat senja barengan di atas bukit. Aku benar-benar kangen ngelihat senja barengan sama kamu.” Nicky kembali mengukir senyum bahagianya. Ternyata Christy tidak melupakan semua itu, seperti apa yang telah ia pikirkan selama ini. “Jadi.. Kamu kangen sama akunya, atau sama senja yang sering kali kita lihat bareng-bareng?” Goda Nicky. “Dua-duanya.” Ungkap Christy. “Ngelihat senja tanpa kamu, kurang lengkap banget buat aku. Bukannya aku yang terlalu berlebihan, Nick. Tapi mungkin, karena selama ini kita emang selalu bareng-bareng buat ngelihat senja.” Christy memiringkan senyumnya di hadapan Nicky. “Emangnya kamu enggak ngerasain semua itu?” Nicky tersenyum tipis. “Entahlah.. Apa aku harus bahagia atau sebaliknya. Seandainya kamu tahu, Chris. Mungkin aku enggak akan sanggup jika tanpa kamu. Karena selama ini aku menyimpan perasaan yang lebih sama kamu. Tapi bagaimana mungkin aku ngerusak kebahagiaan kamu yang sudah terlalu sempurna sekarang. Karena hati kamu sudah terukir nama Bisma..”
Nicky mulai mendaratkan kedua tangannya pada bahu Christy. “Kalau begitu, kita bakalan lihat senja bareng-bareng lagi nanti sore. Di atas bukit, tempat kesayangan kita selama ini.” “Janji?” “Janji!” Nicky menyamput jari kelingking Christy. Keduanya kembali tertawa bersama. “Oh iya, tapi aku juga ngajak Bisma. Karena kemaren dia udah janji sama aku buat ngelihat senja di atas bukit. Kamu enggak keberatan kan, Nick?” “Kenapa harus keberatan, Bisma itu pacar kamu. Itu tandanya dia juga udah jadi sahabat aku.” Kini Christy menatap dalam pada Nicky sembari melukis senyum lembutnya. Membuat sahabatnya itu tak mengerti akan ulahnya. “Kenapa?” “Enggak! Aku cuma bersyukur aja, punya sahabat yang sempurna kayak kamu. Walaupun sampai detik ini, belum ada satupun cewek yang mau sama kamu!” “Heii.. Apa kamu bilang?” Christy langsung berlari kecil meninggalkan Nicky. Ia menjulurkan lidahnya berulang kali, terus meledek Nicky yang tengah mengejarnya tanpa menyerah. Bahkan tawa riangnya terus berseru bersamaan dengan larian kecilnya. “Awas aja kalau ketangkep!” Seru Nicky yang masih mengejar di belakang Christy. “Ech.. ech.. ech, apa-apaan, Nih?” Protes Juan saat tubuhnya di ombang-ambingkan oleh Christy lantaran berlindung dari amukan Nicky.
“Christyyy.. udah enggak? Sakit, nih!” “Nicky suruh pergi dulu, Juan. Bisa habis kalau dia berhasil nangkap aku.” “Aduhh!”
Christy terus berlindung di belakang Juan sembari mengombang-ambingkan tubuhnya. Nicky yang tak mau mengalah justru membuat Christy meneruskan aksinya hingga membuat Juan mulai pusing akan ulah keduanya. Tanpa di sengaja Nicky melongok bersamaan dengan Christy, hingga membuat mereka saling menatap satu sama lain. Kini keempat mata itu saling bertemu cukup lama. Desiran halus pun kembali menyapu hati Nicky seperti yang sering kali ia rasakan ketika bertatapan dengan Christy.
“E’hem!!” Deheman Juan langsung membuyarkan lamunan keduanya. Juan mulai tertawa geli melihat Christy dan Nicky yang mulai salah tingkah di hadapannya. Tanpa membuang kesempatan, Juan langsung menggoda keduanya. “Ciyee..” “Apaan, sih!!” “Ech.. aku masih ada urusan. Duluan ya, Nick.. Juan!” Potong Christy saat itu juga. Ia berusaha menghindar dari kerecokan Juan. Christy langsung berjalan sedikit berlari ke arah Bisma yang baru saja keluar dari ruang Aula.
