3 tahun sudah, yaps ternyata waktu 3 tahun telah kulalui dengan keadaanku yang masih seperti ini. Banyak hal indah yang ternyata telah kulewati semenjak kita berpisah. Selama itu juga aku seperti membangun tembok besar penghalangku sendiri agar aku tak dapat pergi dari keadaan ini dan juga tak ada di dunia luar sana yang mampu mengusikku.
“Mengapa?” pertanyaan itu selalu menghantuiku selama ini mengapa aku menyakitimu dan mengapa kamu pergi?. Sebuah pertanyaan yang benar-benar tak mampu tuk kujawab dan mengapa juga baru sekarang aku sadari betapa berartinya kamu di hidupku.
Masih kuingat jelas waktu pertama kita berjumpa. Sifat lugumu, senyum manismu telah berhasil membuatku tertarik akan memilikimu. Hanya sebatas memiliki dan tak ada niat memberi rasa cinta untukmu sedikit pun.
1 tahun kita jalani kisah kita jalani bersama kau buat ku lupa akan kehidupan ku yang lalu seperti apa aku waktu dulu, tak pernah ku jalani kisah yang selama ini sebelumnya, aku merasa nyaman ada di dekatmu hingga rasa sayang tumbuh di lubuk hati ini.
Melepasmu adalah satu hal bodoh yang telah aku lakukan “Kembali ke diri ku yang dulu, banyak gadis yang bisa membuatku bahagia lebih dari kamu” itulah pikirku waktu itu. Waktu itu aku benar-benar bosan jalani kisah ini bersamamu yang hanya seperti ini saja.
Dia teman dekatmu, dia menyukaiku dan dia mengatakan hal-hal buruk tentangmu saat kamu jauh dariku ada orang lain bersamamu. Bodohnya aku percaya akan kata-katanya dan langsung merangkai cara agar kamu memutuskanku dan aku dapat bersamanya.
“Aku tau kenapa sifatmu belakangan berubah kepadaku, kau telah mendua bukan? Ya aku tau” kalimat yang kukirimkan untuk memulai drama kecilku. “Demi tuhan tak ada yang lain, hanya kamu kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?” “Aku tak percaya lagi apa katamu, aku kecewa ternyata wajah polosmu itu hanya untuk menutupi kebohongan belaka” balasku atas penjelasanmu untukku. “Ya udah kalau gitu mending kita putus” kalimat yang biasanya kau ucap ketika kau marah padaku namun ku tau itu hanya gertakanmu belaka agar aku mau meminta maaf, namun lain dari biasanya justru hal ini lah yang aku tunggu. “Oke kayanya itu yang terbaik” balasku, lalu kukirimkan sebuah lirik lagu perpisahan termanis melalui pesan singkatku padamu. Namun balasan darimu waktu itu benar-benar membuatku terkejut.
“Kamu sih enak ngomong gitu karena kamu nggak pernah sayang sama aku, kamu nggak tau aku cuek selama ini ke kamu karena aku banyak mendengar cerita buruk tentang mu” Untuk pertama kalinya aku merasakan rasa sakit sesak di dadaku benar-benar menyakinkan, perasaan apa ini sebenarnya. Balasan darimu itu membuatku diam sediamnya.
Akhirnya setelah aku dan kamu putus, aku berpacaran dengan temanmu itu sesuai dengan yang telah kurencanakan sebelumnya, tapi kenapa rasanya aneh, kenapa tak ada rasa senang sedikit pun, kenapa aku merindukanmu, apa yang salah dengan diri ini, mengapa aku selalu ingin menghubungimu dan mengatakan “Aku mencintaimu” kenapa?.
Kudengar darinya kamu marah dengan dia setelah kamu tau sekarang dia adalah kekasihku. “Apakah kamu benar menyayangiku?” ada rasa bersalah dan ingin mencoba menghiburmu namun entah apa yang harus kulakukan.
Beberapa hari kemudian aku dengar kamu mengalami kecelakaan, aku merasa panik bagaimana keadaanmu apa kamu baik-baik saja?. Dan saat aku bertanya kepada salah satu teman yang rumahnya dekat denganmu dia memberi tahuku. “Sebenarnya dari tadi pagi dia merasa pusing dan nggak enak badan, ibunya juga bilang dia dari kemarin tiduran terus mengurung diri di kamarnya” Ya tuhan sedalam itukah gadis itu terluka karenaku? Bodoh sekali aku menyiakannya yang begitu tulus padaku. Tanpa sadar air mata ini mulai menetes.
