Hembusan angin pagi menerpa sekujur tubuhku. Ditambah dengan cuaca yang mendung menambah rasa dingin yang menusuk kulit. Malas rasanya melangkahkan kaki keluar dari rumah untuk pergi ke sekolah. Namun kuurungkan rasa malas tersebut dengan semangat seorang pelajar yang akan memulai keseharian baru di sekolah baru. Aku merapatkan jaket yang dirasa sama sekali tidak menghangatkan tubuhku sambil berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus. Setelah sampai di halte bus, aku kemudian duduk dan membaca sebuah novel yang kubawa dari rumah. Beberapa saat kemudian, pandanganku teralihkan oleh aroma harum parfum di depanku. Ternyata ada sesosok gadis SMA tengah berdiri di depanku. Dia hanya berdiri di depan halte bus sambil melihat jam tangannya. Padahal kursi di halte bus masih banyak yang kosong. Setelah dilihat-lihat seragam yang dia pakai mirip sekali dengan seragam yang kupakai. Aku kemudian memberanikan diri menyapanya dan mengajaknya duduk.
“Permisi, Sepertinya kamu memakai seragam yang sama denganku.” Namun beberapa saat aku baru saja selesai berbicara, bus kemudian datang dan orang-orang di halte bus bergegas memasuki bus tersebut. Aku kemudian memasuki bus tersebut dan duduk tepat di samping gadis tersebut. Dia lalu memulai pembicaraan denganku. “Maaf, sepertinya tadi aku belum menjawab pertanyaanmu.” “Tidak apa apa, Lagian tadi kita harus bergegas masuk bus.” “Sepertinya memang benar kamu memakai seragam sekolah yang sama denganku.” Sambil dia melihat aku dari kepala sampai ke ujung kaki. “Sepertinya memang begitu.”
“Aku lupa memperkenalkan diri, perkenalkan namaku Aliya.” “Namaku Aldo.” Dari yang kulihat gadis ini terlihat feminim dan baik. Tapi, dia sepertinya memiliki sifat yang humoris menurut pandanganku. “Ngomong-ngomong sepertinya baru pertama kali aku bertemu denganmu.” “Benar, soalnya aku adalah murid pindahan dan baru pindah hari ini.” “Ohhh begitu.” Sambil tersenyum manis kepadaku.
Kami kemudian mengobrol tentang berbagai hal. Setelah beberapa lama mengobrol denganya, Bus kemudian berhenti di halte bus. Pintu bus pun terbuk, terlihat banyak orang memasuki bus. Seketika semua kursi di bus pun penuh terisi oleh penumpang. Kemudian nampak penumpang terakhir memasuku bus. Dia adalah seorang nenek yang membawa sebuah kantong plastik yang berisikan sayuran. Nenek tersebut nampak kebingungan karena semua kursi di bus telah terisi semua. Aliya kemudian membuat ekspresi yang kesal sambil cemberut melihat orang-orang yang mengacuhkan nenek tersebut. Kemudian Aliya berdiri dan menghampiri nenek tersebut. Aliya lalu menawarkan kursi yang dia tempati untuk nenek tersebut. Dituntunnya nenek tersebut menuju kursi yang sebelumnya Aliya duduki. Aku sangat tersentuh melihat Aliya melakukan hal tersebut. Karena jarang sekali orang rela memberikan kursi yang ditempati kepada orang lain yang lebih tua. Kemudian jiwa jantannku muncul di benakku. Kemudian giliranku menawarkan kursiku kepada Aliya. “Duduklah di kursiku, Aliya.” jawabku “Terima kasih.” Sambil tersenyum dengan senyuman khasnya.
Tak lama kemudian bus pun berhenti di halte dekat sekolah. Kami kemudian turun dari bus dan berjalan menuju gerbang sekolah. Aku lalu meminta diantarkan ke ruang guru kepada Aliya. “Aliya, bisakah kau mengantarku ke ruang guru?” “Baiklah.”
Sesampainya di ruang guru, aku kemudian mengucapkan terima kasih kepadanya.Karena telah mengantarkanku ke ruang guru. Dia kemudian tersenyum dengan senyuman khasnya sambil meninggalkanku di ruang guru. Aku bergumam di dalam hati. “Semoga aku bisa bertemu lagi dengannya. Tapi setelah dipikir-pikir, kayaknya dia seumuran denganku. Kalau memang benar, semoga aku bisa sekelas dengannya.”
