“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” kumandang adzan terdengar menggema di telinga Annisa, membangunkan dia dari mimpi indah semalam, keliling spanyol bertemu dengan pemain bola idolanya David Villa. Dengan mata sayu nisa melawan syetan yang merayunya untuk tetap melanjutkan perjalanannya keliling spanyol, bergegas nisa mengambil air wudhu dan memunaikan sholat subuh, memanjatkan sepenggal do’a untuk orang-orang terkasihnya.
Seusainya nisa sholat, diambilanya handphone diatas ranjang yang semalaman setia menemani tidurnya. Nisa menulis kalimat “pagi pacar, ayo sholat subuh dulu gih” dan dia mengirim pesan singkat tersebut pada sebuah nama yaitu ‘arjunaku’, yang tak lain adalah Yusuf kekasihnya. Lalu nisa bergegas ke meja belajarnya dan menyiapkan buku untuk kuliahnya hari ini, yang kebetulan harus kuliah pagi.
Ditengah kesibukannya menyiapkan buku tiba-tiba handphonenya berbunyi, dengan semangat perjuangan nisa langsung mengambilnya dan membaca pesan singkat yang masuk, berharap balasan dari Yusuf. Terpampang nama alfi teman sekelasnya dalam pesan itu, sontak cahaya senyum nisa meredup, “oh, alfi ternyata, kirain arjunaku,” gumamnya. Nisa membaca pesan tersebut dan membalasnya, setelah itu dia melangkah menuju kamar mandi.
“Assalamu’alaikum Bun, nisa berangkat dulu udah telat”, ucap nisa terburu sambil mencium tangan bundanya. “iya ati-ati sayang” balas ibunya terheran-heran dengan sikap putrinya yang selalu terburu-buru. Nisa berlari kecil menuju pintu gerbang untuk menunggu jemputannya yang akan mengantarkannya ke kampus kebanggaannya, angkutan kota warna biru.
Belum sempat nisa menoleh ada suara yang tak asing memanggilnya, “pagi pacarku tersayang,” ucap suara itu. Nisa menoleh sigap dan tak bisa lagi menyembunyikan kegembiraannya, “eh, kamu, kok udah sampe sini sih yank” ucap nisa malu-malu kucing, dan ternyata suara itu adalah suara Yusuf arjunanya yang sangat disayanginya. “iya dong, kan mau ngasih kejutan ke pacarku tersayang,” balas Yusuf dengan nada merayu. “ih, bisa aja,” jawab nisa sambil mencubit kecil kekasihnya. “eh, eh, yank, sakit tau, udah-udah ayo kita berangkat, telat nih nanti” ucap Yusuf kesakitan akibat cubitan nisa dan menyerahkan helm pada nisa kekasihnya. Tanpa menjawab nisa langsung menerima uluran helm Yusuf dan naik ke motor Yusuf. Merekapun pergi bersama, Yusuf mengantarkan nisa ke kampus, lalu dia langsung berangkat ke tempat kerjanya yang kebetulan searah dengan kampus nisa tapi berjarak cukup jauh.
Nisa adalah mahasiswi baru jurusan psikologi di sebuah kampus terkenal di Jakarta, sedangkan Yusuf adalah seorang karyawan bengkel besar. Mereka berpacaran sudah hampir lima tahun sejak mereka SMP dulu. Dalam hubungan mereka jarang sekali terjadi percekcokan, mereka saling percaya pada pasangan masing-masing meski sekarang mereka harus jarang bertemu karena kesibukan masing-masing yang tak bisa diajak kompromi. Nisa yang harus sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya sedangkan Yusuf harus bekerja 10 jam setiap hari dari jam 07:00 sampai 17:00.
Sepulang kuliah nisa mencari angkutan kota untuk mengantarkannya pulang, hari ini nisa harus pulang sampai hampir sore hari, karena harus mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Sesampainya di rumah tanpa basa-basi nisa langsung menuju kamarnya, dan membenamkan tubuhnya pada tempat tidur yang terasa begitu nyaman kali ini, nampaknya nisa begitu lelah. Sambil berbaring tangannya berusaha mengambil handphone dalam tas, dia melihat sepi, tak ada satupun sms dari nama arjuna di layar ponselnya. “selalu seperti ini nihil, mungkin belum pulang kali ya,” tanyanya lebih pada diri sendiri.
Semenjak Yusuf bekerja di bengkel, mereka jadi jarang sms-an, telepon, bahkan ketemu, paling-paling dua minggu sekali. Tapi nisa memahami hal tersebut, karena menurutnya ini untuk masa depan Yusuf, dia tidak boleh egois, ingin diperhatikan terus-terusan. Sejenak dia terpejam, mengistirahatkan matanya. Menjelang sore nisa bergegas mandi, tak tahan lagi dengan omelan bundanya yang sejak tadi meneriakinya untuk segera mandi.