Setelah kejadian itu aku dan kamu kembali dekat, namun belum ada status pacaran karena aku masih denganya, namun rasanya begitu tenang dan nyaman dalam keadaan ini, satu pertanyaan terbersit di benakku dan kutanyakan padamu. “Apakah aku pernah menyakitimu dan membuatmu menangis” “Ya kamu pernah buat aku menangis” jawabanmu membuat rasa bersalahku semakin besar. Mengapa aku sejahat ini padamu?. “Maaf untuk perbuatanku yang telah membuat kamu sakit hingga menangis” “Aku udah maafin kamu sejak awal kok” terbuat dari apa sebenarnya hatimu itu, begitu mudahnya kamu memaafkanku yang telah menyakitimu. “Apakah masih ada rasa cintamu itu untukku? Bisa kah kita mulai semua dari awal lagi? Aku akan meninggalkanya demi kamu” “Itu terserah kamu. Aku masih cinta kamu namun aku tak bisa kembali ke kamu saat ini, aku belum siap lagi untuk itu” terimakasih tuhan, kali ini aku akan benar menjaganya saat ia kembali kepadaku takkan kusia-siakan dia. “Tak apa, tapi apa boleh aku memanggilmu dengan sebutan `sayang` seperti dulu jujur aku merindukan itu” “Jika itu bisa membuatmu senang” tentu saja bermesraan denganmu kembali membuatku senang karena itu yang kumau. “Kalau udah siap pacaran lagi ngomong ke aku ya sayang” “Insya allah” lega hatiku mendengar jawabn darimu itu.
Hari-hariku menjadi indah lagi, bahkan lebih indah setelah aku menyadari aku mencintaimu dan memutuskan meninggalkan dia yang baru kusadari dia sengaja menghancurkan hubungan kita. Namun kesempatan tak selalu datang dua kali, saat aku merasa selangkah lagi memilikimu, sebuah pesan singkat darimu benar-benar menyakitkanku dan membakar seluruh harapanku. “Jangan panggil aku sayang lagi ya ntar ada yang cemburu, emm aku udah punya pacar hhe” bagai tersambar petir di siang bolong seakan tak percaya dengan yang baru kau katakan.
Mengapa bukankah baru seminggu lalu kau bilang belum siap untuk menjalin kasih lagi. Bukankah kau berjanji akan bilang padaku saat kau telah siap nanti. Ka-kamu bohong.
Sedih melanda di hari-hariku, kau beriku sebuah mimpi indah dan melenyapkannya begitu saja, bukankah kamu telah berjanji? Mengapa saat kuyakinkan cintaku untukmu kau malah pergi dariku? Apa ini karma?.
Kini keadaan telah jauh berbalik, aku kini mengejarmu dan berusaha meraihmu. Menghalalkan segara cara untuk memilikimu dan menghancurkan hunganmu dengan pacar barumu, biar dunia berkata apa ini yang harus kulakukan.
2 bulan berlalu kudengar kau tak lagi dengannya, dan di hari itu tepat di hari ulang tahunmu aku kirimkan sebuah surat ucapan selamat ulang tahun dan permintaan agar kita bisa kembali seperti dulu, namun semua hanyalah kekecewaan yang kudapat karena kamu tak bisa kembali lagi padaku.
Kecewa dan kecewa, penantianku berujung sia-sia, saat aku tengah berjuang mendapatkanmu orang lain telah merebut hatimu, kamu telah ada yang punya.
“Tak ada yang boleh memilikimu selain aku” itulah tekat yang selalu menguatkanku, aku mencoba hancurkan lagi bahagiamu hingga akhirnya aku bertengkar dengan kekasih barumu, namun bukanya mendapatkanmu malah kamu semakin menjauh dan membuang sisa cinta yang tersisa di hatimu untukku.
Sekitar 2 tahun lebih aku tak bisa menghubungi dan tak dapat menemuimu, aku benar-benar merindukanmu, setiap aku terbangun dari tidurmu bayangmu selalu menghantui membawa rasa sakit yang amat mendalam. Aku benar-benar butuh kamu bidadariku
Akhirnya aku menemukan akun fb kamu, namun kecewa mengetahui kamu telah berpasangan, namun dia mengacuhkanmu. Rasa marah dan sakit menjadi satu melihatnya, namun ku hanya bisa diam. Sifat manjamu itu kembali kau tunjukan lagi padaku membuat hati ini senang dan ada sepucuk harapan. Namun ku tau pacarmu marah saat kau dekat denganku dan agar tak lagi merusak bahagiamu aku mencoba menjauh dan memendam rasa ini karna kulihat dia lebih pantas untukmu. Kini kau telah jauh dariku, tak ada kabar dan aku tetap selalu menyayangimu cinta pertamaku. Terimakasih atas waktumu bersamaku, akan kucoba cari bahagiaku tanpa melupakanmu. Maafkan kebodohanku menyakitimu.
Cerpen Karangan: Ardy Blog / Facebook: ardy.j.dasilva[-at-]facebook.com