Kemudian aku bertemu dengan pak Riyan, dia adalah kepala sekolah di sekolah. Aku kemudian dipersilahkan masuk ke ruangannya. Pak Riyan kemudian bertanya bagaiamana pendapatku mengenai sekolah ini. Tentu saja aku menjawab sekolah ini sangat bagus apalagi kalo kulihat-lihat murid di sekolah ini ramah. Aku memang dekat dengan Pak Riyan karena dia adalah teman Ayahku. Setelah beberapa saat bel pun berbunyi menandakan dimulainya pelajaran pertama. Kemudian Pak Riyan mengantarkannku ke kelas baruku, Kelas XII IPA 2. Baru saja melangkahkan beberapa langkah kaki masuk ke kelas. Aku dikejutkan oleh sesuatu yang tak asing. Di Meja paling depan dekat dengan meja guru aku melihat seseorang yang baru kutemui pagi tadi. Dia adalah Aliya gadis yang bersama ku tadi. Aku sungguh tidak percaya, Entah takdir atau Cuma kebetulan. Aku bisa sekelas dengannya di sekolah.
Kemudian aku memperkenalkan diri di depan kelas. Setelah itu aku pun duduk di di bangku paling belakang. Beberapa saat kemudian beberapa orang datang menghampiriku. Mereka lalu memperkenalkan diri mereka masing-masing. Aku tahu mereka mencoba mengakrabkan diri mereka kepadaku. Namun, beberapa saat kemudian seorang guru masuk kelas dan pelajaran pun berlangsung. Di saat jam pelajaran berlangsung, aku beberapa kali memperhatikan Aliya yang berada di meja paling depan. Aku mulai merasakan aura hangat saat aku memandanginya.
Tak terasa pelajaran di sekolah telah berakhir. Aku tersenyum manis di dalam hatiku karena hari pertama di sekolah baruku begitu menyenangkan. Aku kemudian berniat mengunjungi sebuah taman di dekat sekolah. Setelah berjalan beberapa lama akhirnya aku sampai di taman. Saat aku memasuki taman tersebut aku melihat Aliya sedang duduk di bangku taman. Aku kemudian menghampirinya dan menyapanya, namun pandanganku teralihkan oleh obat-obatan di samping Aliya. Aku bertanya-tanya kepada diriku. “Apa Aliya sedang sakit?” Kemudian Aliya menepuk bahuku melihat aku melamun melihat obat-obatan dan sebuah botol air mineral di sampinya.
“Aldo, kamu kenapa?” Aku terkejut lalu menjawab pertanyaannya. “Ohh… Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong kamu lagi sakit Aliya?” “Iya, bisa dibilang begitu.”
Aku tahu bagaimana raut wajahnya menjawab pertanyaanku sambil tersenyum kecil. Seakan-akan dia berkata jangan tanyakan lebih lanjut lagi. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya kepada Aliya penyakit apa yang dideritanya hingga dia harus meminum obat sebanyak itu. Namun kuurungkan niat tersebut karena takut menyinggung perasaanya. Aku dan Aliya mengobrol beberapa hal yang tidak penting seolah-seolah kami sudah begitu akrab begitu menurutku.
Hari-hari berlalu begitu cepat, sampai tak terasa Semester pertama akan berakhir. Hariku terasa menyenangkan, karena aku bisa bertemu dengan Aliya. Kami setiap hari mengobrol dan sepulang sekolah kami selalu nongkrong di taman dekat sekolah.