Menjelang maghrib ponsel nisa berbunyi, sebuah pesan yang semenjak tadi ditunggu-tunggu nisa dari arjuna “assalamu’alaikum yank,” isi pesan tersebut. Merekah senyum di bibir nisa, dengan berbunga dia membalas pesan dari arjunanya. Mereka terus melanjutkan smsannya sampai saat adzan maghrib menghentikan keasyikan mereka bertukar perhatian lewat pesan singkat, “yank, aku sholat maghrib dulu ya, sayang juga sholat gih, sholat bareng tapi di tempat yang berbeda” ucap nisa dalam pesan. Dengan singkat Yusuf menjawab pesan nisa “oke sayang,”. Membaca balesan dari Yusuf nisa sedikit kesal, tanpa sadar dia sudah memaki ponsel di tangannya yang tak pernah bersalah “hemm selalu cuek, ya sudahlah” dia lemparkan ponselnya di atas tempat tidur, dan dia bergegas mengambil wudhu.
Setelah selesai sholat dicek ponsel yang tadi dilemparnya di atas ranjang, layaknya sampah yang sengaja dibuang. Kembali wajah kesalnya muncul, tak ada sms satupun. Akhirnya nisa memutuskan untuk meninggalkan ponselnya dan dia mulai berkutat di depan layar laptop untuk mengerjakan makalah untuk tugas akhirnya.
Tanpa sadar karena terlalu serius memandangi layar laptop, nisa menoleh memandang jam dinding, yang sudah menunjukkan pukul 22:00, sadar belum sholat isya’ nisa langsung berwudhu untuk menunaikan sholat. Selesainya sholat ditatanya meja belajar yang tadi sangat berantakan seperti baru saja terkena guncangan gempa bumi yang maha dahsyat. Mulai menyadari kantuknya nisa membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dan salah satu tanganya meraba-raba mencari ponselnya. Kembali dilihatnya hanya layar kosong bergambar tokoh kesukaannya srikandi. Lagi-lagi tak ada pesan dari Yusuf, nisa kesal. “gak sms juga, hemm dasar, gak peka banget sih jadi cowok, gak tau ya ditungguin” ungkapnya memaki ponsel yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba layar ponselnya berkedip, panggilan masuk. Dengan wajah kaget nisa memandang nama dalam layar tersebut, arjuna. Tanpa pikir panjang langsung diangkat telponnya. “halo, assalamu’alaikum, ih kamu nih yank ditungguin gak muncul-muncul” tegas nisa sedikit kesal pada sosok di ujung telpon itu. “loh, aku nungguin kamu belajar yank, biar selesai dulu tugasnya, nanti aku ganggu” balas Yusuf. “haduh, ternyata tunggu-tungguan, kamu sms aja gak apa-apa kok yank, gak bakal keganggu akunya” ucap nisa mulai mencair. “hehe gak ah, nanti kamu gak konsen ketugas malah konsen bales sms dariku, jangan marah ya sayang, ini kan aku udah telepon”, rayu Yusuf untuk meredamkan Annisa. Mereka pun larut dalam telepon. Dan tiba-tiba suara Yusuf tak lagi terdengar di ujung telepon, yang kembali membuat nisa sedikit kecewa, tapi dia memahami Yusuf. “yah, kok diam yank, yank, hemm pasti ketiduran lagi nih, ya sudah, mimpi indah ya sayang, kamu pasti capek seharian kerja” ucap nisa kalem dan menutup teleponnya. Kejadian seperti ini sering terjadi pada nisa dan Yusuf, dan membuat komunikasi mereka sedikit buruk.
Keesokan paginya seperti biasa Annisa sholat subuh, membangunkan arjunanya namun kali ini pesannya mendapat respon dari Yusuf meski sedikit cuek. Annisa memang sudah memahami karakter Yusuf yang sedikit cuek terhadap dia, sejak mereka pdkt Yusuf juga sudah menunjukkan kecuekannya, Yusuf menggunakan tak tik tarik ulur untuk mendapatkan Annisa dulu dan Annisa sendiri pun juga menikmati perlakuan Yusuf terhadapnya. Meski kadang Annisa merasa bosan dengan sikap kekasihnya, sering terlintas dalam benaknnya ingin Yusuf perhatian padanya layaknya pasangan kekasih lainnya yang selalu memberi kabar kemana akan pergi ditengah-tengah kesibukannya. Tapi, dibalik kecuekan yang ditunjukkan Yusuf kadang-kadang dia juga memberikan perhatian sederhana pada Annisa namun yang sederhana itu yang membuat Annisa meleleh dibuatnnya.