“Padahal kalau menurut aku, Christy itu lebih cocok sama kamu, Nick. Tapi kenapa dia malah jatuh cinta sama si Bisma?” Nicky ikut menatap pada Christy yang kini tengah berbincang kecil bersama Bisma. Diam-diam Juan melirik ke arahnya, entah apa yang kini ia pikirkan. Tetapi ia sangat paham akan perasaan Nicky yang begitu spesial untuk Christy. Namun lagi-lagi, cinta memang sangat sulit untuk di mengerti.
—
Christy mengembangkan senyumannya. Menatap goresan jingga yang menawan tepat di hadapannya. Semilir angin yang behembus, sesekali memainkan rambut halusnya yang tergerai. Perlahan Christy mulai memejamkam kedua matanya dengan ukiran senyum yang tak memudar sedikitpun.
Nicky yang duduk di samping Christy hanya mampu tersenyum, tak berhenti menatap pada Christy dari samping kirinya. Hingga ia merasakan sebuah sentuhan hangat pada tangan kirinya. Nicky mulai menatap tangannya yang di genggam semakin erat oleh Christy.
“Makasih ya, Nick? Untuk kesekian kalinya, kamu selalu nemenin aku ngelihat senja di sini. Enggak tahu kenapa, aku selalu ngerasa tenang jika berada di tempat ini barengan sama kamu. Terlebih ngelihat senja di samping kamu kayak gini.”
Nicky kembali mengatur pernafasannya. Entah apa yang kini dipikirkan oleh Christy, hingga ucapan itu begitu mudah keluar dari bibir mungilnya.
“Seandainya, Bisma juga ada di sini. Apa mungkin aku juga ngerasain hal yang sama?” “Maksud kamu?” “Bisa senyaman ini, saat aku ngelihat senja barengan sama kamu.” Ucap Christy sembari menatap pada Nicky. “Lagi-lagi.. aku gagal ngajak Bisma ke sini. Dia selalu sibuk sama kegiatannya, padahal dia udah janji buat ngelihat senja di sini barengan sama aku.”
Nicky terus menatap Christy yang sudah bersandar di bahu kirinya. “Ngelihat senja yang selalu jadi hobby kamu, enggak harus di tempat ini juga kan, Chris. Ngelihat senja di mana aja, rasanya tetap sama. Dan jelas lebih indah saat kamu ngelihat senja barengan sama Bisma. Karena dia adalah pacar kamu.” “Iya. Tapi.. aku belum pernah ngerasaain semua itu. Apa lagi di sini barengan sama Bisma.” “Mungkin belum saatnya.”
Christy hanya memasang wajah lesunya. Namun seketika ia mulai menatap pada Nicky. “Nicky, janji yah.. kalau kamu bakalan terus nemenin aku buat ngelihat senja di sini, walaupun cuma sebentar aja.” Nicky menatap jari kelingking Christy yang di tunjukkan padanya. “Enggak janji. Tapi kalau Tuhan mengijinkan, aku akan selalu temenin kamu.” Balas Nicky. “Kenapa gitu?” “Kita enggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena itu aku enggak mau buat janji apapun sama kamu, tapi selagi Tuhan mengijinkan.. aku pasti ngelakuin itu.” Nicky mengerlingkan kedua matanya di hadapan Christy, membuat gadis itu tertawa geli kerenanya.
Christy yang gemas langsung menarik pelan hidung mancung milik Nicky. “Kamu tahu, seandainya Tuhan enggak ngasih aku sahabat kayak kamu.. mungkin aku udah kesepian di sini. Karena tanpa kamu, aku enggak akan bisa.” “Hahh. lebay!” “Seriusan.” Keduanya kembali tertawa bersama dan saling menjahili satu sama lain. Namun tanpa mereka sadari Bisma terlihat berdiri di belakang mereka dengan rona wajah yang kecewa. Bahkan sebuket mawar yang ia bawa di buang begitu saja sebelum beranjak pergi dari tempat itu.
Cerpen Karangan: Eni Nurafifah Blog / Facebook: Enni N