Hingga Suatu hari, aku mengalami pertengkaran dengan kedua orangtuaku. Saat di sekolah rasanya sangat aneh karena rasa kesal yang dibawa dari rumah. Aku melamun saat pelajaran berlangsung dan beberapa kali ditegur oleh guru yang mengajar. Teman sekelasku dan Aliya nampaknya bingung dengan tingkah laku diriku. Sepulang sekolah seperti biasa aku dan Aliya mengunjungi taman dekat sekolah. Aliya kemudian menanyakan bagaimana keadaanku. “Kamu baik-baik saja Aldo?” “Ya, Aku baik-baik saja.” Aliya kelihatan kesal mendengar jawabanku sambil cemberut. “Bagaimana bisa aku mengerti masalahmu bila kau tak bercerita apa yang terjadi. Ayolah aldo kita sudah saling mengenal cukup lama, ceritakan apa yang terjadi.” Dengan nada tegas
Aku kemudian bercerita tentang masalah apa yang telah menimpaku. Dia kemudian berdiri dan menatapku dengan tajam. “Jadi begitu, bagaimana kalau hari ini kita pergi ke Bioskop untuk menonton sebuah film. Untuk menenangkan suasana hatimu.Lagian besok kita libur” “Baiklah.” Sambil memelas “Tapi, kau harus tersenyum dulu dan kau harus berjanji ketika pulang nanti kau harus meminta maaf kepada orangtuamu.” Nampak senyuman khas Aliya. Sambil mencubit pipiku. Aku kemudian membalas senyuman Aliya dan kami pun pergi ke bioskop untuk menonton sebuah film.
Aku merasakan perasaan yang hangat saat bersama dengannya. Apakah ini yang disebut perasaan mencintai seseorang berbisik di dalam hatiku. Film terasa berputar begitu cepat karena bukan film yang aku tonton. Melainkan wajah ceria yang terpancar dari seorang gadis di sampingku.
Saat film berakhir Aliya menatapku dan tersenyum kepadaku. “Kok bengong sih… dari tadi pasti kamu liatin mulu aku yah.” “Habisnya saat aku melihat wajahmu tertawa melihat film tadi rasanya menyenangkan bagiku.” Wajah Aliya memerah setelah mendengar perkataanku.
Aku kemudian mengantarnya pulang ke rumahnya karena bioskop tersebut tidak jauh dari rumahnya. Setelah sampai di rumahnya, dia mengajakku untuk mampir dulu ke rumahnya. Sebenarnya aku ingin sekali berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan orangtuanya. Namun aku harus menolak ajakan tersebut karena sudah larut malam. Tidak sopan rasanya berkunjung ke rumah seorang gadis malam hari. Aku kemudian pamit kepadanya untuk pulang karena sudah larut malam. Ketika aku melangkahkan kaki beberapa meter dari dari rumahnya. Dia memanggilku, kemudian aku mengalihkan pandanganku kepadanya. “Aldo, Smile dan ingat pesanku yang tadi. Apapun yang terjadi tersenyumlah dan kau pasti akan merasa tenang” Berteriak sambil tersenyum. “Baik, Terima kasih.” Sambil membalas senyumannya Tapi entah kenapa perasaanku merasakan bahwa Aliya sedang sedih. Bahkan senyuman yang dia tunjukan seolah-olah dia ingin sekali menangis.
Hari Senin, entah kenapa aku berangkat pagi-pagi sekali berharap bisa sesegera mungkin bertemu dengannya. Karena aku tak bisa lagi membendung perasaan suka kepada Aliya dan ingin sekali mengungkapkan perasaan tersebut. Hingga bel jam pelajaran pertama pun berbunyi. Aku melihat ke meja paling depan di kelas. Dan Aliya sama sekali belum datang ke sekolah padahal pelajaran pertama akan berlangsung. “Apa yang terjadi padanya? Apa dia sakit hari ini? Tapi, kemarin Jum’at kulihat dia baik-baik saja.” Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri.
Kemudian aku menemukan secarik kertas yang berada di bawah mejaku. Aku mengetahui siapa yang menulis di kertas tersebut. Tulisan ini tidak asing bagiku. Hingga aku menyadari bahwa tulisan ini merupakan tulisan tangan Aliya. Aku kemudian membaca pesan yang terdapat di secarik kertas tersebut.
“Mungkin ini adalah perpisahan antara kita. Padahal senang rasanya bisa berteman denganmu Aldo. Aku sebenarnya tidak mengatakan bahwa ini adalah perpisahan karena aku yakin kita bisa bertemu lagi. Padahal ulangan semester lima tinggal 1 minggu lagi. Kau tahu aku sudah belajar dengan giat untuk menghadapi ulangan tersebut. Tapi aku harus keluar dari sekolah beberapa saat ini. Nanti bila ada kabar burung tentangku kuingin kau tersenyum apapun yang terjadi. Tunggu saja aku dan jangan coba-coba mencariku. Jalani harimu dengan penuh senyuman maka kau akan bahagia. Smile 🙂 .”