Yusuf juga bukan tipe cowok romantis bagi nisa, bahkan dimasa lalunya Yusuf terkenal dengan cowok yang playboy. Meski dia tidak setampan romeo namun ada sesuatu dalam diri Yusuf yang tak bisa dijelaskan oleh wanita, yang mampu membuat para cewek terpikat panah asmaranya. Annisa juga pernah meragukan kesetiaan dari Yusuf, namun Yusuf langsung meyakinkannya bahwa cuma Annisa satu-satunya dewi di hatinya, dan Annisa pun mempercayai itu. Oleh karena itu meski banyak masa lalu dari Yusuf yang mengganggu hubungan mereka, tapi Annisa tetap bertahan dengan keyakinannya untuk mempercayai Yusuf. Meski hal itu kadang melukai dirinya sendiri, sering sekali Annisa menyimpan rasa cemburu dari Yusuf, hanya tidak ingin merusak komunikasinya yang baik dengan Yusuf, Annisa hanya mengungkapkan curahan hatinya pada buku hariannya.
Hari ini sepulang dari kampusnya Annisa langsung mandi dan menyelesaikan tugas yang kemarin harus bersambung. Sambil menengok layar ponselnya berharap ada pesan dari Yusuf, tapi itu tidak mungkin jam masih belum menunjukkan waktu Yusuf pulang dari bengkel. Annisa berusaha untuk tidak mempedulikan ponselnya, tapi masih saja dia tak bisa mengendalikan dirinya, setiap sepuluh menit dia menoleh pada layar ponsel yang sejak tadi tak menunjukkan adanya kehidupan. Sampai waktu menunjukkan untuk sholat maghrib, tapi tetap saja ponsel nisa masih sepi.
Annisa memutuskan meninggalkan ponselnya dan bergegas ke mushola yang dekat dengan rumahnya untuk sholat berjama’ah. Sepulang dari mushola, benda pertama yang dicarinya adalah ponsel, kali ini senyum indah mekar dari bibirnya. Arjunanya mengirim pesan “sayang, malam mingguan yuk??”, isi dari pesan tersebut. Annisa baru tersadar, kalau malam ini ternyata malam minggu, langsung dia meminta izin ke bundanya untuk pergi malam mingguan.
Setelah mendapat izin nisa bergegas bersiap-siap. Kali ini Annisa yang harus menjemput Yusuf di rumahnya karena motor Yusuf masih dalam perbaikan. Tak pernah nisa mempermasalahkan hal tersebut, bahkan tak jarang Annisa menuruti semua keinginan Yusuf seperti perbaikan motor Yusuf itu pun harus menggunkan uang nisa sebagian karena Yusuf belum gajian. Bagi nisa semua ini bagian dari pengorbanan cintanya. Dan malam ini pun mereka menghabiskan malam minggu yang panjang bersama, mereka pergi ke kafe dan ngopi bersama, keduanya memang termasuk penggemar kopi.
Banyak canda tawa diantara mereka malam itu. Namun ada yang sedikit aneh dari sikap Yusuf, ketika Annisa ingin meminjam ponselnya Yusuf tak pernah mengizinkannya. Bahkan ketika mendapat telepon, Yusuf harus menghindar dari Annisa. Annisa tak menganggapnya serius, dia pikir ponsel itu kan privasinya. Tapi berbeda dengan Annisa, setiap mereka bertemu, Yusuf selalu melihat ponsel nisa, dan tak pernah nisa melarangnya, justru menurutnya itu wajar. Anehnya juga Yusuf tak pernah menunjukkan rasa cemburu sedikitpun pada nisa, meski dalam ponsel nisa didapati pesan dari mantan nisa yang akhir-akhir ini menghubungi nisa lagi. Justru Annisa yang sedikit gelagapan menjelaskan pada Yusuf ketika teringat ada sms dari mantannya. Namun dalam wajah Yusuf tak pernah terlihat cemburu. Hal ini yang sedikit menimbulakan keraguan pada hati Annisa, dia merasa hanya ada satu sisi dalam hubungan ini yang sangat cinta, namun disisi lain hanya biasa saja.
Cerpen Karangan: Fitria Choirunnisa Blog / Facebook: vithree choirunniesa E_mail: firniez_angel14[-at-]yahoo.com Follow: @vithree_niessa14 Alamat: Kec. Sutojayan, Kab. Blitar jatim-indonesia TTL: Juli 1995 mohon kritik dan sarannya ya, masih belajar ^_^