Air mataku menetes saat mendengar sahabatku sari dipaksa menikah dengan laki-laki pilihan ayahnya, padahal dia masih kelas 2 SMA dan memiliki cita-cita yang sangat tinggi, hari demi hari kulalui tanpa sari di sampingku, sekilas selalu terbayang janjinya bahwa kita akan duduk sebangku sampai lulus SMA, namun pada akhirnya bangku sari yang kosong diisi oleh murid baru bernama rian.
“Hai, namaku rian dan aku pindahan dari medan” ucapnya sambil menyodorkan tangan. “aku mira, semoga kamu betah sekolah di sini” jawabku sambil menjabat tangannya. Kita berbincang panjang lebar tanpa menyimak pelajaran yang sedang berlangsung, sampai akhirnya kita masih mengobrol meskipun sudah waktunya pulang.
Aku pikir rian cowok yang baik dan nyambung diajak ngobrol. Akibat keseringan hobby ngobrol pas belajar, aku dan rian ditegur guru BP, tapi anehnya dia malah senyum merhatiin aku. Pas keluar dari ruang BP aku nanya sama rian “tadi pas di ruang BP kenapa kamu ngeliatin aku terus sih?” tapi dia malah senyum dan meninggalkanku begitu saja.
Dan sepulang sekolah rian sms aku kalo dia mau ngajak aku nonton nanti malam, dan aku terus mikir apa jadinya kalo rian suka sama aku? Aaa.. pikiranku udah mulai ngelantur.
Sejak sore aku bersiap dengan dandanan yang lebih cantik berbalut gaun yang anggun untuk nonton nanti malam, kulihat jam sudah menunjukkan jam 9 malam, namun rian belum datang menjemputku. Aku mencoba keluar dan menunggu di depan rumah, tak lama setelah itu rian sms aku kalau dia nunggu aku di bioskop dan akhirnya dia nonton sendirian. “Sebenarnya yang salah siapa sih?” gerutuku dalam hati. Pas keesokan harinya dia gak masuk sekolah tanpa keterangan, dan rasanya sepi kalo gak ada rian.
Sudah seminggu dia gak masuk, aku hubungi tapi gak aktif, sampai akhirnya aku cari alamat rumahnya dan pergi ke sana. Pas aku sampai di depan rumahnya, aku sangat heran melihat banyak orang berjalan masuk pintu rumah, pelan-pelan aku masuk dan ikut bergabung dengan kerumunan orang yang ada di sana, tak lama aku mendengar bahwa saat ini adalah pengajian 7 hari wafatnya rian.
Aku bergegas pergi tanpa menghiraukan apapun, tapi entah kenapa aku sangat terpukul dengan kabar itu, tangisku pecah tak terbendung saat itu, kenapa aku selalu kehilangan orang yang aku sayang ya tuhan? Kejadian menyedihkan selalu terjadi pada teman yang sebangku denganku.
Hariku mulai sepi tanpa mengobrol dan hanya bisa mengingat cerita manis yang sudah hilang, air mataku jatuh berlinang dan menetes di atas meja yang terdapat tulisan “baik, cantik dan bawel love you miraku” dan itu tulisan rian. Aku baru menyadari bahwa senyuman yang dia berikan waktu keluar dari ruang BP itu adalah senyuman cinta sekaligus senyuman terakhir untukku yang juga mencintainya.
Cerpen Karangan: Nenden Sri Wahyu Asih Facebook: Rahma Nurul Fatwa Lulusan Tahun 2017 SMK Bina Putera Nusantara Tasikmalaya