Aku adalah seorang anak sulung dari enam bersaudara yang lahir dalam keluarga sederhana. Anak yang paling dimanja dan disayangi. Masa kecilku begitu indah hingga saatnya aku beranjak remaja dan mulai mengenal cinta. Cinta pertamaku bernama dasep widiansyah, nama panggilannya apep. Dia adalah lelaki otomotif yang sehari-harinya berada di bengkel pamannya.
Awal aku berjumpa dengannya, di suatu tempat dan aku mulai menjahilinya dengan meminta nomor handphone dia, perlahan-lahan kita mulai dekat dan kita berhubungan. Sungguh bagiku ini terasa seperti lelucon, karena aku tidak sedikitpun memiliki perasaan padanya, sayang atau semacamnya. Aku berniat hanya untuk bermain-main. Sampai suatu saat perasaan suka, cinta, sayang mulai tumbuh bahkan takut kehilangan dirinya.
Hari berlalu begitu cepat, dua bulan kami berhubungan, dia mulai berlagak aneh hingga aku terbuai oleh rayuan dan kata-katanya. Kesucianku direnggut olehnya saat aku berusia 17 tahun. Saat itu aku yakin jika dia benar-benar tulus, sampai-sampai aku memberanikan diri mengenalkan dia pada orangtuaku.
Enam bulan berlalu, yang terjadi dia pergi dengan membawa janji-janji busuknya, yang membuatku stres setengah gila karena depresi. Hingga aku putus sekolah dan aku sakit selama 4 bulan kurang. Orangtuaku tidak mengetahui jika dia telah mengambil apa yang berharga dalam hidupku. Selama 4 bulan kurang, dalam keadaan sakit, hidupku terasa tak berarti. Sehari-hari aku menangis, nafsu makan hilang, tidur jarang, mandi pun selalu mamaku yang memandikanku. Aku benar-benar gila saat itu hingga badan ku turun 7,8 kg. Mamaku melihat aku seperti itu, dia hanya bisa menangis melihat anak kesayangan dia layaknya orang gila.
Tiba saatnya aku mulai berubah, tapi aku tak ingin sekolah lagi. Aku memutuskan pergi jauh dari kampung halamanku. Akhirnya ada yang menberitahuku bahwa di suatu tempat membutuhkan pegawai. Aku pergi jauh untuk melupakan dia dan aku bekerja di sebuah bar yang setiap harinya mabuk-mabukan. Aku tau ini jalan yang salah tapi dengan ini aku bisa tenang meski hanya sesaat, setidaknya aku bisa bersenang-senang dengan kehidupan seperti ini.
Sayangnya aku tak pernah bisa lupa akan dirinya. Aku berdoa agar dia merasakan sakit yang aku rasakan seperti yang dia berikan padaku. Bahkan aku berdoa agar dia merasakannya lebih sakit dari yang aku rasakan. Aku tidak pernah dendam hanya saja aku ingin dia tau perasaanku.
Cerpen Karangan: Giri Annabelle Pamungkas Facebook: giri annabelle pamungkas