Aku sama sekali tidak mengerti dengan isi pesan tersebut. Aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Aliya. Sampai sekelompok perempuan di kelas mengobrol dengan sedikit keras dan mereka membicarakan Aliya. “Kalian tahu apa yang terjadi pada Aliya? Menurut Bu Ani, Aliya keluar dari sekolah karena mengidap sebuah penyakit dan harus dirawat di sebuah rumah sakit.” Ucap seorang perempuan berambut panjang. “Kasihan sekali Aliya, padahal dia orangnya baik sekali kepada semua orang dan dia orang yang sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol.” Seorang perempuan yang memakai kerudung berbicara.
Aku lalu mengingat keseharianku dengan Aliya. Aku ingat bahwa setiap di taman dia selalu meminum banyak sekali obat. Apa berarti dia mengidap penyakit yang serius. Kenapa aku baru sadar sekarang. Padahal kurang lebih enam bulan ini aku yang selalu berada di dekatnya. Namun, tidak tahu bahwa Aliya mengidap penyakit yang serius. Aku sangat kesal sekali terhadap diriku sendiri karena tak menyadarinya.
Beberapa saat kemudian guru yang mengajar jam pertama pun masuk dan mengumumkan di kelas. Bahwa siswi bernama Aliya telah keluar dari sekolah dengan alasan sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Semua orang di kelas tersebut kaget mendengar hal tersebut dan ternyata benar perkataan yang tadi diucapkan perempuan tadi. Kemudian guru tersebut menyuruh ketua kelas untuk berdoa. Mendoakan kesembuhan untuk Aliya.
Di saat berdoa perasaanku sedih sekali mendengar ucapan yang dikatakan pak guru tadi. Namun aku ingat secarik kertas yang ditulis Aliya untukku. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku akan tersenyum apapun yang terjadi untuk Aliya. Namun rasanya aku ingin sekali melihat keadaan Aliya saat ini. Rasanya ingin sekali aku pergi ke rumahnya dan menanyakan kepada orangtuanya dimana Aliya dirawat .Namun aku ingat pesan bahwa jangan pernah mencarinya dan tunggu dia.
Satu minggu kemudian tak terasa berlalu begitu cepat. Hari ini adalah hari pertama kami melaksanakan ulangan semester lima. Sebelum kami melaksanakan ulangan, seluruh siswa diminta untuk pergi ke lapangan upacara terlebih dahulu. Di lapangan upacara seluruh siswa kemudian menerima kartu ulangan yang dibagikan. Kemudian Pak Kepala Sekolah berdiri di podium upacara bendera dan menyampaikan beberapa pemberitahuan. Lalu, saat ingin membacakan pemberitahuan yang terakhir nampak wajah Pak Kepala Sekolah berubah menjadi sedih. Dia kemudian memberitahukan bahwa salah satu siswi sekolah ini ada yang telah meninggal dunia. Setelah mendengar hal tersebut perasaanku sangatlah sedih. “Apa yang dimaksud Pak Riyan adalah Aliya?” gumamku
Nampak Pak Kepala Sekolah melanjutkan bicara dan meminta seluruh siswa untuk mendoakan siswi tersebut. Kulihat barisan kelasku dan kulihat banyak perempuan di kelasku menangis. Kami lalu memanjatkan doa, mendoakan supaya Aliya tenang di alam sana dan diberi tempat yang layak di samping yang maha kuasa.
Aku sangat sedih setelah memanjatkan doa hingga ingin sekali menangis dan berteriak sekecang-kencangnya. Namun aku ingat pesan Aliya kepadaku. Dan aku berusaha sebaik mungkin untuk tegar dan tersenyum melepas kepergian Aliya. Aku kemudian menjalani hari-hari dengan penuh senyuman dan berteman dengan banyak orang seperti Aliya. Sampai saat ini aku selalu ingat pesan dia kepadaku untuk selalu tersenyum. Sambil mengingat hari-hari indah yang pernah kujalani bersama Aliya.
Cerpen Karangan: Muhammad Aldi N. Facebook: facebook.com/aldinugraha746